07. X1(=)1 ±24c2

395 48 3
                                    

ˏˋ°•*⁀➷

•••

         Jam dinding di kamar Tino sudah menunjukkan pukul 01.24. Tino terlelap disamping Daffen yang tertidur dengan gelisah. Wajahnya pusat pasi, matanya terpejam erat dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya.

        Tino tiba-tiba saja bangun dan langsung bangkit. Ia menoleh kanan dan kiri, memang kebiasaannya ketika tak sengaja terbangun tengah malah. Ia menoleh pada Daffen, dengan rasa malas ia menghidupkan lampu di nakas dan kembali mengamati Daffen.

       “ Eh, Apin.” Ia mengecek suhu tubuh Daffen yang terasa sangat panas seperti habis berjemur di Merkurius.

       “ Loh Pin, demam. Daff, masih sadar kah lu?” Tino menepuk-nepuk pipi Daffen agak keras, tapi tidak ada respon apapun.

       Tino langsung melompat dari kasurnya dan membangunkan Mamanya. Papanya tidak ada dirumah karena bertugas shift malam dirumah sakit. Tino melewati kamar tidur Theo, tapi karena buru-buru mencari Mama Vinia, Tino menggebrak pintu kamar Theo hingga pemilik kamar yang tengah menjamah mimpi langsung terkaget-kaget dengan aksi sang adik yang terdefinisikan kurang ajar.

        “ Ma! Gawat Ma! Bangun!” Memang dasarnya kurang ajar, membangunkan Mamanya saja seperti tuan rumah habis kecolongan.

        Pintu kamar Vinia akhirnya terbuka, ia langsung bertanya pada Tino sehingga heboh dijam seperti ini. “ What's wrong, Tino?”

        “ Stop marah-marah, Daffen demam tinggi, Ma! Panas kek habis ngadem di kawah gunung berapi.” Tino melompat-melompat tidak bisa diam, ia PANIK!

        “ Mana ada orang ngadem di kawah, Tino!! Terus Daffen nya gimana?” Tino langsung menarik Mamanya karena malas menjelaskan.

       Vinia meletakkan punggung tangannya di dahi Daffen, “ No, coba ambil termometer non-kontak dilaci.”

       Tino pun langsung mengambilkan apa yang diminta Mamanya, “ Ini, Ma.”

        Vinia mengecek suhu tubuh Daffen, “ Tino, bangunin Theo. Kita bawa Daffen ke rumah sakit, nafasnya berat dan dia demam tinggi.”

       “ Gaperlu Ma. Theo udah bangun.” Ucap Theo diambang pintu, ia langsung mendekati sang Mama.

•••

       Vinia langsung membawa Daffen kerumah sakit untuk penanganan dan pemeriksaan menyeluruh. Asta tentu saja terkejut ketika melihat istrinya di jam seperti itu datang kerumah sakit dengan raut wajah panik namun mencoba untuk tenang.

        Setelah ditangani dan melakukan pemeriksaan menyeluruh. Asta meminta Vinia, Tino dan Theo pergi ke ruang kerjanya. Ia ingin menjelaskan kondisi Daffen dan bagaimana hasil pemeriksaan medis dari sahabat Tino.

       “ Jadi gimana, Pa?” Tanya Tino mendahului.

      “ No, dia punya asma, ya?” Tanya Asta balik.

      Tino pun mengangguk saja, Asta menghela nafas lalu melanjutkan ucapannya, “Asma akut, menyebabkan Pneumothorax spontan sekunder, penyebabnya didasari dari penyakit paru-paru. Sepertinya Daffen sudah lama menderita penyakit ini sehingga menyebabkan komplikasi berupa gagal napas dan Hipoksemia, yaitu kekurangan oksigen di dalam darah akibat gagal napas.”

Silhouette✘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang