6. Don't Hold It!

101 5 0
                                    

Gisella merenggangkan tubuhnya, setelah hampir setengah jam dirinya berkutit dengan buku bersama Marka. Ya, tugas kelompok yang terdiri dari 2 orang itu sangat melelahkan, dan memakan waktu. Ya, ia meminta tolong kepada Marka selaku teman kelasnya.

Mereka harus meriset berbagai buku untuk menyelesaikannya. Temannya si Karin yang sudah mengerjakan setengahnya, dan dia pun meneruskan pekerjaan temannya yang satu kelompok dengannya. Dan saat ini mereka sudah selesai mengerjakannya.

"Kantin yuk!" Ajak Marka.

Gusella mengangguk lalu mulai bangkit dari duduknya, dan berjalan beriringan bersama Marka menuju kantin. Ya, mereka hari ini sedang free class karena kelas 12 sedang menjalani simulasi unbk. Alhasil mereka berdua meneruskan kerja kelompoknya yang tertunda tadi malam karena Haikal. Haikal? Tidak tau dirinya sudah mengerjakan tugas kelompoknya atau belum, ia tidak memikirkannya. Yang ia tau, sahabatnya itu berkelompok dengan Renan dan juga Narendra yang sama-sama anti buku, dan perpustakaan. Kebayangkan tugas mereka jadi gimana?

Sampai Kantin, mereka berdua memesan makanan serta minuman yang sama tapi dalam level berbeda. Ya, Mie ayam dan Bakso menjadi pilihan mereka. Gisella dengan level pedas, sedangkan Marka sedang, serta cola yang menjadi minuman mereka.

"Makasih, Marka." Ucap Gisella kepada temannya, yang membayarkan jajanan mereka.

Marka tersenyum, mencubit sebelah pipi temannya, lalu mengangguk. "Santai kali Gi, udah kayak sama siapa aja." Balasnya.

Mereka berdua makan bersama dengan tentram. Sesekali membahas hal yang menyambung dengan otak, dan pikiran mereka. "Oh iya, gimana tadi malem si Haikal?" Tanya Marka.

Gisella yang mendengar pertanyaan yang diberikan temannya, ia langsung menghentikan makannya, dan mendengus kesal. Ia juga mulai menceritakan kejadian tadi malam kepada temannya ini, yang berhasil mengundang tawa sang teman.

"Haikal, dia bener-bener deh." Ucap Marka, seraya menggelengkan kepalanya, begitu mendengar tingkah temannya tadi malam, yang mengganggu acara belajar mereka semalam.

Gisella langsung tersentak karena mengingat sesuatu, ia pun mulai bertanya kepada temannya ini. "Marka, kenal Wony Yoshepia, gak?" Tanyanya yang menanyakan perihal perempuan yang sedang dekat dengan sahabatnya.

Marka sendiri langsung mengangguk, karena dia memang kenal dengan perempuan yang ditanyakan temannya ini. "Wony Yoshepia anak kelas ipa 2 gebetannya si Haikal, kan?" Sahutnya.

Gisella yang mendengarnya, ia langsung tersenyum lalu mengangguk, membenarkan ucapan temannya ini. "Jadi anak kelas ips 2. Pantes aja gue gak pernah liat." Serunya. "Menurut lo, dia anaknya kaya gimana?" Sambungnya, menanyakan lebih lengkap wanita yang sedang dekat dengan temannya.

Marka sempat berfikir sejenak, sebelum mengatakannya kepada temannya. "Lo tau sendiri kan kalo sahabat lo itu orangnya keras kepala, walaupun sering dibilangin plus dikasih bukti?" Pertanyaan balik yang ia lontarkan, yang dibalas anggukan setuju oleh temannya.

"Kemarin, gue liat sahabat lo itu beliin dia hp keluaran terbaru, dari merek apel buat kasih ke dia. Tapi, pas kebesokannya, gue liat dia kasih ponsel itu ke cowo di taman jam 5 sore." Tuturnya, yang mendapat helaan nafas dari teman wanita yang ada dihadapannya.

Kan benar apa yang dibilang dia kalau sahabatnya itu bodoh?! Dia itu kesal kalau ada yang memanfaatkan harta kekayaan sahabatnya! Ia tidak suka! Semua mantan sahabatnya yang pernah diintrogasi dia tuh selalu menjawab 'tch! Siapa sih yang mau sama Haikal, selain morotin hartanya doang? Lo tau sendirikan standar cowo di negara kita? Sahabat lo tuh jauh dari standar. Lagi gue heran kenapa lo mau-maunya deket sama dia.'

Langsung saja dia pukul perempuan yang selalu berkata seperti itu, sampai dia masuk rumah sakit selama seminggu. Padahal menurut dirinya, sahabatnya itu tampan, sangat malahan. Walaupun banyak mengesalkan sih orangnya.

Kulit yang gak terlalu putih tapi tetap termasuk golongan putih juga sangat terlihat bagus dimatanya, dan menjadi daya tarik bagi seorang Haikal Chandra ini. Lagipula apa sih! Ketampanan bukan jadi tolak ukur bagi pria! tanggung jawaban, tdan kepastian yang menjadi tolak ukur pria bagi .

