3. The Reason is

122 5 0
                                    

Sampai ditempat bermain, mereka berdua mulai memainkan beberapa permainan. Walaupun diawali dengan pertengkaran, mereka tetap bermain dengan hikmat. Dimulai dari bermain pistol, mobil, motor, drum, adu kekuatan, dan pengambilan tiket untuk ditukarkan hadiah. Tak lupa mereka selalu mengabadikan moment dengan berfoto dimesin foto sebelum mereka meninggalkan area permainan.

Di pertengahan jalan ketika ingin makan malam, netranya Gisella menangkap baju yang ia inginkan terpasang dipatung dibalik etalase. Dengan segera, ia menarik sahabatnya untuk memasuki toko itu. "Kal, mau yang itu!" Pintanya, seraya menunjuk baju yang ia maksud.

"Yaudah beli, lo kan bawa duit" sahut Haikal dengan santainya, yang membuat sahabatnya langsung mendecak kesal, begitu mendengar jawabannya.

"Ck! Setiap gue jalan sama cowo, gak pernah tuh namanya gue ngeluarin uang. Kenapa jalan sama lo, gue mulu yang ngeluarin ya?! Lagipula nih ya Kal, gak ada sejarahnya perempuan ngeluarin uangnya, ketika jalan sama Laki-laki. Lo mah apa? Gue mulu yang keluarin, miskin gue kalo jalan sama lo mulu." Dengusan yang ia berikan, yang sangat kesal dengan jawaban yang diberikan sahabatnya.

Sebenarnya, Haikal ingin sekali terkekeh begitu melihat tingkah menggemaskan sahabatnya ini, namun ia tahan itu semua. "Emangnya lo perempuan?" Balasnya, dengan kedua alis yang sudah dinaik-turunkan.

Gisella tidak bisa untuk menahan geraman kesalnya. Ia segera menginjak kaki sahabatnya, yang membuat sang empuh langsung meringis akibat ulahnya. "Tau ah! Bercandaan lo gak lucu! Udah! gue pengen pulang aja!" Serunya, yang udah badmood dan ingin pergi meninggalkan sahabatnya ini, tapi ditahan oleh sahabatnya.

"Etetetetet lo mau kemana? Iya iya gue bakal beliin! Jangan ngambek tau! Lo gak pantes!" Seru Haikal yang langsung menahan sahabatnya yang ingin pergi, diiringi tawa diakhir ucapannya.

"Mbak, permisi!" Panggilan yang Haikal berikan, yang membuat senyuman sahabatnya langsung terlihat secara perlahan, begitu dirinya memanggil pelayan toko.

"Ada yang bisa kami bantu?" Tanya pelayan itu dengan sopan, diiringi dengan senyuman.

"Saya mau yang ini 1 size S, langsung dibawa ke kasir saja." Pintanya, seraya menunjuk baju yang diinginkan sahabatnya, untuk segera dibawa kekasir. Pelayan itu mengangguk, lalu mulai mencari barang yang dimaksud oleh dirinya, dan membawanya kekasir.

Senyumannya semakin merekah begitu mendengarnya. Berbeda dengan hatinya yang sudah tersenyum licik. Sahabatnya ini tidak tau berapa harga kaos itu sebenarnya.

Sampai dikasir, pelayan kasir pun menyambut mereka dengan ramah. "Jadi, mau bayar cash atau kartu?" Tanya pelayan itu.

Dengan gaya angkuh, Haikal langsung mengeluarkan dompetnya. Menunjukkan semua kartunya dihadapan pelayan kasir. "Pilih yang mana." Ujarnya, seraya bergaya angkuh, diiringi kedipan mata sebelah.

Pelayan tersebut sempat ragu. Namun ia tetap mengambil kartu pelanggannya secara asal, dan melakukan transaksi pembayaran.

Dilain sisi, ia sendiri sudah sangat kesal melihat tingkah sombong sahabatnya ini. Bagaimana bisa sahabatnya ini sombong, dengan cara memamerkan kartu yang banyak, tapi dari pemberian orang tuanya? Sedangkan utang sahabatnya terhadap dirinya belum lunas dari mereka Sekolah dasar sampai saat ini?

Bukannya dia ini pelit, atau perhitungan sama Musuh sendiri. Tapi sahabatnya ini selalu berbicara 'Meminjam' daripada 'Meminta' bukankah ketika seseorang yang meminjam, harus dibalikan kembali? Entah itu dalam barang, ataupun uang.

Dirinya ini selalu menerapkan apa yang ayahnya terapkan. Jika sahabatnya meminta uang kepada dirinya, dirinya tidak akan memasukkan itu kedalam list hutang. Kalau saja ia tidak ingat sahabatnya yang membelikkan baju yang dia inginkan, sudah ia pastikan kalau sahabatnya ini akan habis ditangannya, karena kesombongan yang telah dia lakukan.

MY ENEMY? - HAESELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang