Heart - 4

2K 303 15
                                    

Update lagi<3

Yookkk komen yang banyaak ^^

Bagian di paling bawahnya baru yaaaa~~~

Bagian di paling bawahnya baru yaaaa~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"In? India?"

Tidak ada tanggapan dari sang pemilik nama.

"Woi, India!"

Kali ini sang empunya nama tersadar dari lamunannya. India melihat Velven, sepupunya. Memasang cengiran, India menyudahi lamunan tentang kehidupan pernikahannya selama satu tahun ini. Semakin dipikirkan, India semakin tertekan.

"Mikirin apa sampai melamun gitu?" tanya Panca.

India menggeleng. "Kalian bahas apa?"

Siang ini India bertemu dengan Velven dan Panca. Niatnya bertemu untuk makan siang bersama, sialnya, dia malah tidak bisa fokus. 

"Itu nggak penting. Yang penting sekarang, kenapa lo melamun. Belakangan ini setiap kita ajak ketemu, lo selalu melamun. Apa, sih, yang lo pikirin? Berantem sama Jondas?" tanya Velven ingin tahu.

Sejujurnya India bukan tipe yang senang terbuka meski itu sahabatnya sekali pun. Waktu dia putus dengan Panca--sosok yang sedang bersamanya sekarang--alasan putusnya baru terkuak setelah Panca menceritakan kepada Velven. Jika bukan Panca yang cerita, Velven tidak akan tahu. Begitu pula dengan keluarganya. Di antara semua keluarga Wijaya, hanya dialah yang senang memendam sesuatu. Mau kesulitan apa pun itu, India memendamnya sendirian. India tidak ingin orang-orang ikut pusing dan memikirkan dirinya. Apalagi ini menyangkut Jondas. Dia takut jika nanti cerita, orang-orang akan memandang sinis suaminya.

"Gue mikirin novel baru gue, nih. Katanya baru terbit dua bulan lagi. Sedih, deh," alasan India pura-pura cemberut.

Velven mendesah kasar. "In, gue ini sepupu lo. Kenal lo dari masih orok. Gue kenal lo banget. Mau sepusing apa pun sama novel, lo nggak akan kepikiran kayak gini. Justru lo begini kalo udah menyangkut laki-laki. Waktu putus dari Panca aja, lo begini pas ketemu sama gue. Putus sama Morano juga begini. Berarti ini ada sangkut pautnya sama suami lo, kan?"

Panca cukup terkejut mendengar ucapan Velven. Dia baru tahu tentang itu. Dia pikir India tidak kepikiran saat mereka putus. Namun, ya ... bukan cuma India saja yang kepikiran soal berakhirnya hubungan mereka. Panca pun sama. Siapa yang tidak kepikiran kalau hubungan sudah berjalan selama lima tahun kandas begitu saja? Sudah begitu putusnya bukan perkara orang ketiga melainkan sudah tidak satu visi dan misi lagi. Justru itu lebih menyakitkan.

"Nggak, Vel. Gue beneran kepikiran novel gue," sanggah India masih bersikeras.

"Alasan mulu. Udah, biar gue telepon suami lo. Mau gue maki-maki. Biar aja telinganya sakit dan berdarah-darah dengar gue ngomel. Gue nggak suka lihat lo begini. Berat badan lo juga turun drastis." Velven mengeluarkan ponselnya, mencari kontak Jondas yang dia punya. Tahu nomor Jondas pun gara-gara waktu itu Jondas minta maaf tidak bisa datang ke acara keluarga Wijaya dan menitipkan India. Dari pesan itu saja, Velven sudah sebal setengah mati sama Jondas.

Lovely Heart (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang