06. The Warmth of an Unexpected Day

1 0 0
                                    

Pagi ini terasa seperti salah satu hari paling indah bagi Leona. Cahaya matahari yang menyapa lembut seperti mendukung perasaannya, membuat harapannya tumbuh. Di depan rumahnya, Theo berdiri, sosoknya tampak begitu memikat dalam jaket hitam yang dikenakannya, membuat hati Leona berdebar lebih kencang.

Tanpa pikir panjang, Leona melangkah cepat membuka pagar, senyum manisnya mengembang, tak bisa disembunyikan.

"Pagi, Leona," sapa Theo dengan suara rendah nan lembut, membuat getaran halus terasa hingga ke hatinya.

"Pagi juga, Theo," Jawaban Leona keluar dengan cepat, senyum lebar menghiasi wajahnya, seolah dunia ini hanya milik mereka berdua saat itu.

"Udah siap?"

"Udah," di balik senyumannya, Leona berusaha menyembunyikan debaran jantung yang semakin kencang.

Theo kemudian menoleh ke arah pintu rumah, matanya mencari sosok lain.

"Orang tua lu ada di dalam?"

"Iya, mau gue panggilin?" Leona sedikit bingung, tapi mengerti maksud Theo.

"Iya, gue harus izin dulu."

Dengan cepat Leona masuk ke dalam, lalu kembali bersama Elinda dan Galen. Theo tersenyum sopan saat melihat mereka. Jelas terlihat darimana Leona mendapatkan kecantikan dan kelembutan yang terpancar darinya.

"Pagi, Tante, Om," sapa Theo sambil menunduk dan mencium tangan mereka.

"Pagi, Theo. Wah, rapi banget kamu! Ganteng!" Elinda menggoda sambil terkekeh. Theo langsung salah tingkah, melirik sekilas ke arah Leona yang kini sudah memerah wajahnya, menahan malu.

Theo tersenyum canggung.

"Makasih, Tante."

Galen menepuk pundak Theo perlahan. "Hati-hati di jalan, jangan buru-buru. Masih ada waktu kok."

Theo mengangguk,

"Tenang, Om. Theo akan pelan-pelan bawa motornya. Leona pasti aman."

Galen tersenyum puas mendengar jawabannya.

"Oke! Gih, kalian berangkat," tambah Elinda sambil tersenyum menggoda, membuat Leona yang semakin malu.

"Mami, please..."

Theo hanya bisa tertawa kecil mendengar protes itu. Ada sesuatu yang hangat di dalam hatinya, melihat interaksi manis antara ibu dan anak tersebut. Setelah berpamitan, Theo membantu Leona naik ke motornya, dengan lembut menurunkan pijakan kaki agar Leona bisa lebih mudah duduk. Gerakan kecil itu terasa sangat perhatian, membuat Leona merasa semakin gugup.

Theo menoleh ke arahnya, memastikan Leona sudah siap dan nyaman. Setelah semuanya siap, mereka pun mulai melaju perlahan, meninggalkan rumah Leona yang kini mulai terasa sepi tanpa kehadiran mereka.

Selama perjalanan, Leona merasakan angin menyapu lembut wajahnya, namun hatinya terasa penuh. Bahagia, gugup, semua bercampur jadi satu. Siapa yang menyangka, dirinya bisa berangkat sekolah bersama Theo. Sesekali, Theo melirik ke kaca spion, memperhatikan Leona yang terlihat tersenyum malu-malu. Hal itu membuat senyum kecil terbit di wajahnya, perasaan hangat mengisi dadanya.

Namun suasana tenang itu tiba-tiba berubah saat Leona berteriak.

"THEO!"

Theo kaget, langsung menoleh ke kaca spion dengan wajah panik.

"Kenapa, Na?"

Leona menarik napas cepat, wajahnya kini penuh penyesalan.

"Tas gue ketinggalan di rumah."

The Full Moon's Secret: A Tale of October and MayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang