2.pertandingan

3 1 0
                                    

Di lorong sekolah Zia masih memikirkan pertandingan itu, ia melihat Araz yang sedang main basket, Araz bahkan bisa merebut bola basket dari musuhnya.

Zia tersenyum kecil, ia baru pertama kali melihat Araz sejago itu. Tapi wajahnya memang masih terlihat galak jika dilihat lihat. Melihat nafas Araz aja Zia menelan ludah, cowok itu benar benar membuat Zia gugup sendiri.

"Fade away jump shoot!" Lirih lelaki yang sedang memainkan basket itu. Zia sangat degdegan melihat Araz memasukan bola basket!

"Wow!"

"Gimana cara lo ngelakuin itu?" Tanya temanya pada Araz.

"Kalo basic shooting lo udah bagus, lo pasti bisa." Cetus Araz.

Mereka masih bingung sama apa yang Araz sampaikan. " masa sih?"

Diatas Zia masih tidak menyangka melihat  Araz sejago itu. " wah kak araz jago banget!"

"ZIANIA!!" Teriakan Amara membuat Zia terjatuh dari lamunannya.

"Aduh!"

"Jangan banyak melamun lo, ayo. Latihan lagi!" Amara masih berteriak membuat Zia menutup telinganya.

"Ara suara kamu lantang banget."

Zia berdiri kemudian melirik ke sebuah lapangan, Zia harus lari mengelilingi lapangan bagaimna bisa.

"Latihannya nunggu lapangan sepi aja ya, soalnya ada itu." Zia berbalik badan kearah lapangan itu..

"Apa?" Amara melipat tangannya.

"Itu, kak Araz." Membuat Amara melirik kearah lapangan.

"Cie... Cie... " ledeknya.

Zia meminta Amara untuk berhenti menceng cengkan dirinya, Zia sangat malu saat itu. Maksudnya buka begitu.

"Ehm! Ehm! Kak Araz ada salam dari Zi–" Zia menutup mulut Amara dengan kedua tangannya.

"Araa berisik! Malu aku," lirihnya ia membawa Ara kekelasnya.

Araz mendengar ada yang berteriak memanggilnya, tetapi waktu Araz melihat kearah suara itu, tidak ada siapapun. Is kembali bermain basket.

"Makanya cepet latihan Zi, kalo enggak gue teriak lagi. Nih." Sungguh Amara mengancam Zia.

Zia sudah berada di lapangan karna Amara memaksanya, ia cukup membuat Zia 100% tidak mempunyai semangat!

Zia masih fokus melihat kearah orang yang sedang bermain basket, kemudian sampai ia menyadari.

"Aduh, gak bisa!" Zia berbalik untuk meninggalkan Amara di lapangan.

"Loh,kok balik lagi?! "

"Aku takut keliatan kucel pas kecapekan!"

"Emang biasanya gitu, kan? Jawab Amara.

" ta–tapi sekarang kan ada kak Araz, ada teman temanya juga." Bisikan itu masuk dketelinga membuat Amara menghembuskan nafas.

"Itu lagi!"

"Pede aja Ziania!"

"Perempuan kalo jatuh cinta pasti pernah merasa menjadi orang terjelek sedunia!"

"Aku bukan ja–" ucapannya terpotong, karna Amara mendorong nya untuk berlari.

Membuat Zia pasrah dan berlari, ia sangat tidak pede bahkan Zia mengelilingi lapangan itu. Sampai Amara berteriak lantang.

MATAHARI MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang