Pintu mobil dia tutup kasar, hembusan napas dia keluarkan dengan tangan yang membenahi kaos batik yang dia pakai. Bagian dadanya dia tepuk-tepuk pelan, entah kenapa dia merasa gugup kembali. Padahal ini bukan pertama kali dia keluar dengan istrinya, sebelum-sebelumnya mereka juga pergi berdua ketika merayakan hari jadi pernikahan mereka.
Pandu, laki-laki bertubuh tegap dan tinggi itu melangkahkan kakinya menyusuri jalanan setapak parkiran, menuju tempat ia meninggalkan istrinya tadi. Dia tidak bermaksud untuk meninggalkan Pravara hampir 20 menit lamanya, dia kebablasan dengan telepon tadi.
Orang-orang berbaju pendek dengan anak-anak yang bersemangat membuat Pandu melirik, ketika matanya menangkap sepasang orang tua yang sedang menggenggam tangan kecil putra mereka. Tepat di tengah-tengah dengan tawa riang yang membuat dia iri.
Dirinya tidak bisa menahan senyum tipis yang menggelitik hati, jika saja hubungannya dengan Pravara baik-baik saja di awal pernikahan. Seorang anak kecil mungkin telah menggandeng tangannya dan pertanyaan kecil yang tiada henti terlontar dari bibir mungil, setelah melihat segala sesuatu yang terlihat menarik di mata polosnya. Langkah terus di bawa berbelok menuju tangga pertama setelah parkiran.
Langkahnya tetap sama, meskipun hatinya diliputi dengan penyesalan. Ya, Pandu tahu dia yang salah di sini. Karena perkataannya tentang sesuatu yang tidak benar adanya, membuat Pravara hampir tidak sempurna menjadi seorang istri. Istrinya itu mendapatkan penghinaan dari ibu yang sangat dia hormati, karena kebodohannya. Dia tidak tahu, jika masalah keturunan akan menjadi prahara rumah tangga yang dia bina dengan amat berat di awal.
Perjodohan lima tahun yang lalu adalah ulah ibunya yang begitu menyukai Pravara yang baru saja lulus dengan predikat terbaik di universitas terbaik. Juga dengan nama belakang yang Pravara sandang, semakin membuat ibunya kalap dan mengajukan kerja sama perusahaan bersamaan dengan perjodohan.
Mendesaknya menerima perjodohan, membuatnya menerima dengan terpaksa.
Di usia muda yang terpikir di otaknya hanyalah pekerjaan dan karirnya. Urusan pernikahan menjadi jalan terakhir, saat dia sudah lebih baik. Itu yang dia pikirkan dan ketika Pandu memandang Pravara untuk pertama kali membuatnya tertegun.
Gadis nakal, tapi penurut itu adalah kesan pertama Pandu tatkala Pravara memandang dia dengan senyum polos. Pandu menyetujui dan membuat wanita itu menjadi istrinya, dia tidak peduli akan apa yang dilakukan Pravara. Laki-laki itu memang membuat banyak peraturan tetapi dia membebaskan segalanya dengan syarat semua pekerjaan rumah telah selesai sebelum melakukan hal di luar.
Sesuai seperti yang Pandu katakan, Pravara wanita yang nakal, tetapi penurut. Wanita itu sama sekali tidak pernah membantah dan membuat Pandu menjadi tokoh antagonis yang masuk paksa ke dalam kehidupan wanita muda itu.
Namun, wanita itu begitu nakal dengan tidak menaati jam tidur dan istirahat dengan benar. Di usia pernikahannya yang ke dua, Pravara berhasil membangun studio dan galerinya sendiri. Tanpa campur tangan dirinya atau siapapun.
Bukankah itu nakal? Pandu tidak mau membatasi, karena itu hak Pravara dan karena hal itu juga yang membuat mereka jauh dan tidak tersentuh.
Tatkala ibunya datang ke kantor dan menemuinya secara paksa saat rapat berlangsung Pandu pikir ada yang salah dan dia mulai khawatir. Akan tetapi, saat ibunya mengajukan surat perceraian dan membawa seorang wanita muda di sampingnya. Pandu tahu dia telah keliru jalan. Dari awal dia terpaksa menerima pernikahan, sehingga membebaskan Pravara akan tugas penting seorang istri. Dan berbohong pada wanita itu, Pandu tidak bisa membiarkannya berlarut-larut.
Dia harus bertindak, sayangnya ibunya kembali datang dan membuat kekacauan di rumahnya.
Rumah tempat dia mengurung Pravara dengan embel-embel pernikahan yang di sebut Pravara sebagai pernikahan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Divorce [Hold On]
ChickLitSelama mereka menikah 5 tahun lamanya, Pravara Pranatha tidak pernah berkeinginan untuk mencintai suaminya, Pandu Laksamana. Pun dia pikir sebaliknya. Tapi entah kenapa ajuan cerai dari sang ibu mertua ditolak mentah-mentah oleh laki-laki Jawa itu...