"Kirana?
Wanita muda yang dipanggil Kirana itu tersenyum lebar, perlahan keluar dari punggung lebar Pandu dengan memberikan satu tepukan halus pada pundak laki-laki itu. "Apa aku mengagetkan kalian?"
Esha menggeleng pelan pada Pravara yang masih menatap dirinya. Tawa kecil dia keluarkan, pundak Pravara Esha rangkul memepetkan tubuh keduanya. "Wah, kami benar-benar terkejut. Ini aku juga penasaran, kok bisa kebetulan kamu bersama dengan Kak Pandu?"
"Hehehe, namanya juga kebetulan kan ya." Kirana maju selangkah dan berdiri di samping Pravara yang masih kaku di rangkulan Esha. Wanita muda itu berbalik badan dan membuat wajah terkejut, ketika melihat bekas makanan dua temannya. "Wah, kalian berpesta lagi-lagi tanpa aku?"
"Berpesta?" Pandu menyerngitkan alisnya sembari melemparkan pertanyaan. Laki-laki itu menatap istrinya menuntut kejelasan. "Bisa dijelaskan apa maksud wanita itu, Pravara?"
"Be-begini, Ah! Mas Pandu kan baru sampai, ayo duduk dulu. Mau aku buatin kopi atau—" Pravara mencoba menawarkan sesuatu, tapi itu terhenti begiu saja.
"Hey, Pravara. Tidak baik berbohong pada suami seperti itu," kelakar Karina dengan senyum kecil. "Jujur saja, tidak ada yang akan marah juga kan? Mas Pandu, kamu nggak tahu ya, kalau kita bertiga itu sering banget pesta makan junk food kayak gini. Apalagi sewaktu ulangan mendadak atau kuis di kelas, semacam ini sudah seperti penghibur kita tahu."
Esha melirik Karina yang dengan santai berbicara luwes dengan suami Pravara, kemudian pandangannya beralih pada Pravara. Istri dari Pandu Laksamana itu tampak kaku dan takut. Apa ada sesuatu yang tidak dia ketahui dari Pravara? "Ah, Kak Pandu, benar kata Pravara. Ayo duduk dulu, Kak Pandu pasti lelah kan, silahkan."
Dalam hati, Pravara bersyukur karena Esha tampaknya paham dengan situasi ini. Wanita itu melihat dari sudut matanya, jika Karina, teman kuliahnya, yang terus menatap pada suaminya dan berbicara seakan-akan mereka telah akrab.
Pandu menghela napas kasar, dia menahan emosinya dengan baik. "Tidak, saya tidak perlu duduk. Pravara, saya tunggu di luar."
"Eh?" Karina bergerak menahan pergelangan tangan Pandu yang akan pergi. Wajahnya tampak cemberut dan tidak senang dengan keputusan yang Pandu lontarkan. "Mas Pandu nggak mau duduk dulu? Kayaknya makanannya masih banyak yang belum habis. Pravara nggak mungkin menghabiskan ini semua seperti dulu, kan?"
Pandu menyentak tangannya dengan kasar, matanya menyipit tidak suka dengan wanita lancang di hadapannya ini. Tidak sengaja bertemu di lift menuju ke mari dan terus berkata omong kosong. Sekarang, dia bahkan mengatakan setengah-setengah tentang istrinya.
Pravara gelagapan, dia melirik dengan gugup antara suaminya dan Karina, baru saja dia akan berbicara tapi Karina telah mendahuluinya. "Mas, kita bisa bicarakan di—"
"Mas Pandu pasti penasaran dengan masa-masa kuliah kita, kan? Makanya, ayo duduk dan berbicara panjang lebar. Aku akan senang hati membicarakan semuanya. Ayo?" ajak Karina yang sekali lagi memegang pergelangan tangan Pandu.
Namun, Pandu dengan cepat menghindar dan menatap tajam wanita muda yang katanya teman istrinya itu. "Dengar, saya tidak mengenal Anda begitu juga sebaliknya. Saya tidak pernah tertarik berbicara panjang lebar, membicarakan tentang istri saya atau tentang kamu sendiri. Wanita lancang dan tampak seperti tidak mempunyai etika saat berbicara, sudah berapa kali kamu memotong pembicaraan istri saya? Sangat tidak sopan."
Nada tajam Pandu membuat Karina bungkam seketika, wanita itu tertunduk dengan wajah memerah. Dari sisi yang lainnya, ada Esha yang menyeringai dan tertawa dalam hati. Entah kenapa dia merasa sangat senang ada yang mewakilkan dia untuk mengatakan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Divorce [Hold On]
ChickLitSelama mereka menikah 5 tahun lamanya, Pravara Pranatha tidak pernah berkeinginan untuk mencintai suaminya, Pandu Laksamana. Pun dia pikir sebaliknya. Tapi entah kenapa ajuan cerai dari sang ibu mertua ditolak mentah-mentah oleh laki-laki Jawa itu...