01. 4':0

661 66 0
                                    

ˏˋ°•*⁀➷

𓆡𓆝𓆞𓆟𓆜𓆛

        Mata yang semula terpejam kini mulai terbuka, pening tiba-tiba saja hadir. Matanya mengerjap pelan karena silau akan cahaya. Ia melihat sekeliling, seperti rumah sakit. RUMAH SAKIT?! Bukannya dirinya sudah meninggal karena kecelakaan? Matanya menangkap siluet seseorang yang duduk begitu santai di sofa ruang rawat inap.

       “ Sudah bangun? Menyusahkan saja bisamu. Bunuh diri, kenapa tidak sekalian terjun dari gedung pencakar langit?” Ucapnya sinis.

      “ Jika bukan karena isu-isu buruk yang bisa saja menimpa keluarga karena kematianmu, kami tidak sudi menyelamatkan dirimu yang tidak berguna.”

      Daffen menyergit heran, siapa manusia kurang ajar yang memakinya itu? Benar-benar menyebalkan dimatanya. “ Kamu itu siapa? Marah-marah tidak jelas, memangnya kita saling mengenal?”

       Orang berwajah menyeramkan itu langsung menghampiri Daffen dengan marah. “ Apa maksudmu bocah sialan?! Kau melupakan aku hah?! Beraninya kau berbicara dengan lancang seperti itu?!” Ujarnya marah, mencengkram pergelangan tangan Daffen hingga kembali mengeluarkan darah.

       “ Shit! Kau buta?! Tanganku terluka bodoh!” Ucapnya dengan kesal.

       Plak!

       “ Beraninya kau mengumpat didepanku, Akara! Mengapa kau tidak benar-benar mati saja, sialan?!” Ucapannya membuat Daffen termenung.

       ‘ Akara? Nama itu terdengar tidak asing? Seperti yang ada diceritakan dalam buku terbitan Mama tahun lalu. Tunggu, aku?! JADI AKARA?! APA AKU MIMPI?!’ batinnya tidak terima.

       “ Sial, kenapa aku harus benar-benar bertemu denganmu! Kau! Orang gila! Pergi menjauhlah dariku!” Teriaknya dengan keras, sontak membuat pria didepannya bingung.

       “ Kau mengusir ku?! Dasar tidak tahu diri!” Balasnya semakin kasar.

       “ Pergi, brengsek! Kau sangat menyebalkan! AKU KATAKAN PADAMU, PERGI! MANUSIA GILA! PERGI ATAU KUTIKAM HAH?!” Tangan Daffen begitu kilat ketika mengambil pisau buah yang terpajang di nakas.

       Pria itu terkejut bukan main ketika pisau di todongkan padanya. “ Bocah Gila!” Ucapnya dan langsung pergi dengan tergesa.

       Setelah pria seram itu benar-benar pergi, Daffen langsung melompat turun dari ranjang pesakitannya tanpa peduli dengan punggung tangannya yang sudah dipenuhi darah dari tercabutnya infus dan lukanya yang terbuka. Intinya, ia hanya punya satu tujuan, kamar mandi.

      “ WHAT THE FUCKING UP?! Why my face changed so horribly?! IMPOSSIBLE! WHERE IS MY HANDSOME FACE?!” Tentu saja Daffen tidak percaya dengan jiwanya yang sudah bertransmigrasi ketubuh pemuda mungil mengenaskan.

      “ Ini Akara yang ada dibuku terbitan Mama?! Tidak mungkin! Mana mungkin! Sialan, kenapa tidak langsung to the point saja?! Mati ya mati, tidak usah bertransmigrasi pula. Repotnya!” Ucapnya dengan emosi yang menggebu-gebu.

        “ Harus bagaimana sekarang?”

•••

Silhouette✘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang