8

796 94 1
                                    

PLAK

"Ulangin lagi!"

Sebuah cambuk berhasil melayang diarea kedua betis seorang gadis remaja. Saat ini sedang melakukan pembelajaran tata krama kerajaan. Semakin hari dirinya sering belajar, semakin sering ia belajar, maka semakin sering pula sebuah cambukkan melayang diarea betisnya.

Banyak luka disana. Tidak hanya dibetis. Diarea kedua tangan, dan bahkan bahunya yang lebam. Bisa saja seluruh anggota tubuhnya dipenuhi lebam.

Tumpukan buku sudah berada diatas kepalanya. Punggungnya dalam posisi tegap dan kedua kakinya bergerak kedepan secara hati-hati.

Pandangannya lurus kedepan.

"Itu sudah bagus." ucap sang guru dengan sebatang rotan ditangannya. Gadis remaja itu kini menghembuskan nafasnya.

Meletakkan beberapa tumpukan buku diatas meja. Jam pelajaran sudah selesai sekarang dirinya harus belajar berdansa.

"Mohon bimbingan-nya, madam" ucap gadis itu sembari memberi salam. Kedua sisi gaun sedikit ia angkat keatas dengan sedikit membungkukkan badanya.

Dihadapannya terdapat seorang wanita tua yang mengenakan kacamata. Kerutan ada dimana-mana. Tatapannya yang tajam memandang gadis itu dari atas hingga kebawah.

"Tidak elegan. Sungguh memalukan. Tidak heran mengapa Nyonya Vender meminta saya untuk mengajarmu" ucapnya dengan nada ketus.

[Name] membenarkan posisinya. Memandang wanita tua itu dengan senyuman membentuk dibibirnya. Kedua matanya menyipit lalu perlahan kian menutup.

"Terimakasih karena sudi mengajar saya, madam. Saya tau saya hanya dapat mempermalukan keluarga ini. Saya merasa terhormat karena madam dengan senang hati mau mengajarkan saya"

Madam itu terasa puas dengan semua pujian sang gadis. Ia membentuk senyuman dibagian bibirnya dan menutup kipas yang sendari tadi menutup setengah wajahnya.

"–saya harap madam betah mengajarkan saya" lanjut sang gadis sambil membentuk senyumam. Madam tentu saja terkejut dengan perubahan tatapan gadis itu yang sebelumnya tatapan polos dan manis kini berubah menjadi tatapan ular.

***

"Huft"

Gadis berambut biru itu menghembuskan nafasnya. Merendamkan kedua kakinya yang sudah dipenuhi luka di baskom yang berisikan air hangat.

Seorang pelayan berada dibawahnya sedang membantunya untuk membersihkan luka sang gadis. Pelayan itu mengatakan kalau gadis itu tidak seharusnya terluka seperti itu.

"Nyonya pasti akan sangat murka kepada Anda" ucapnya lagi, membuat [Name] membentuk senyumannya.

"Itu tidak masalah Mirna. Aku tidak apa-apa"

Mirna langsung pergi selepas tuntas mengerjakan tugasnya. Sekarang gadis itu seorang diri didalam kamarnya, menikmati rendaman air hangat dikakinya. Setidaknya ia bisa merasakan ketenangan selama beberapa saat.

Klek

Ketenangan nya kini sudah habis. Dikarenakan kedatangan seorang wanita yang memiliki rupa sepertinya, Vender. Vender datang, menatap sang putri yang sedang duduk dipinggiran kasur.

Kedua matanya memincing tajam. Memperhatikan semua luka-luka diantara tubuh putrinya. Dengan pakaian terbuka seperti itu tentu saja semua luka yang ia miliki terlihat.

[Name] hanya memakai dres tidur tanpa lengan yang berwarna putih. Luka-luka diarea bahu, lengan, kaki penuh.

Kedua alis sang wanita lantas berkerut. Bergerak mendekat, membuat sang putri mengangkat pandangannya.

𝖖𝖚𝖊𝖊𝖓 (CLAUDE X READER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang