Late - 1

125 8 4
                                    

"Kemana aja lo?" bisik Dean, ya Deyna Janneva Deilona merupakan teman dekat Shakira bisa dibilang sahabat.

"Nanti gue ceritain deh. Kalo sekarang bisa mampus kita" jawab Shakira dengan berbisik.

"Tau lo dar. Kepo banget sih" celetuk Sania dengan wajah juteknya. Sania Ganaya Sheinaya juga merupakan sahabat Shakira.

"Udah berisik tau ga. Diliatin noh" lerai Diana dengan berbisik. Diana Sefya Darey juga merupakan salah satu sahabat Shakira.

Ucapan Diana membuat mereka diam dan mengikuti pelajaran dengan tertib. Meski beberapa kali mereka sempat ditegur karna berisik. Satu persatu jam pelajaran sudah dilewati dengan baik, tumben. Biasanya mereka selalu berbuat ulah bukan hanya mereka berempat -Shakira, Sania, Deyna, Diana- tetapi juga Fanya Weidya Forth. Mereka baru kenal beberapa bulan yang lalu kecuali Shakira dengan Fanya mereka sekelas dari kelas 10.

KRINGGG KRIINGG

Suara dari surga sudah berbunyi. Semua murid keluar dari kelas tanpa memperdulilakan gurunya masih berbicara atau tidak. Mungkin ada beberapa yang keluar kelas apabila sudah disuruh keluar kelas.

"Langsung kantin apa gimana?" tanya Fanya.

"Kamar mandi dulu ya mau benerin baju berantakan gara-gara ngantuk" jawab Sania sambil membenahi rambutnya.

"Yaudah kamar mandi" setelah itu mereka pergi ke kamar mandi bersama-sama. Ya tiada hari tanpa kebersamaan mereka, kalo ga lengkap ada aja yang beda.

"Mau pesen apa? Yang mesenin dan bawain biar gue sama Deyna, gantian kan kemaren Fanya sama Diana" jelas Shakira sambil nyengir.

"Gue nasi goreng sama susu putih anget ya" pesan Dara.

"Gue sandwich daging pedes ya minumnya es teh" pesan Fanya.

"Gue nasi goreng juga tapi minumnya es teh" pesannya Sania.

"Siap. Silahkan ditunggu ya mba pesanannya gajamin cepet. Terima kasih atas pesananya" ucap Shakira bak pelayan di Restoran.

"Gapake lama ya mba. Saya udah laper nih" ucap Sania dengan memasang wajah cueknya.

"Secepatnya mba. Ditunggu yaa" jawab Deyna dengan senyum paksaannya.

Setelah mereka berdua pergi tawa mereka -Dania, Sania, Fanya- langsung terdengar dengan keras. Sepertinya mereka puas sekali membully sahabatnya sendiri.

•Ditempat yang berbeda•

"Fer, cepetan kek jalannya lama amat" dumel laki-laki dengan postur badan tinggi, hidung mancung, bibir tipis dan berwarna merah menambah kesan sexy pada dirinya, Tama.

"Sabar kek elah, gue lagi modusin anak orang juga" jawab Feri. Ya Ferdian Rahardiansyah berparas tampan sama seperti Tama, bedanya Tama berambut hitam pekat sedangkan Feri sedikit kecoklatan. Bukan karna di cat.

"Penuh anjir" ucap Tama sambil melihat seluruh penjuru Kantin.

"Iya,ya. Makan dimana kita?" tanya Feri

"Oh gue tau kita duduk di deket jendela aja, pas tuh buat kita berdua" ajak Feri sambil menarik tangan Tama ke tempat duduk.

"Oya tadi kan lo telat. Gatakut di D.O apa lo?" tanya Feri di sela-sela memakan.

"Gak. Biasa aja. Santai" jawab Tama dengan wajah cuek bebek.

"Terserah lo deh, Tam" jawab Feri pasrah. Diikuti Tama dengan mengangkat bahunya acuh.

Di sebelah meja Tama, yang sedari tadi hening berubah menjadi ramai karna suatu hal yang bisa dibilang tidak penting.

"Eh eh liat deh samping meja kita" kata Fanya sambil berbisik.

"Kenapa emang? Eh anjir. Mereka berduaan? HAHA lol" respond Deyna setelah menyadari maksud Fanya.

"Wih ganyangka di Sekolah kita ada gay ya" kata Diana dengan wajah polosnya.

"Sayang loh kalo mereka beneran gay. Padahal mereka ganteng loh" kata Sania yang sedari tadi diam.

"Sha, kenapa lo?" tanya Fanya setelah menyadari keganjalan dari Shakira.

"Eh? Gapapa. Gue cuma kayak ngerasa familiar aja sama salah satu dari gay itu" jelas Shakira.

"Siapa Sha?" tanya Deyna.

"Makanya gue lagi mikir. Kalo udah tau nanti gue kasih tau" jawab Shakira sambil melanjutkan makannya.

Merasa keberadaannya seperti di awasi oleh 5 cewe di sebelah mejanya, Tama mengode agar Feri makannya lebih cepat.

"Apaan sih, Tam? Situ danta?" kata Feri yang tidak mudeng dengan kodean alay dari Tama.

"Cepet.Makannya.Ya" jawab Tama dengan singkat, jelas, padat, dan sedikit berbisik.

"Oh? Okeoke" kata Feri sambil mempercepat gerakan makannya.

Kok muka cewe tadi agak familiar ya, batin Tama sambil mengingat-ngingat siapa cewe tadi.

Setelah keluar dari pekarangan kantin Tama terus memikirkan salah satu perempuan yang berada di sebelah mejanya tadi.

"TAMA!" Tegur sang Guru yang sedang mengajar di depan, Pak Zey

"Hah? Iya pak?" respond Tama dengan polos.

"Keluar kamu, sekarang juga. Saya tidak butuh murid seperti kamu." ucap pak Zey tersebut dengan tegas.

"Tapi pa--" ucapan Tama terpotong karena dia sudah di hadiahi mata melotot dari Pak Zey. Karena itu Tama langsung kabur keluar kelas.

Sambil menyusuri koridor kelas, Tama berhenti di depan kelas IPA 3 entah kenapa dia bisa berhenti tepat di samping pintu kelas tersebut. Tama bukan hanya diam, tapi dia diam memikirkan siapa perempuan yang berada di Kantin tadi dan sekarang berada di kelaa IPA 3 tersebut.

Ah, ya, gue inget sekarang dia siapa, batin Tama.

Dengan senyum miring khasnya dia berjalan menuju lapangan basket Sekolah.

A/N

Gue butuh voments dari kalian guysss. Nama tokohnya gue ganti, ada yang request soalnya.

Thanks for reading!

LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang