Hari ini kelas XI IPA 7 akan belajar kesenian, dan kini siswa XI IPA 7 sudah berada di ruangan kesenian. Kali ini Bu Winda meminta kami untuk melukis apa saja yang ingin kami lukis,
jika siswa lain akan merasa bahagia ketika mendengarnya. Tetapi Tidak untuk dirinya, baginya melukis adalah mimpi buruk.
Alasan simpel, Karena dirinya tidak bisa melukis.
Reyna menatap di sekeliling nya, lukisan teman-temannya hampir semuanya sudah selesai. Melihat lukisannya sendiri membuat kepalanya ingin pecah.
Dia mengambil kuasnya, mencoret-coret dengan asal sehingga membuat warna yang baru di kertasnya. Jika dia diberikan pilihan maka dia akan memilih untuk menyelesaikan tugas matematika yang sulit itu .
Di sisi lain, Melihat lukisan reyna, selyn tidak bisa menahannya lagi "Reyna apa kamu ingin ku bantu"
Reyna menggelengkan kepalanya. " Tidak perlu aku akan menyelesaikannya sendiri" bagaimana bisa reyna meminta Selyn membantunya. Dia tidak ingin Selyn bermasalah karena dia.
"kamu serius ni, tidak mau aku bantu,, sebentar lagi jam pulang rey" Selyn melihat jam di pergelangan tangannya
"aku yakin, tapi terimakasih atas tawaran mu " mendengar itu, selyn hanya pasrah melihat reyna..
10 menit kemudian bel pulang berbunyi, teman kelasnya sudah mengumpulkan lukisan mereka sedangkan reyna hanya menatap suram ke arah lukisannya.
"reyna apa kamu tidak ingin pulang "
" aku akan menyelesaikan lukisan ku ini, jika kamu ingin pulang terlebih dahulu pulang lah, aku tidak masalah" reyna menatap kearah selyn
Mendengar itu selyn tidak setuju " No, bagaimana bisa aku pulang, sedangkan kamu masih disini. Aku akan menemanimu dan kita akan pulang bersama"
"Terserah kamu saja"reyna hanya pasrah. Dengan keputusan Selyn
"reyna bagaimana dengan lukisan mu, apa kamu tidak mengumpulkannya"
"lukisan reyna belum selesai buk" mendengar itu buk winda hanya menghela nafas
"Kali ini kamu harus mengumpulkan tugasmu, jika kamu sudah selesai, kamu bisa langsung mengumpulkan nya di ruangan ibu "
"baik bu," setelah itu ibu winda keluar dari ruang seni, hanya ada reyna dan Selyn di dalam ruangan seni.
"Dari pada kamu hanya duduk diam disini lebih baik kamu ke kantin, tidak perlu mengkhawatirkan ku disini" mendengar ucapan reyna selyn berpikir, kemudian mengangguk menyetujui saran reyna. Lagi pula dia sedikit lapar.
Kini tinggal dirinya sendiri, reyna hanya mencapur-campurkan warna catnya. . Kepalanya terasa pusing memikirkan apa yang ingin dia lukis sedangan melukis saja dia tidak bisa.
Karena Larut dengan pikirannya, dirinya bahkan tidak menyadari kedatangan Antariksa yang melangkah maju ke arahnya.
Melihat apa yang sedang dilakukan reyna, Antariksa geleng kepala dibuatnya. Dirinya menggenggam kuas yang berada ditangan reyna.
Reyna tertegun, tiba-tiba menoleh ke samping. Tetapi Reyna tidak menyadari jika itu akan membuat dia mencium pipi antariksa
"Cup"
Antariksa terdiam ketika bibir Reyna menyentuh pipinya. Lalu menatap Reyna. Dan terjadilah saling tatap-tatapan.
"jangan menatap ku seperti itu," reyna merasa merinding, bagaimana tidak tatapan Antariksa itu membuat reyna merasa seakan-akan dirinya mangsa yang sedang diburu..
"kamu baru saja mencium ku, dan aku tidak boleh menatap mu" mendengar itu reyna membantahnya
"Kamu sangat menyebalkan, kapan aku menciumi mu," mendengar itu Antariksa mengangkat alis