Ia tidak menyukai pria yang bertele-tele, tukang modus, maunya senang-senang doang, make, dan mengikat wanita tapi tidak ada pertanggung jawabannya untuk membahagiakan mereka, apalagi ketika wanita itu hamil anaknya. Ia sangat kesal kalau menemukan pria yang seperti itu. Bukan suatu yang tidak lazim lagi perempuan di sini hamil terlebih dahulu untuk zaman sekarang.

Marka menatap temannya yang sedang menahan kesal. Dengan inisiatifnya, ia memegang tangan temannya, dan mengelusnya untuk meredahkan kesalnya sang teman. Terbukti bahwa nafas temannya sudah kembali normal. Setelah nafas temannya ini sudah normal, ia mencoba bertanya kepada temannya. "Gi, sebenarnya lo ada hubungan apa sih sama Haikal?" Tanyanya dengan hati-hati.

Gisella langsung mendelik, ia mengerutkan dahinya bingung akan pertanyaan yang diberikan temannya ini. Lebih tepatnya seluruh temannya, yang setiap harinya menanyakan hal ini kepada dirinya. "Gak ada apa-apa. Gue sama dia cuma temen." Jawaban yang selalu ia lontarkan, ketika ada yang bertanya mengenai hubungannya dengan temannya ini.

"Gisella, lo harus jujur sama hati lo sendiri. Kalo emang misalkan dia cuma temen lo? Lo gak akan mungkin terjun langsung kedalam kehidupannya,  bahkan kedalam percintaan dia. Lo gak suka apabila ada orang yang nyakitin sahabat lo, morotin sahabat lo, dan menjudge bahkan merendahkan sahabat lo. Lo bahkan sampe rela terkena masalah karena gak segan-segan mukul mereka yang melakukan itu semua ke sahabat lo. Kalau misalkan Haikal itu cuma temen lo? Lo gak mungkin bertindak seperti itu." Jelas Marka.

Dan Gisella langsung termenung sejenak. Ya, ia hanya tidak suka apabila ada orang yang merendahkan sahabatnya. Ia juga akan marah, dan memukuli mereka, tidak perduli konsekuensi yang akan dihadapinya. Ia langsung menghela nafasnya, lalu menggeleng menanggapi pernjelasan yang diucapkan temannya. "Gue gak tau, Marka. Gue cuma gak suka aja." Serunya secara jujur. Ia tidak tau hatinya mau apa.

Marka terkekeh, mengusak surai rambut temannya ini secara perlahan. "Gapapa. Biarin semuanya mengalir apa-adanya. Tapi, jangan sampe lo nahan hati lo kalo perasaan itu datang. Oke?" Serunya yang membuat temannya tersenyum lalu mengangguk.

Setelah selesai makan, dan berbincang. Mereka berdua memutuskan untuk kembali ke kelas. Tepat dipertengah jalan menuju kelas, Gisella tengah melihat sahabatnya yang sedang bermain basket bersama teman-teman se-frekuensinya. Kalian pikir kalau sahabatnya ini akan tampil badaas, dengan keringat yang mengalir diwajah serta tubuhnya, serta smirk yang selalu diandalkan para pria untuk menarik para wanita ketika bermain basket? Salah! Sahabatnya ini justru berbanding terbalik seperti itu.

Terlihat sekarang sahabatnya yang tengah tersenyum, seraya mengepalkan kedua tangannya didada, ketika dirinya berhasil memasukkan bola kedalam ring. Lucu bukan? Ya! Dia tau itu. Dia juga bingung kenapa sahabatnya ini memilih basket sebagai salah satu ekskulnya. Kalian tau sendiri bahwa sahabatnya ini tidak suka dengan kegiatan fisik!

Pas pertama kali ditanya mau ekskul apa, dirinya malah menjawab ekskul makan, kan aneh. Tapi entah kenapa dirinya tiba-tiba masuk kedalam ekskul basket. Ketika dirinya tanya, jawabannya terpaksa karena gak boleh gak ekskul.

*dugh* ia meringis, ketika bola basket mengenai dahinya. Ia segera tersadar dari lamunannya, dan menatap sekitar siapa yang telah melakukan ini kepada dirinya. Ia langsung mendengus kesal, ketika melihat sahabatnya yang tengah puas menertawakan dirinya. Haikal Chandra! Siapa lagi yang berani melakukan hal ini kepada dirinya?!

"Cepet balikin!" Teriak sahabatnya, yang sukses membuat dirinya semakin kesal. Ia langsung mengambil bola basket yang ada dikakinya. Sebelum menghampiri sahabatnya, ia menautkan kedua alisnya bingung karena tidak melihat keberadaan Marka, temannya.

Ia tak ambil pusing, dan lebih memilih untuk melanjutkan langkahnya dalam menghampiri sahabatnya, dengan nafas yang memburu. Dilain sisi, Haikal sendiri sudah meneguk salivanya secara kasar. 'Maung's coming!' Batinnya, lalu mulai melarikan diri dari amukan sahabatnya.

"YAK, HAIKAL CHANDRA! MAU KEMANA LO?! JANGAN KABUR!" Teriak Gisella, yang langsung  membuang bola basketnya secara asal, lalu lari mengejar sahabatnya yang sudah lebih dulu melarikan diri dari dirinya.

MY ENEMY? - HAESELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang