Tes. A, b, c, d, e, oke! Syukurlah pena ini masih bisa digunakan. Sebenarnya hari ini aku lupa mengisi tinta penaku. Salahkan saja orang asing yang mengaku sebagai kapten kapal bajak la--
.
.
.
Tes.
Akhirnya! Dengan sangat terpaksa dan penuh rasa malas, aku berlarian ke sana dan ke mari mencari toko yang masih buka demi mengisi tinta penaku. Syukurlah ada satu di Pelabuhan Kota Rhea yang buka di gelap malam begini. Menurut kata orang-orang yang sudah lama tinggal di sini, toko itu tidak akan pernah tutup, alias selalu terbuka untuk umum selama dua puluh empat jam.
Tapi yang paling tidak kusangka, dibalik terbukanya toko itu sepanjang hari, harga barang yang dijual ternyata berbeda dua kali lipat dari toko biasanya. Apa ini karma untukku karena telah mengata-ngatai hal yang tidak-tidak ke Kapten Quest?
Tapi kalau dipikir lagi, cara mereka berjualan sebenarnya cukup unik. Di saat yang toko lain sudah tutup, toko itu masih buka, dengan menawarkan harga dua kali lipat dari harga pasar sebenarnya. Mungkin teknik berjualan mereka bisa aku tiru nantinya ketika sudah membuka usaha sendiri. Ya, tentunya ketika sudah memiliki modal yang cukup.
Aku bahkan sampai membeli sepuluh set tinta pena agar tidak keluar ke toko hanya untuk membeli tinta pena. Cukup hari ini adalah yang pertama dan terakhir, tidak ada esok, lusa, minggu depan, tahun depan, bahkan abad de--
Eh? Aduh! Kenapa aku sampai membeli sepuluh set tinta? Sudah jelas harganya mahal. Sebenarnya mereka menggunakan muslihat apa hingga aku bisa tertipu seperti itu. Uang yang ada di dompet seketika menipis jika kulihat lagi.
Sebentar, kenapa aku bisa sampai ngelantur kejauhan? Bisa-bisa nanti persediaan kertas punyaku habis hanya karena tulisan yang berisikan hal yang tidak penting.
Sebentar ... tentang persediaan kertas ... sial. Aku lupa membeli stok kertas untuk jurnalku. Tapi tak apa, semoga kali ini dewi fortuna memihak diriku, memberikanku keberuntungan agar sisa kertas yang aku miliki ini cukup untuk mengabadikan kejadian aneh sekaligus unik yang terjadi padaku hari ini.
•
•
•Astaga! Kenapa harus bocor di saat sekarang? Ya sudahlah. Toko itu memang tak layak dikunjungi. Sudah menjual barang mahal, produknya tidak berkualitas pula. Aku menyesal membeli sepuluh set tinta dari sana.
Hari ini, seperti biasa aku pergi mengantarkan paket para pengguna jasa setia Sea Night Post. Entah apa salah dan dosa yang telah aku perbuat sehingga aku harus mengantar tiga paket. Ya benar, tiga paket. Ini berarti pendapatanku hari ini sangat kecil dari biasanya.
Keputusanku yang menolak paket dari Pelabuhan Kota Rhea membuat diriku harus mengantarkan tiga kotak yang alamatnya tidak sejalur. Semuanya dari ujung ke ujung. Karena tidak ada yang mau mengambil paket-paket itu, jadilah diriku yang ditunjuk paksa untuk mengantarnya. Sudah jalan jauh, bayarannya sedikit pula. Hidup ini memang kadang tidak adil.
Yang pertama, paket milik nona Edelweise, lagi. Aku sudah tidak respek padanya setelah kejadian tempo hari, dan membatalkan niatku untuk berkencan dengannya. Tetapi mau bagaimanapun, aku harus mengantar paket ini hingga selamat sampai tujuan. Hehe, sebenarnya aku sekalian ingin minum kopi ketika pagi tadi.
Yang kedua, paket terjauh yang pernah ku kirim. Tujuannya yakni Pasar Troist. Terakhir kali aku ke sana, aku pasti selalu berakhir tersesat karena ramainya pembeli. Namun, tadi aku tidak tersesat. Aku harus berterima kasih kepada dewi fortuna karena keadaan Pasar Troist di pagi hari tidak seramai saat siang dan sore hari.
Setidaknya itulah yang kupikirkan, sebelum aku bertemu dengan penerima paket. Jika dijabarkan, jangankan kalian, aku juga ikut bingung. Orang itu memiliki bulu mata lentik, tapi ia adalah laki-laki. Dia tiba-tiba marah ketika aku tiba. Emosinya yang meledak-ledak membuat kami berdua menjadi bahan tontonan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way to the Amulet [END]
AdventureAn Adventure Journal from Kango Pyrex Point of View. --- Cerita ini dibuat dalam rangka HUT WGA yang ketiga.