3. Qing Caksusrawa

471 72 95
                                    

“Yang sudah ku tulis, tidak akan ku hapus!”

_Qing

_Qing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3. Qing Caksusrawa

“Kenapa kau tidak mati saja?” tanya seorang wanita, pada putranya yang tengah terbaring tak berdaya.

Vanita Agnesia, seorang wanita yang membenci keluarganya sendiri. Bukan hanya suami dan anak-anaknya, tapi juga kerabat dan kedua orangtuanya.

“Tapi tidak heran.” Vanita memainkan kuku-kukunya yang berwarna merah muda, dengan hiasan butiran berlian. “Saat masih jadi janin pun, kau sulit untuk mati!”

Sedikit cerita. Vanita menikah diusia 20 tahun atas dasar perjodohan. Saat itu Vanita tidak mampu menolak, lagipula sang ayah menjanjikan jika dia bebas kalau ingin menjadi model.

Memang pada awalnya. Keinginan Vanita ditentang keluarganya, terutama sang ayah. Vanita tidak pernah menurut, dan tetap berusaha mewujudkan cita-citanya. Namun tidak mudah, karena sang ayah selalu bisa menghentikan langkahnya.

Karena frustasi, akhirnya Vanita menerima perjodohan itu. Vanita pikir segalanya telah selesai, tapi ternyata salah. Nyatanya dia dijebak dengan hadirnya janin setelah pernikahannya.

Vanita membenci janin itu, melebihi kebenciannya terhadap suami dan kedua orang tuanya. Berulangkali dia berusaha menggugurkannya, tetapi tidak pernah berhasil. Janin di dalam perutnya terlalu kuat.

Tidak sekali Vanita berusaha membahayakan kandungannya. Di anak keduanya pun Vanita melakukan hal yang sama, tetapi keduanya juga sama. Tidak ada yang berhasil Vanita bunuh.

Vanita harus mengubur mimpinya sampai saat ini. Dia menganggap kehadiran Qing Caksusrawa dan Dewananda Birawa—Kakak Qing—sebagai malapetaka. Dari kecil sampai saat ini, Vanita membenci keduanya.

Oleh sebab itu, Dewananda memilih berkuliah di luar negri. Dia tinggalkan Ayah dan adik tersayangnya, karena tidak sanggup menghadapi sang Mama yang begitu membencinya.

Sekarang Vanita berkunjung, bukan karena mengkhawatirkan sang putra. Dia hanya datang ingin melihat, siapa tahu ada tanda-tanda putranya akan menghembuskan nafas terakhirnya.

“Baguslah kau datang, Qing pasti senang.”

Vanita menoleh saat mendengar suara seseorang juga suara pintu terbuka. Terlihat seorang pria yang masih mengenakan pakaian kantor lengkap.

Aditya Birawa—suami Vanita—meletakkan tasnya, lalu menghampiri istri dan anaknya. Dia tatap lekat wajah sang putra, lalu mengusap rambut hitamnya. “Lihat sayang, Mama datang. Kamu senang?”

Ini kunjungan pertama Vanita setelah Qing masuk rumah sakit. Selama ini hanya dia, Shafana dan teman-teman putranya saja yang berkunjung. Aditya sudah lama meminta Vanita untuk datang, tapi baru kali ini Vanita mau datang.

CAKSUSRAWA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang