Dalam semi final Zia sudah menjadi pemenang, ia sangat bahagia walaupun memenangkan juara kedua dari Alesya. Zia, memang agak iri melihatnya.
"Akhirnya gak sia-sia gue ngajar latihan lo Zi!" Ucap Amara, ia belum sempat mengetahui kejadian tadi.
Zia tersenyum lepas membuat Araz yang sedang bersama pacarnya ikut mengembangkan sedikit senyum untuk Zia.
"Kak Araz!! Zia menang!" Teriakan Zia menarik perhatian orang orang dihadapan Araz.
Araz melirik kearah Zia, lalu kembali melirik kepada Alesya.
"Kamu gak mau ngucapin selamat juga buat Zia Raz?" Alesya bertanya.
Araz menggeleng is tersenyum dan hanya fokus pada Alesya."selamat Alesya." Ucapnya walaupun singkat Zia, selalu merasa tenang saat Araz yang mengucapkannya.
"Makasih banyak sayang," jawabnya.
Disisi lain Viden kalah, ia sudah sangat bersemangat imut latihan tapi kecepatan nya terkalahkan oleh Raigan, ia kecewa mengapa dirinya kalah.
Raigan sangat bahagia karna ia menang menjadi juara pertama, semua yang ikut dalam pertandingan itu dikumpulkan oleh guru olahraga nya.
Semua orang menerima hadiah masing-masing kecuali Viden, ia sudah mengecewakan guru dan teman temanya. Tapi, sebagai teman Zia ikut sedih, Viden sudah sangat excited untuk bisa menangin lomba ini.
"Nio, kamu gakpapa?" Zia berbisik pada Viden, cowok itu hanya menggeleng."gue gakpapa, congrats ya Zi," Viden kemudian pergi.
Zia merasa bersalah karna bertanya itu pada viden, setelah menerima hadiah Zia pergi menyusul viden. Ia teman pertamanya, Zia tidak ingin membuat Viden sedih.
Pemuda itu duduk dibalkon, ia teringat dengan tanding tadi, ia benar benar butuh uang itu, tapi. Dirinya memang payah.
"Gue bodoh, gimana caranya gue bisa cari uang!" Gumamnya ia terus berbicara sendiri.
Zia menyodorkan uang tunai senilai 5juta, membuat Viden terkejut dan langsung berdiri menjauhkan uang ith dari tangan Zia.
"Ini apa?" Tanya Viden.
Ia terseyum. "Ini uang, kamu gak liat ya nio?" Ucapnya.
"Bukan, maksud gue uang ini kenapa lo sodorin ke gue?"
"Nio lagi butuh uangkan,ini uang hadiah Zia, untuk Nio," jawabnya, Viden tidak berpikir jernih.
Zia menyodorkan uangnya, kemudian menyimpangnya ditelapak tangan Viden, gadis itu memang sungguh gila. "Udah Terima aja, Zia gak butuh uang itu. Zia udah punya Piagam ini, " ia menunjukan piala.
Viden melirik uang itu, dan langsung mengembalikannya pada zia, ia tidak akan setega itu mengambil uang yang bukan miliknya.
"Gue gak terlalu butuh uang lo, lo simpen aja ini uang hasil kerja keras lo Zi." ujar Viden ia kembali melirik langit.
Ia temani oleh Zia, keduanya benar benar memandang langit,membuat Zia berlirih.
"Nio suka langit ya? Zia juga suka, tapi langitnys gelap gak terang." Ucap Zia membuat Viden melirik kearah Zia.
"Gue suka senja, gue selalu nunggu senja." Sahut Viden membuat Zia mengangguk.
"Tapi–" Zia menyodorkan uangnya pada Viden lagi.
Ini kedua kalinya Viden merasa terkejut.
"Ini buat Nio, anggap aja Zia bantu nio. Nio bisa balikin uangnya kalo Nio udah ada uang." Ia tersenyum pada Viden.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATAHARI MALAM
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Terang itu adalah aku dan gelap itu egomu." Cerita ini bermula dari penemuan seorang Balita yang tengah sendirian dibelakang pohon, yang merubah Hidup keluarga besar Galinga semakin maju. "Aku suka sama kakak! Kakak...