09

94 12 0
                                    

Genap minggu ke 16 Bayu pulang pergi ke sekolahnya tanpa si kembaran. Jok belakangnya kosong. Sangat tidak nyaman. Tak ada yang memberikan lelucon garing lagi saat di tengah perjalanan kalau tidak di lampu merah. Tak ada lagi yang bisa dijahili saat di dalam kelas. Bayu sudah 6 bulan duduk sendiri. Sangat sepi.

Seperti biasa, hari ini sarapan seorang diri dan melamun. Bayu bahkan tak ingat waktu sudah menunjukan pukul berapa. Pikirannya terlalu kacau akhir-akhir ini. Ralat, sangat kacau.

"Bayu!"

Bayu dengar itu, teriakan di pagi hari. Dengan cepat dia menggendong tasnya dan bergegas ke luar rumah.

"Bayu tunggu, ini penting!"

Derap langkahnya terhenti, dia berbalik dan melihat orang tuanya yang berdiri di belakang, dengan tatapan serius.

"Hm?"

"Biru...butuh donor jantung."

"Terus?"

"Itu hal sulit. Di rumah sakit tak ada. Kami sudah mengecek kecocokan jantung kami tapi tak ada yang cocok. Maukah-"

"Aku mendonorkan jantungku untuk dia? Kalian sakit?" potong anak itu dengan cepat.

Dada Bayu sangat sesak sekarang. Moodnya benar-benar rusak. Runyam. Dia berbalik badan, niat hati ingin pergi sejauh-jauhnya dari rumah.

"Mama papa mohon Bayu, kasihan kembaran kamu."

Rasa sakit hatinya sudah tak terbendung, rasanya ia ingin meledak sekarang juga. Bayu berbalik dan memukul papanya dengan cukup kuat.

"Gimana sama aku ma? Pa? Apa kalian lebih senang aku mati? Iya?"

"Bisa nggak sih anggap aku anak kalian sehari aja?"

"Bisa nggak kalian sayang sama aku kayak kalian sayang sama kak Saga sama Biru? Aku juga punya hati!"

Bayu mengambil kunci motor yang tertinggal diatas meja makan lalu berlari keluar rumah setelahnya. Tak menghiraukan teriakan dan sumpah serapah kedua orang tuanya yang semakin bising di kedua telinganya.

"Dasar anak durhaka!"

+×+


Dari Bayu || Choi Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang