Happy Reading !
• • •
Hari-hari berlalu begitu cepat, tanpa terasa sudah setahun lebih Sean tinggal bersama dua orang yang sekarang dia sebut sebagai sahabat, Ares dan Yoga.
Kehidupannya di kampus juga berjalan baik, dan siapa yang mengira kalau mereka bertiga berkuliah di kampus yang sama, yaitu Universitas Bimantara. Sean dan Ares adalah mahasiswa fakultas teknik, tepatnya di jurusan Arsitektur. Sementara Yoga berada di fakultas ilmu budaya karena mengambil jurusan Sastra Indonesia.
Dan seperti hari-hari biasanya, semua penghuni kontrakan sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Walaupun yang tinggal di sini adalah laki-laki semua, tapi tidak pernah sekalipun kontrakan yang mereka tinggali ini tampak kotor. Lantai kinclong, dapur bersih, ruang tamu rapih, bahkan di halaman rumah pun hampir tidak ada sampah.
Sebab apa? Sebab mereka semua sangat mencintai kebersihan. Yaa... itu juga terjadi setelah mereka diomelin habis-habisan oleh istri Pakdhe Munir karena dulunya tidak tahu cara bersih-bersih.
"Ngapain, Yan? Ada makanan, gak?" tanya Yoga yang baru masuk dari pintu belakang membawa ember berisi alat berkebun yang sudah dia cuci bersih.
"Enggak, ngopi doang," balas Sean yang duduk di kursi makan ditemani secangkir kopi. "Lo abis ngapain lagi?"
"Hari ini gue abis tanem bibit tomat sama bunga kol." Yoga meletakkan ember nya tadi didekat kitchen dan mulai merebus air untuk membuat kopi juga.
Sudah tidak heran kalau Yoga memang gemar sekali berkebun dan tentu saja itu menguntungkan mereka semua karena mengurangi pengeluaran untuk belanja.
"Oalah, asu! Gulanya abis, Yan?" tanya Yoga memperlihatkan toples gula yang kosong. Gagal sudah dia membuat kopi.
"Emang."
"Kok lo gak bilang, anjir?"
"Kan lo gak nanya."
Yoga merotasi kan bola matanya malas, tahu betul sifat Sean yang selalu bicara seperlunya saja saat pagi hari. Mungkin nyawanya belum kembali sepenuhnya.
"Morning, guys!" Suara nyaring Ares menyapa indra pendengaran dua orang yang sedang berada di dapur itu.
Pemuda yang semangatnya seperti tidak pernah habis ini berjalan menuju dapur dengan senyum sumringah. Dan seperti biasa, tanpa atasan, hanya mengenakan celana pendek bermotif Spongebob dengan warna kuning yang nyentrik. Untung saja Ares punya sixpack jadi masih enak dipandang mata.
"Yan, makan apa kita di minggu pagi yang cerah dan bahagia ini?"
Sean yang sedang menyangga kepalanya menggunakan tangan dengan mata terpejam itu menjawab dengan malas, "Buka laci meja belajar gue sana."
"Widih, ada apa tuh? Duit?" tanya Yoga.
"Promag."
"Bjir lah, gue pikir lo bakal traktir makan di warung." Ares terlihat kecewa, dia lantas menyeruput kopi milik Sean dan spontan menyemburkannya ke arah Yoga.
"JANCOKK!!"
"Buset ini kopi apaan? Pait bener!" Ares berlari ke wastafel untuk kumur-kumur.
Sean terkekeh geli, "Orang gulanya abis, kan tanggal tua."
"Dukun lo minum kopi pahit?! Huh..."
"Lo kali yang dukun, gue disembur," cibir Yoga sembari membuka kaosnya dan melemparnya ke keranjang baju kotor.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAY : with Malioboro
Teen Fiction"Emang jodohnya kita tuh di Yogyakarta!" --- Pilihan tepat bagi Sean yang berangkat ke Yogyakarta untuk melanjutkan kuliahnya, sebab di sana dia malah dipertemukan dengan teman masa kecilnya. Sean, Ares, dan juga Yoga dulunya teman sekelas sewaktu S...