Jika kalian bisa menemukan dan membaca kalimat per kalimat yang yang aku tulis di lembaran jurnal dengan sampulnya yang berwarna coklat ini, itu artinya aku masih selamat, sehat, capek, dan dalam keadaan yang tidak baik-baik saja karena dikejar cukup lama oleh para kelinci rawa.
Walau sebenarnya aku tak rela kalau jurnal sampai kotor karena lumpur rawa. Tapi, aku sekarang sedang bosan dan tak tahu harus berbuat apa. Ya, terpikir di benakku bahwa aku bisa menulis jurnal. Ternyata benar apa kata Kapten Quest ketika ia tengah menebarkan undangan padaku saat itu. Aku hanya bisa menulis jurnal ketika tengah melaksanakan pencarian. Jadi ya, aku terpaksa menulis jurnal saja. Mana belum mandi lagi:)
Ya, kalian tidak salah baca. Kelinci. Hewan imut berwarna putih yang biasanya menjadi hewan peliharaan kesayangan kita semua. Tapi yang ini berbeda. Mereka makhluk ganas yang bersembunyi di balik wujud makhluk kecil nan kerdil serta lucu itu.
Syukurnya aku masih selamat. Aku masih belum mau mati sebelum mendapatkan jimat suci sakti yang konon katanya bisa mengubah segala keberuntungan yang aku miliki saat ini.
Setelah kejadian kakek tua aneh yang terus menunjuk ke satu arah, dan sempat mengagetkan diriku sampai harus kabur dan sadar akan kebodohanku, aku kemudian berjalan lurus menuju arah tunjuk orang itu. Mungkin kalau bisa diibaratkan, kakek itu konon katanya masih terus mengangkat salah satu tangannya, menunjuk ke satu arah menuju kumpulan pohon yang membentuk hutan. Ya, kecuali jika dia adalah hantu, arwah, penunggu, dan sejenisnya yang mendiami tempat tersebut dari jaman antah berantah, bisa dong dia menghilang dan tidak lagi menunjuk ke arah yang sama.
Eh? Lupakan saja. Kejadian yang baru aku alami beberapa waktu lalu sudah horor, jangan menambah sendiri, dasar Kango.
Beranjak dari sana, aku terus berjalan melewati pohon demi pohon yang semakin lama semakin lebat, hingga akhirnya aku sampai di jalan setapak yang sepertinya memang terlihat tidak diperuntukkan sebagai jalan yang layak untuk dilewati, bahkan kaki ukuran orang dewasa seperti punyaku saja tidak benar-benar pas di jalan itu. Terasa seperti hiasan yang memperindah tempat itu saja, entah tujuannya juga apa, walau memang tidak ada indah-indahnya jika dipikir lagi. Yang jelas, berkat jalan itu, aku jadi tahu harus melangkah ke mana, tidak berdiri diam seperti orang bodoh.
Jalan setapak ini juga sebagian besar permukaannya tertutupi oleh lumut, secara tidak langsung menjadikan jalan ini sangat licin jika dilalui dengan tidak hati-hati, terlebih ketika hujan turun dengan deras. Bahkan aku sempat terpeleset selama beberapa kali. Untungnya aku tidak sampai jatuh terduduk apalagi terjungkal berputar tiga ratus enam puluh derajat. Bisa-bisa tulang ekorku retak dan patah, serta aku tidak akan bisa duduk lagi. Skenario terburuknya, aku akan lumpuh untuk selamanya. Tentu aku tidak ingin skenario itu terealisasikan secara mendadak.
Berjalan lebih jauh ke dalam, aku menemukan sebuah gerbang yang lumayan besar, yang terbentuk dari lengkungan pohon di hutan itu. Tak jauh dari sana, tepatnya di depan gerbang, ada kalimat WELCOME yang ditulis di sebuah papan kayu dengan bentuk persegi panjang yang tak rata. Huruf kalimat itu juga semuanya besar, tetapi tidak ada satupun yang lurus. Jangankan lurus, rapi saja tidak. Huruf E nya saja bahkan ditulis terbalik. Apa orang yang membuat tanda ini tidak belajar huruf dasar yang baik dan benar? Bisa saja dia dikritik oleh penutur bahasa yang terkenal.
Setidaknya aku berpikir demikian, sebelum aku menyadari bahwa sekarang di area ini hanya ada aku sendiri. Tidak mungkin bukan seorang pendatang sebelumnya yang masih belum tahu persis arah jalan dan tata letak pasti Mysterious WGALand bisa meletakkan papan bertuliskan selamat datang ini, kan?
Atau ... papan ini dibuat oleh penunggu hutan ini? Bagaimana jika setelah masuk aku akan menjadi korban tumbal untuk sesajen, ritual persembahan, atau yang lainnya? Lihatlah! Kawanan burung itu juga tidak mau masuk ke dalam hutan. Mereka hanya berputar di gerbang bagian atas. Apakah jangan-jangan, aku akan ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Way to the Amulet [END]
AventuraAn Adventure Journal from Kango Pyrex Point of View. --- Cerita ini dibuat dalam rangka HUT WGA yang ketiga.