Bab 3. Kelinci Profesional

142 41 29
                                    

Nonton drakor seharian
Lihat orang makan kenari
Jangan lupa ya kalian
Tombol vote di bawah kiri!

multimedia :
Whisper - Piggy

"Hai?" Jeno menyadarkan pikiran Karina yang masih membuatnya berdiri di depan pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai?" Jeno menyadarkan pikiran Karina yang masih membuatnya berdiri di depan pintu. Dan tangannya yang masih berada di depan Karina. "Gue gak boleh masuk, ya?"

Karina mengalihkan pikirannya kembali fokus, ia menggeleng, kemudian menyambut tangan Jeno dengan salaman. "Masuk." Ia memundurkan beberapa langkahnya ke belakang untuk mempersilakan Jeno masuk dan diikuti dengan Renjun.

Renjun mengernyit bingung. "Kenapa, Na? Kok bengong?" tanyanya dengan sedikit berbisik.

"Gak apa-apa, aman," jawab Karina seadanya sebelum ia menutup kembali pintu ruangan liputan agar tidak ada angin yang masuk dan agar pendingin ruangannya tidak cepat rusak.

Karina kemudian menengok ke luar pintu yang transparan itu, hujannya masih deras. Ia kemudian teringat sesuatu, dan berbalik badan, "Sepatunyaㅡ" Karina mengulum bibirnya, ia kira Jeno tidak tahu harus membuka sepatu lebih dulu, rupanya sepatu itu sudah disusun rapi di rak sepatu yang ada di dekatnya.

"Masuk, Na," suruh Renjun.

Karina mengangguk-anggukkan kepalanya pelan sebelum menyusul masuk ke ruangan lebih dalam lagi. Tatapan matanya tidak lepas dari Jeno yang masih berkeliling melihat-lihat isi ruangan.

"Ini gak ada yang mau jelasin ke gue?" Tanya Jeno, matanya melirik Renjun. "Lo bukannya harus jelasin ke gue tim lo ini ngapain aja?" imbuhnya.

"Gue..." suara Karina sontak mengecil karena Jeno langsung melihat dirinya dengan tatapan yang bersemangat. "Renjun aja.."

Sudut bibir Jeno melengkung tanpa izin. Secara tiba-tiba ia menjadi ingin sekali mendengar suara Karina. "Nama lo siapa?" Tanya Jeno.

Karina menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya.

Jeno mengangguk.

"Karina," jawabnya pelan.

"Kecil juga suara lo," kata Jeno, dalam arti keluhan.

Karina tidak menjawab apa-apa lagi. Ia hanya menunggu Jeno berbicara lebih lanjut. Karina tidak tahu bahwa ada orang seperti Jeno. Sungguh membuatnya mati kata.

"Lo aja yang jelasin. Gimana?" tawar Jeno.

Lidah Karina terasa kelu seketika. Ia menggeleng pelan. "Renjun ngerti."

Meskipun itu bukanlah jawaban yang Jeno inginkan, cowok itu tetap terkekeh pelan menanggapinya. "Gue mau denger suara lo," timpalnya. "Gak boleh?"

"Boleh."

Jeno akhirnya mengangguk senang. Ia kemudian menunggu Karina yang menjelaskan ke depan, Karina memajukan langkahnya untuk menyetarakan posisi dengan Jeno. Ia kemudian menunjuk kertas berukuran F4 yang tertuliskan program kerja mereka.

Would You Be My...?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang