✿I don't know the title on this page/ GakuTaki

82 6 5
                                    

Halo.
Mengenai CP kali ini. Datangnya dari andaudition.
Aku kangen banget
(⁠〒⁠﹏⁠〒⁠)

___

Gesekan antara kulit buku dan permukaan meja mulai menghiasi kelas pagi milik Mrs Coopher yang akan mulai beberapa menit lagi. Lantaran tugas yang diberikan terlalu sulit, beberapa orang lebih memilih menyontek di hari berikutnya alih-alih mencoba mengerjakan. Dan Gaku sudah bisa menebak bahwa buku milik Nakakita Yuma dan Shirahama Hikaru akan menjadi santapan anak-anak kelas.

Semuanya sudah dimulai sejak Danielle menyerukan nama Yuma untuk meminjam. Dan tragedi buku terlempar dari meja satu ke meja yang lain resmi dimulai.

"Terimakasih." Buku bersampul Avengers yang bagian wajah milik Hulk tidak bisa dikenali terlempar tepat di hadapan Yuma yang duduk persis di meja sebelah Gaku. Pelaku pelemparan buku ─Watanabe Haruto telah menghilang di kerumunan anak perempuan yang sedang menyalin buku milik Hanni.

"Ini sudah sampul ke berapa? Kelihatannya yang kemarin Iron Man sudah berganti menjadi Iron Girl." Gaku membolak-balikkan sampul buku yang sudah rusak, kejadian semacam ini sudah sering terjadi pada teman-temannya. Dan meskipun sudah diberitahu untuk hati-hati, tetap saja saat buku kembali gambar pada sampul sudah berubah. Kejadian sebelumnya seseorang mencoret-coret wajah milik Iron Man dengan menambahkan Liptint serta eyeshadow di bagian wajah.

"Aku nggak menghitungnya, lagipula mereka memberikan cadangan di kelas." Ketua kelas ─Harry June dan bendahara kelas ─Seol Sullyoon mungkin sudah terlalu lelah memberi tahu untuk berhati-hati saat meminjam buku akhirnya meletakkan sampul buku yang dibeli dengan kas kelas dan diletakkan pada rak belakang, ditujukan untuk siapapun yang sewaktu-waktu mengalami kejadian serupa.

Tepat saat bel berbunyi, Mrs Coopher datang bersama seseorang di belakangnya. Seragam Kamis yang digunakan serampangan dan rambut putih setengah basah serta aksesoris telinga yang masih terpasang melebihi angka yang sekolah tulis.

Takayama Riki.

"Praktik Minggu ini dilakukan di kelas, semuanya silahkan keluarkan kacang hijau dan kedelai sesuai yang kita sepakati di pertemuan sebelumnya."

Terkadang Gaku tidak paham untuk apa mereka mempelajari laju pertumbuhan kacang-kacangan untuk mendapat nilai kelulusan yang baik. Bisa saja mereka cukup mengamati dari rumah alih-alih membawanya ke kelas dan mengamati mereka setiap hari lalu menuliskan di buku laporan yang dibuat khusus untuk praktek kali ini. Dirinya bahkan tidak akan berekspektasi mereka akan bertahan selama satu Minggu mengingat seluruh anggota kelas adalah orang-orang yang kelebihan energi hingga selalu menghancurkan kelas dan membuat repot anggota kebersihan yang piket di hari selanjutnya.

"Kamu bawa kacangnya?"

"Sesuai yang tertulis, aku menghitung mereka." Taki menyerahkan kantung plastik berisi kacang-kacangan dengan dua warna yang berbeda.

Dulu, sewaktu Gaku naik ke kelas tiga, dirinya berdo'a agar dijauhkan dari sekumpulan anak-anak bandel. Dua tahun berturut-turut dirinya selalu mendapat kelas dengan anak-anak ambisius yang jarang membuat keributan membuatnya harus ekstra berdo'a agar mendapatkan kelas yang serupa.

Meski tidak sepenuhnya dikabulkan, setidaknya beberapa orang dari kelas tersebut bergabung bersamanya. Walaupun setengah dari mereka yang mendapat predikat berkelakuan baik dengan nilai A harus bersanding dengan setengahnya yang mendapat predikat berkelakuan baik dengan nilai C, Gaku tidak bisa untuk tidak mengutuk kepala kesiswaan yang seenak hati menggabungkan anak-anak nakal ke kelasnya.

Terlebih saat melihat anak-anak dari kelas 2.5 yang memang kebanyakan tidak berkelakuan baik tergabung ke kelas mereka, Gaku sudah pasrah.

Namun seiring berjalannya waktu, penilaiannya pada beberapa orang mulai berubah. Kebanyakan dari mereka hanya terbawa suasana dengan kelas yang digabungkan, terbukti mereka sudah tidak lagi membuat pelanggaran yang mengharuskan mereka keluar masuk ruang kesiswaan untuk menerima surat pelanggaran. Meskipun terkadang dirinya masih saja dongkol saat guru meninggalkan pekerjaan rumah, beberapa dari mereka tidak mau berusaha dan memilih untuk menyontek di hari berikutnya.

"Kamu yang akan mengamati?" Taki menyodorkan sebuah pulpen biru, "Atau aku?"

"Aku saja, tinggalkan bukunya di meja dan lalu buat satu lagi untuk jaga-jaga. Aku masih nggak akan percaya jika tanaman kita bisa tumbuh dengan baik di neraka semacam ini."

Taki tertawa kecil, memang Gaku menyebutnya begitu "Yaang itu aku bisa mengatasi. Nggak sulit."

Predikat sebagai Lucifer mungkin terlalu berlebihan untuk disematkan kepada Taki, tapi di kelas mereka yang memang sudah seperti neraka, julukan itu mungkin sudah sesuai.

Sejak namanya tertulis di daftar kelas 3.3 yang tertempel di papan pengumuman dan terletak di bagian paling bawah, semua orang sudah mewanti-wanti untuk tidak membuatnya kesal. Bahkan mereka mengosongkan satu kursi yang apesnya terletak di sebelah Gaku yang kebetulan kosong di hari pertama mereka masuk.

Gaku tidak tahu siswa seperti apa Takayama Riki itu, setidaknya sebelum eksistensinya muncul saat bel berbunyi. Berdiri tegak dengan pakaian berantakan ─dirinya nyaris mengatakan anak itu tidak niat ke sekolah. Seluruh kancingnya tidak disatukan, menampilkan kaus putih di dalamnya. Rambutnya waktu itu biru tua, dan kalau Gaku ingat-ingat ada beberapa yang berwarna abu-abu tidak disisir, ada daun yang menempel di atasnya. Wajahnya berpeluh dan tali sepatunya terlepas sebelah atau mungkin lupa diikat.

Semua orang yang mendapatkan predikat berkelakuan baik bernilai C tidak ada yang bersuara meskipun sebelumnya berteriak-teriak, waktu itu hanya ketua kelas yang bersuara dan menyuruh Taki untuk duduk di kursi yang tersisa.

Atmosfer kelas pun terasa aneh, sedikit berat. Gaku tidak tahu siapa Taki, dirinya tidak mengikuti perkembangan kelas lain. Bahkan di lingkungan sekolah selama dua tahun, Gaku rasanya tidak pernah berpapasan dengan anak itu. Jadi, kejadian saat kelas pertama di kelas tiga menjadi tanda tanya terbesar di kepalanya saat itu yang bahkan masih terekam apik d kepalanya.

Hanya saja, alih-alih pandangan menunduk yang ia tunjukkan seperti kebanyakan siswa. Gaku justru mendongak menatap Taki yang waktu itu berdiri untuk menarik kursinya. Poni rambutnya yang panjang dan luka di sudut bibir bisa jadi hanya ia yang bisa melihatnya dengan jarak dekat.

Tepat saat Taki menatapnya balik dan kedua mata mereka beradu, Gaku sadar.

"Takayama Riki, mohon bantuannya untuk satu tahun ke depan."

Dirinya yang sejak tadi hanya duduk dan berbincang-bincang dengan Hikaru merasa baru saja menyelesaikan sepuluh putaran di garis lari tepi lapangan. Gugup tiba-tiba saja menyerang dan detak jantungnya meningkat.

"Gaku." Lidahnya kelu dan bibirnya sulit mengucapkan kalimat selain nama akrab. Batinnya menggerutu dan mengutuk jantung serta otaknya yang tidak sinkron.

"Memangnya kamu nggak bosan? Ini akan memakan waktu lama kalau cuma kamu yang mengurus."

Gaku tersadar dari lamunannya kemudian tertawa sebentar, tangannya memegang kedua bahu Taki erat lalu menatap matanya yang terlihat bingung, mungkin keputusan yang Gaku ambil dinilai merepotkan sebelah pihak.

"Tentu saja nggak, kamu bisa mengurusnya saat aku nggak masuk."

Taki mencibir, Gaku itu tidak pernah absen. Bahkan saat hujan lebat ataupun badai turun ia akan selalu datang ke sekolah sebelum bel berbunyi. Dan bagi Taki itu sama saja Gaku yang akan mengurus semuanya.

"Yah, kalau kamu bilang gitu. Aku bakal urus keamanannya."

Gaku tersenyum kecil, jemarinya mengusap helaian rambut putih yang tergerai di dahi "Sepakat."

"Aku nggak tanggung jawab kalau kamu bosan." Ancamnya dengan menuding telunjuk yang diletakkan di dahi Gaku.

Gaku menggeleng, tentu saja dia nggak akan bosan. Sejak pertama kali kedua mata mereka bertatapan, Gaku tahu ia telah jatuh cinta meskipun enggan mengakui. Dan kini, ia sudah tak lagi ragu untuk mengatakan jatuh cinta untuk ke berapa kali pun mereka bertatapan mata.

Menatap Taki dengan jarak sedekat ini tidak akan pernah ada kata bosan yang Gaku lontarkan. Ini akan sama seperti awal mereka bertemu, dan selalu menjadi awal yang tidak akan pernah Gaku bosan untuk ia ulang berkali-kali.

___
Yah, jenis bosannya berbeda.
Hahahahah ..

Hope you like it babe ♡

___
Ngomong-ngomong nih.
Playlist udah sampe ke halaman 15.
Udah lumayan banyak yaaa ...

Kira-kira ada nggak cp atau salah satu halaman yang jadi favorit kalian?

Playlist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang