13

518 58 2
                                    

Hari ini terjadi pertemuan antara [Name] dan Penelope ditaman masion milik Penelope. Secara tidak terduga kalau mantan tunangan Anastasius itu terlebih dahulu mengundangnya untuk minum teh bersama.

Saat menerima surat itu gadis berambut biru itu hanya bisa merenung untuk memikirkan tujuan dari undangan tersebut. Gadis itu sudah menduganya, tapi ia tidak menyangkanya bakalan secepat ini.

"Bagaimana kabar anda, Lady Ornext?" gadis bermata hijau itu menyunggingkan senyuman. 

Cangkir teh kembali [Name] letakkan di atas lambaran, memandang orang tersebut dengan tersenyum, matanya terpejam. "Saya baik-baik saja, Lady"

Penelope terkekeh pelan. "Saya terus terang saja. Saya ingin bertanya tujuan anda" 

[Name] tidak bergeming, pandangannya turun untuk menatap secangkir teh miliknya, melihat pantulan wajahnya disana. Gadis berambut biru masih dengan senyuman yang sama bertanya tentang apa maksudnya.

"Anda tidak bisa menyembunyikannya kepada saya, Lady" ia menatap [Name] dengan tajam.

[Name] terkekeh pelan. "Tujuan saya? entahlah, saya hanya menuruti permintaan Ibu saya" ucap nya sambil menatap Penelope dengan tatapan datar.

Gadis berambut coklat itu menghela nafas panjang. Kembali menyesap teh miliknya. "Anda benar-benar boneka hidupnya, Nyonya Ornext yaa" kata-kata itu terdengar seperti simpati belaka.

[Name] kembali tertawa, meminum teh tersebut sampai habis. "Anda telah mengenal saya, Lady Penelope"

"Lady" Penelope memanggil gadis bangsawan dihadapannya. [Name] menatapnya dengan tatapan lembut dan kosong. 

"Bagaimana kalau saya mengatakan pada anda kalau saya bakalan merebut Putra mahkota dari anda?" pertanyaan Penelope membuat [Name] terus menatapnya tanpa memberikan jawaban.

"Merebut Putra mahkota dari saya? bukankah itu memang milik anda?" Penelope sangat terkejut dengan jawaban yang dilontarkan oleh gadis tersebut. 

Penelope mengira kalau gadis tersebut akan melarangnya atau bahkan membentaknya. Tapi ini justru diluar prediksinya. Kedua alisnya berkerut dengan kasar, mulutnya yang terkatup dengan rapat. Entahlah, Penelope hanya tidak suka dengan [Name] yang sudah semakin lemah karena Ibu nya. 

Tepatnya, [Name] tidak bisa menolaknya. Situasi itu membuat [Name] terus mejadi boneka wanita yang disebut 'Ibu' olehnya. 

Penelope baru mengetahui fakta baru ketika ia menyelidiki keluarga Viscount Ornext. Satu hal yang membuatnya terkejut adalah Vender yang melakukan cuci otak terhadap putri kandungnya. Maka dari itu [Name] yang selalu merasa aneh pada dirinya sendiri.

'Benar-benar iblis' itu pandangan Penelope tentang Vender.

Tapi, Penelope tidak peduli. Ia akan tetap pada rencananya, yaitu merebut posisi Putri mahkota yang seharusnya menjadi miliknya, bukan gadis dihadapannya. 

"Anda yang membuka jalan untuk saja, yaa" ucap Penelope sambil menyengir kecil. [Name] tersenyum tipis.

"Saya memang membuka jalan untuk, Lady. Tapi saya tidak bisa memastikan anda terjatuh dilubang atau tidak" 

Penelope tertawa kecil, kata-kata itu membuatnya tertantang. [Name] Ornext, gadis bangsawan yang hidup dibawah kendali Ibunya semenjak kematian Ayahnya. Hidupnya telah menjadi milik Vender sehingga gadis itu tidak tau jati dirinya yang sebenarnya.

Bagaikan anak itik yang akan terus mengikuti induknya kemana saja. [Name] adalah anak itik itu, tapi ia telah tersesat dan bertemu dengan hewan buas yang akan memangsanya. Sungguh ironis sekali hidup gadis berambut biru itu, gadis yang selalu dipandang sempurna oleh para bangsawan.

Tidak sedikit juga para pria yang mengirimkan surat lamaran kepadanya, orang-orang begitu tersanjung dengan keanggunannya. Tapi siapa sangka, gadis yang mereka puja itu justru adalah boneka hidup.

***

"[Name]" 

Gadis itu tersentak, ia menatap orang yang memanggilnya. Anastasius berdiri dihadapannya, tatapan pria itu menatap khawatir, tangannya menyentuh pipi tunangannya dengan perlahan, sedikit mengangkatnya, membuat gadis itu menatapnya.

"Ada apa denganmu hari ini?" 

[Name] menggeleng, tangannya menggenggam tangan pria dihadapannya. Senyuman tipis terbentuk untuk Anastasius. "Saya baik-baik saja, Yang Mulia"

"Anas"

[Name] menatap dengan penuh heran dengan pria dihadapannya. Sebuah kecupan singkat mendarat dibibir gadis itu, pria itu barusan menciumnya. "Sudah kukatakan untuk memanggilku dengan namaku, kan?"

"Saya lupa, maafkan saya" Anas tersenyum, matanya sedikit menyipit. 

"Baiklah, sekarang ayo kita lanjutkan perjalanan kita" Anastasius menggenggam lembut tangan tunangannya dan membawanya pergi untuk berkeliling istana, mereka akan pergi ke danau untuk melihat pemandangan di sore hari.

[Name] terus menatap punggung Anastasius yang berada didepannya, tatapannya kosong namun hatinya merindukan seseorang. Merindukan sosok yang mirip dengan pria itu namun, ia dilarang untuk memikirnnya.

"Ukh--!" 

Itulah akibatnya. Ketika ia merindukan orang lain maka sesuatu yang menyakitkan menyerangnya. Dada yang terasa sesak. Lehernya seperti tercekik oleh sesuatu, tidak tau persis apa itu. 

Anastasius berhenti melangkah ketika merasakan ada yang aneh dengan tunangannya, kepalanya menoleh dengan tatapan yang dingin. Tatapan yang tidak menunjukkan kehangatan seperti sebelumnya. 

Tubuhnya diselimuti oleh bayangan hitam itu semakin membuat [Name] merasa sesak, satu tangannya meremas dadanya sambil mengerang. 

Tangan Anastasius menggenggam rahang gadis tersebut dan mengangkatnya. "Ada apa?" nada itu terdengar dingin ditelinga [Name]. kedua matanya terus terpejam.

"[Name], lihat aku" Anastasius kembali berkata. 

[Name] membuka kedua matanya, dadanya semakin sesak ketika menatap langsung kedua mata milik pria tersebut. Tatapan itu begitu menyeramkan sekarang, seperti bukan Anastasius yang bersikap lembut walau itu palsu, kali ini... seperti ada orang lain yang merasukinya.

"Ukh....sesak" gadis itu begitu sulit hanya mengucapkan sepatah kata dan dua kata. Kepalanya terasa sangat pusing, matanya berkunang-kunang, bahkan ia dapat melihat wujud Anastasius yang berbayang.

Ah, rasa sakit ini... ia tidak bisa menahanya lagi.

brukh!

Tubuhnya terjatuh didalam pelukan Anastasius. Anastasius menatap tubuh gadis tersebut, memeluknya dengan erat kemudian mulai menggendongnya. Membawa gadis itu kedalam istana untuk mendapatkan perawatan.

"Itu akibatnya kau mencoba membantah....tidak seharusnya kau memikirkan pria lain ketika bersama tunangan mu ini" ucap Anastasius sambil menatap wajah [Name] yang memucat serta berkeringat dingin.

TO BE CONTINUED

Yani : sumpah seram amat si Anas ni. Kalian pasti paham bukan siapa yang merasuki Nanas satu ini?

Dan sudah tau bukan kenapa sikapnya [Name] berubah kepada Claude? dulu [Name] begitu lembut kepada Claude, tapi sekarang? kalian sudah tau di chapter sebelumnya kan.

Otak dan hatinya tidak singkron, apalagi adanya sesuatu yang menghambatnya, sesuatu yang membuat hatinya untuk bergerak. Sesuatu yang gelap menutup hatinya untuk mengatakan yang sebenarnya, hati yang sudah ditempati oleh seseorang kini harus dipaksa untuk digantikan posisinya?

dengan apa? benar, sihir hitam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝖖𝖚𝖊𝖊𝖓 (CLAUDE X READER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang