04 | PULANG

24 8 9
                                    

Happy reading !

• • •

"Mak, minuman kita belum."

"Ini udah Mak bikinin, Res."

Mak Luweh menaruh segelas es teh manis di depan Ares yang sedang melahap mie gacoan, juga segelas teh hangat di depan Yoga yang menikmati nasi kuningnya.

"Orang gila mana yang jadiin mie gacoan buat sarapan? Mana minumnya es."

"Gue. Gue orang gilanya," sahut Ares lantas menyeruput es tehnya.

"Tumben ngaku gila?"

"Ga, jangan sampe gue colok mata lo ye!" Pemuda berbalut hoodie hijau pastel itu mulai kesal yang malah membuat Yoga tertawa puas.

Suasana Warung Mak Luweh pagi ini ramai seperti biasa. Orang-orang yang hendak pergi kerja, sekolah, ataupun kuliah kadang mampir untuk sekedar sarapan. Tidak sedikit juga ibu-ibu yang mengantri, menunggu sarapan mereka di bungkus.

"Gak kerasa ya bentar lagi nambah semester." Yoga membuka obrolan.

"Di gue kerasa sih, dompet makin tipis karena beli bahan-bahan buat maket."

"Hahaha... anjir!" Pemuda dengan balutan kaos oblong putih itu tertawa. "Btw, entar libur semester lo pulang ke Jakarta?"

Ares menghela napas, "Gak tau. Gue belum bisa nabung ongkos walaupun sebenarnya kangen sih sama adek-adek gue."

"Minta gaji sama Sean."

"Aelah... dia juga pasti butuh buat pulang. Lagian kita juga sering di traktir ini itu, yakali dengan gak tau dirinya gue minta gaji perkara foto sama cewek-cewek kampus," ujar Ares panjang lebar.

Yoga terkekeh pelan. "Ya lo kan anti cewek. Mana first-time protes mulu kerjaan lo, gak mau bantuin apa-apa pula!" cibirnya.

"Gue tuh cuma gak mau mulai hubungan, bukan anti cewek, bego!" protes Ares tak terima. "Lagian gue bantu ngemas kok."

Yang jadi lawan bicara hanya mengangguk lantas meminum teh hangatnya setelah menyelesaikan suapan terakhir.

"Tumben cuma berdua, Sean mana?" tanya Mak Luweh menaruh sepiring pisang goreng hangat.

"Di kontrakan Mak," jawab Yoga. "Ini kita kan gak pesen gorengan?"

"Bonus."

"Widih... makasih banyak ya, Mak!" seru Ares langsung mengambil satu untuk dia makan.

Karena kondisi warung sudah tampak tenang dan kondusif, Mak Luweh memilih duduk di samping Yoga untuk ikut mengobrol. Di tatapnya wajah dua orang itu kemudian tersenyum.

"Haduhh, bentar lagi libur semester pasti kalian pulang ke rumah masing-masing kan, le? Jangan lama-lama, nanti Mak gak ada yang nemenin," ucap parubaya itu, logat jawanya begitu medok meski berbicara dengan bahasa Indonesia.

"Enggak lah, Mak. Aku paling seminggu udah balik lagi ke sini, kalo lama-lama nanti kebunku gak ada yang ngerawat," jawab Yoga.

"Rajin mbanget anak Mak!" Punggung Yoga di tepuk-tepuk. "Kamu pulang ke Jakarta, Res?"

"Kalo ada biaya ntar ya pulang, Mak. Nasib punya rumah jauh," keluhnya. "Sean sama Yoga mah enak, dua jam perjalanan udah tembus sampe rumah."

SAY : with MalioboroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang