Coba tebak, apa yang terjadi padaku hari ini? Ya! Aku akhirnya naik ke kapal bajak laut The Holy Serpent!
Namun, sebelum naik ke atas kapal dan bertemu dengan teman-teman baru, mungkin aku juga bisa memanggil mereka dengan sebutan pemeras uang, terlebih orang yang bernama Avril itu, nasib sial kembali menghampiriku.
Ketika aku bangun tadi pagi, aku baru teringat kalau aku lupa menulis surat pengajuan cuti. Mau tak mau, aku harus berhadapan langsung dengan atasanku. Di tempat kerjaku, ada dua cara pengajuan cuti. Pertama, menulis surat pengajuan cuti dan menitipkannya pada sekretaris admin. Yang kedua, bertemu langsung dengan atasanku.
Setibanya aku di kantor atasanku, orang yang aku cari malah pergi menemui klien. Ingin berteriak melampiaskan emosi, tetapi diri ini masih sadar diri. Lupakan kejadian ketika aku berteriak di Tengahe di halaman jurnal sebelumnya. Anggap saja kalau aku tidak pernah berteriak seperti itu.
Aku memutuskan untuk duduk dan membaca majalah yang memang tersedia di kantorku. Ketika baru membuka halaman pertama majalah itu, aku disiram kopi hangat oleh atasanku. Reflek aku menatapnya galak, tetapi kemudian aku tertawa kecil sambil mengusap tengkuk yang tidak terasa gatal.
Tentunya, aku dimarahi dan diomeli habis-habisan oleh atasanku karena tidak mengantar paket dan tidak mengenakan seragam kerja Sea Night Post. Bahkan ia berani mengungkit kesalahanku ketika minggu pertama aku bekerja. Hei! Aku masih baru dan tidak tahu apa-apa. Kasihanilah laki-laki yang baru berusia sembilan belas tahun ini:")
Namun, meskipun sudah dicabe habis-habisan, aku tetap mengatakan tujuanku ke sana, yakni mengajukan cuti selama dua minggu. Aku harap pencarian jimat suci itu bisa selesai dalam waktu dua minggu, semoga saja.
Kejadian selanjutnya membuatku tak percaya dengan atasanku. Dia dengan mudah menyetujui cutiku, bahkan menambahkannya menjadi satu bulan penuh. Dia mengatakan bahwa dia muak melihatku yang bermalas-malasan. Lebih baik tidur saja di rumah daripada berbuat onar di kantor. Hei! Aku ini lupa menulis surat pengajuan cuti, makanya aku datang kepadamu wahai atasan yang tersayang. Respon yang kau berikan malah seperti ini.
Tapi setidaknya, pengajuan cuti selama dua minggu, ralat, satu bulan penuh, berhasil diterima oleh atasan tanpa banyak drama penolakan, penawaran hari, dan lainnya. Akhirnya aku bisa ke kapal sekarang. Tapi, saat itu aku bingung di mana kapalnya berlabuh. Salahku sendiri tidak menanyakan di mana letak persia kapalnya kepada Kapten Quest.
Dan di situlah aku menyadari letak kebodohanku. Letak kapalnya sudah pasti berada di Pelabuhan Kota Rhea, mengingat hanya di situ kapal-kapal besar bisa melabuhkan kapalnya. Bahkan letaknya ditegaskan di gulungan kertas coklat tua yang berisikan undangan pencarian jimat suci itu. Memang aku harus membiasakan diri untuk membaca dan menulis lebih banyak dari sebelumnya.
Setelah selesai memproses surat menyurat yang berkaitan dengan cuti, aku langsung berangkat menuju Pelabuhan Kota Rhea, tentunya dengan membawa sepuluh set tinta beserta satu rim kertas yang baru aku beli setelah beranjak dari kantor Sea Night Post. Jangan dibayangkan seberapa gemuk tas selempang yang biasa aku gunakan untuk mengantar paket dengan ukuran kecil.
Dan ya, tidak sulit bagiku untuk mengenali kapal bajak laut yang akan aku naiki nantinya. The Holy Serpent, kalau aku tidak salah ingat namanya. Bayangkan saja, kapalnya berukuran besar, panjangnya yang mungkin setara dengan lima kapal pengangkut penumpang pada umumnya dan tingginya mungkin setara dengan mercusuar yang ada di tengah perairan Pelabuhan Kota Rhea, dan terlihat mencolok dengan kayunya yang berwarna coklat tua kusam. Ditambah dengan bendera yang memiliki lambang roda kemudi yang ditutup ular, yang juga ada di gulungan kertas undangan, menjadi pertanda bahwa kapal itu adalah kapal bajak laut yang aku cari.
Aku berjalan mendekati kumpulan kru kapal yang tengah memindahkan sekumpulan tong barrel dan kotak kayu yang entah apa isinya. Mungkin persediaan makanan dan anggur?
KAMU SEDANG MEMBACA
Way to the Amulet [END]
AventuraAn Adventure Journal from Kango Pyrex Point of View. --- Cerita ini dibuat dalam rangka HUT WGA yang ketiga.