Jika bisa dilabeli dengan stempel berukuran raksasa, aku akan mengesahkan dua hari kemarin sebagai hari tersial dengan cap bertuliskan "Disahkan oleh Kango Pyrex selaku pribadi yang menetapkan dirinya sebagai orang yang menyeramkan tapi rupawan".
Sebenarnya aku tidak terlalu menyeramkan dan rupawan juga sih. Cuman ya, pede sedikit tidak apa-apa kan? Lagian hanya aku dan jurnal ini saja yang tahu akan tingkat kepedean yang kumiliki. Oke, kembali ke topik awal.
Bagaimana tidak? Dosa apalagi yang telah aku perbuat sebelumnya hingga aku mendapatkan sebuah cobaan yang mengharuskan diriku membangun tenda milikku sendiri. Ya ... sebenarnya tidak ada yang salah sih. Memang wajar kalau tempat tidur sendiri harus diurus masing-masing. Lagian mereka juga sibuk mendirikan tenda mereka. Tapi, tapi, AKU TIDAK PERNAH SERIUS BELAJAR KETIKA DIAJARI TALI TEMALI SEMASA REMAJA DULU:)
Aku sangat menyesal. Bahkan, hingga sekarang, aku hanya bisa membuat simpul ikat biasa dan ikat mati. Rasa tidak percaya diri pun menghampiri benakku ketika aku melihat tenda yang dibangun oleh para kru yang lain, seolah-olah mereka bisa mendirikan tenda dengan lancar dan tak melewati hambatan apapun.
Singkat cerita, setelah melalui perjuangan yang panjang dan melelahkan, akhirnya aku berhasil mendirikan tenda yang akan kugunakan untuk beristirahat ketika malam tiba. Ya, walau awalnya aku tidak yakin tenda ini akan bertahan, semoga saja simpul macam ragam yang aku buat asal-asalan, alias dengan terus mengikat dengan simpul mati berulang kali, hingga bagian ikatannya sudah menyerupai bola kasti itu bisa mempertahankan tenda dari angin atau hujan.
Sebenarnya, aku cukup ngeri melihat tendaku yang sempat bergoyang pelan karena angin yang sempat menerpa kuat selama beberapa detik. Tapi melihat tenda itu masih berdiri tegak dan tidak roboh ataupun jatuh, itu berarti simpul macam ragam buatanku berhasil, bukan? Setidaknya keahlian tali temali yang aku kuasai masih bisa digunakan, walau tingkat dasar saja tidak sampai.
Tak terasa kegiatan itu memakan waktu hingga matahari mulai terbenam di ujung barat. Aku terduduk di tanah sambil menikmati pemandangan Sunset yang indah itu. Sebenarnya ketika di Rhea City aku selalu menyaksikan pemandangan ini di Kuki de Cafe. Namun, entah kenapa Sunset di sini rasanya berbeda, seperti ... lebih indah. Rasanya cocok sekali suasana itu jika hendak melamar seseorang.
Beberapa kru lainnya juga terlihat menikmati pemandangan matahari terbenam itu. Ada yang sambil tertawa ria, ada pula yang berbincang serius. Entah apa yang mereka bicarakan hingga harus menampakkan ekspresi seperti itu satu sama lain.
Saat malam tiba, para kru kapal menyalakan api unggun yang lumayan besar ukurannya. Cahaya api unggun yang tercipta bahkan sampai bisa menerangi tenda terjauh yang dibuat oleh kru kapal. Mereka mengajak kami semua untuk bergabung ke pesta kecil-kecilan yang dibuat oleh mereka. Daripada tidak berbuat apa-apa dan berujung bosan, pada akhirnya aku ikut ke pesta itu.
Di sana, banyak sekali kru yang tengah meminum anggur sambil terduduk di atas tanah. Mereka menikmati penampilan kru yang bernyanyi dan bercerita tentang hal yang berbau menyeramkan, sembari berkenalan satu sama lain, walau aku tak yakin mereka akan mengingat nama seluruh kru dalam waktu semalam, termasuk diriku. Setelahnya, kami pun kembali ke tenda dan tidur.
Kejadian selanjutnya benar-benar diluar dugaanku, atau mungkin para kru sudah memberi petunjuk tapi aku yang tidak peka mencerna hal itu.
Besok paginya, aku yang biasanya bangun sendiri kini dibangunkan oleh salah satu kru kapal dengan diteriaki maling. Ya, memang tidak ada yang salah sih, sebenarnya. Aku juga tidak tahu apakah aku terlambat bangun atau tidak. Tapi, hal yang seperti itu langsung merusak suasana hatiku di hari yang baru. Dengan malas aku melewati kru itu tanpa menegurnya. Jika dipikir lagi, betapa sombongnya diriku saat itu. Maafkan aku wahai kru yang bernama ... aku lupa namanya siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way to the Amulet [END]
AdventureAn Adventure Journal from Kango Pyrex Point of View. --- Cerita ini dibuat dalam rangka HUT WGA yang ketiga.