Sandiwara Sesaat?

4 0 0
                                    


Brumm... Brumm.....

Daffa memberhentikan motornya sejenak di depan pagar rumahnya. Ia memandang sekeliling dengan tatapan penuh arti.

Apa isi di dalamnya akan sama saja? Apa semuanya sama saja seperti yang ia bayangkan? Bukan keadaan rumah yang ia maksud, melainkan kondisi keluarganya.

Daffa memasuki area parkiran rumahnya yang cukup luas. Ada keraguan di hatinya untuk memasuki rumahnya sendiri. Tarikan nafas dan helaan nafas yang berat pun mungkin tak cukup untuk menenangkan dirinya.

Baiklah, sudah saatnya memulai kembali apa yang seharusnya di perbaiki bukan? Meskipun ia tahu mungkin di dalamnya terdapat banyak sandiwara yang keluarga nya lakukan, ia harus melangkah maju untuk kembali memulai semuanya dari sini.

" Assalamualaikum.... Daffa pulang. " Ia berjalan menuju ruang tengahnya yang terdapat kedua orangtuanya sedang bercanda gurau sambil menikmati cemilan ringan.

Sedikit tarikan tipis terukir di bibirnya. Mengapa mereka masih melakukan sandiwara tersebut? Ia tahu apa yang di lakukan kedua orangtuanya hanyalah sandiwara semata. Baginya keluarganya hanyalah panggung formalitas.

" Lhoo tumben kamu nggak salim cium tangan kita bedua, iya nggak pah? " Ya, dia Fara. Sosok ibu yang selalu terlihat ceria di depan anak-anaknya.

" Papah sama Mamah mu ini sudah menunggu kedatangan kamu lhoo dari tadi. Kemari lah, ada yang perlu kami bicarakan dengan mu. " Ujar Daniel selaku Papahnya yang sangat pandai bersandiwara di mata Daffa.

Daffa menghela nafas sejenak..... Bukan kah ini baru awal dari semuanya? Mengapa secepat ini di mulainya masalah?

Daffa menghampiri mereka dengan tatapan sendu. Wajar bukan ia merasakan rindu yang teramat menyakitkan melihat kembali keadaan harmonis keluarga ini? Meskipun ia tahu ini semua hanya sandiwara.

" Kamu kenapa? Mengapa wajah kamu seperti orang yang menahan tangis? Ada yang berbuat jahat dengan anak kesayangan Mamah hemm? " Ujar Fara sambil mulai mengelus lembut pundak putranya.

" Enggak kok Mah, tadi sepanjang perjalanan Daffa lupa pakai helm jadi kena debu mata Daffa sampai berair begini nih mata hehehe."  Ia harus berusaha untuk mengikuti jejak sandiwara mereka,bukan?

" Pah, bilangin tuh anaknya.... Mamah sebel kalau dia bandel suka acuh sama perintah Mamah." Ujar Fara yang mengadu kepada suaminya.

" Nak, turuti perintah Mamah kamu yah. Mamah kamu hanya ingin yang terbaik buat kamu." Daniel mulai menasehati putra pertamanya ini. Memang harus di akui, Daffa memang tidak beda dari sosok Daniel ketika ia masih muda.

" Iya betul, Mamah selalu ingin yang terbaik buat ku, Pah.... Sampai ia mengabaikan rasa sakitnya sendiri." Batin Daffa ingin menjerit saat ini.

" Oh iya... Papah ingin memberi tahu kamu, lusa Papah dan Mamah akan merayakan hari ulang tahun pernikahan kita berdua. Jadi Papah harap kamu segera memperkenalkan calon menantu yang sesuai kriteria Mamah kamu sebagai hadiah untuk kami." Ujar Daniel sambil tersenyum ke arah istrinya yang di balas dengan cubitan kecil dari Fara.

Tunggu sebentar...... Apa ini? Bukan kah seharusnya saat ini Papah mengatakan kesalahannya dan memulai semua masalah di dalam keluarga kami?

Aneh.... Ini sungguh di luar dugaannya dan apa tadi? Membawa calon menantu? Astaga,bahkan ia baru saja memulai berkenalan kembali dengan Fira.

" Benar kata Papah kamu nak...... Kamu sudah beranjak dewasa, Mamah ingin segera melihat bagaimana proses pendewasaan anak pertama Mamah membawa perempuan ke rumah ini." Fara tersenyum lebar sambil mengelus pipi anaknya.

Kamu Dan Garis WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang