ayokk main

4 1 0
                                    

selama dua jam lebih sheina hanya duduk di perpustakaan, mendengar celotehan tak jelas yang di lontarkan oleh lelaki yang ia anggap aneh disampingnya. tiga puluh menit lagi, bel pulang berbbunyi, ia harus bertahan lagi selama itu. 

buku yang sedari ia baca, tak ada satupun yang ia  simpan informasinya. kepalanya sibuk memikirkan lelaki disampingnya. kapan ia akan pergi, apakah ia akan terus duduk bersama laki laki ini hingga bel berbunyi. 

Canggung melanda setelah perbincangan tadi. Tapi menurut lelaki tersebut, tidak dengan sheina yang ingin kembali ke kelas.

Gini kalau nggak bakat bolos, baru setengah jam pelajaran. Tapi ia sudah ingin kembali ke kelas.

Matanya melirik jendela, seorang laki-laki berjalan santai ke arah kantin. Lebih baik ia juga ke sana, dari pada berdiam diri tak jelas.

Ternyata kantin sangat ramai, padahal masih jam pelajaran.

"Sheina..." kepalanya berputar mencari sumber suara. Aaa ternyata benar

"Makan- makan" ucap Wella sekedar basa- basi.

"Lanjut, tumben kantin rame jam segini?" tanyanya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan.

"Jamkos, biasa guru rapat" sheina hanya mengangguk mendengar jawaban Dania.

"Nggak makan shein?, ngapain  ke sini kalau nggak makan" Amelia yang selalu sewot dengan urusan orang lain.

"Mau makan orang, ngapa?" Sheina mengambil goreng bakwan, lalu memakannya dengan buru- buru, seperti orang menahan lapar.

Kepalanya menoleh kesamping
"Uhuk uhuk" tiba tiba ia tersedak makanan, tangannya meraih segelas air untuk diminum.

"Pelan- pelan shein, nggak lucu Lo kalau sampai meninggal"  sungguh kurang ajaran tu mulut

Lega itulah yang ia rasakan sekarang, setelahnya baru teringat air minum siapa yang ia ambil. Astaga sheina, apalagi sekarang.

Laki-laki itu juga menatap dirinya, syukurnya bukan tatapan marah yang ia dapatkan.

"Maaf, maaf banget nggak sengaja. Aku ambil air baru ya" sheina mengambil gelas baru, lalu menuang air dan memberikannya pada laki laki tersebut.

"Ah iya iya, makasih. Tapi nggak apa- apa kan?" Tanya laki laki itu pada sheina.

Sheina ingin berteriak rasanya, bolehkah ia berfikir laki- laki ini khawatir padanya.

"Aman aman" ucap sheina dengan jari telunjuk dan jempol yang menyatu membentuk simbol oke.

Berbeda dengan jantungnya yang sudah cenat cenut sedari tadi.

"Hhmm hhmm"
Sebuah deheman mengalihkan pandangan sheina

"Kantin sekolah menjadi tempat pertemuan kita, bakwan goreng menjadi saksi cerita kita, dan segelas air bukan akhir dari kisah mereka" seperti sudah pro Wella, Dania, dan Amelia membuat sebuah kalimat pendek, yang membuat orang- orang disekitarnya menatap heran.

"Gw mau jadi kapten, ada yang ikut nggak?" Wella bertanya pada dua perempuan yang duduk di hadapannya.

Mereka mengangguk, sedangkan sheina melirik sebal. Dalam hati menggerutu, takut percakapan mereka didengar oleh laki-laki yang menjadi bahan pembicaraan.

Tapi sepertinya tidak, karena laki-laki tersebut masih makan dengan tenang. Melihat cara nya makan, sheina jadi malu sendiri. Oke lupakan hal yang sudah terjadi.

"Guyss besok kalian sibuk?" tanya Wella menatap teman-temannya secara bergantian.

"Gak tuh kenapa?"

"Ngedrakor yok nanti malam, di rumah gw" yang langsung menatap pada Wella.

Jika Aku Tak Jadi Apa-apaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang