|1|

859 76 30
                                    

Enjoy it guys ~

Renzi menyeret koper besar miliknya dengan terburu-buru menuju kamar asrama baru miliknya,Renzi adalah siswa pindahan dikarenakan ayahnya memiliki proyek baru di ibukota yang mengharuskan keluarganya ikut pindah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renzi menyeret koper besar miliknya dengan terburu-buru menuju kamar asrama baru miliknya,Renzi adalah siswa pindahan dikarenakan ayahnya memiliki proyek baru di ibukota yang mengharuskan keluarganya ikut pindah.Sebab ada sedikit kendala membuat Renzi datang sedikit lebih terlambat bukan sedikit namun sangat terlambat.Bukankah sangat aneh seorang murid pindahan tiba di asrama pukul 11 malam?
Beruntung kepala sekolah maklum setelah ayahnya memberikan penjelasan dan Renzi mendapatkan kunci kamar miliknya.

Lorong bangunan asrama untuk siswa laki-laki terlihat sangat sepi dan sedikit suram,ini sudah jam tidur untuk anak sekolah dan Renzi masih berkeliaran dengan koper kuning yang setia diseret menimbulkan suara yang sedikit mengganggu.

Keringat dingin mulai mengucur di pelipisnya saat aura dingin menyesakkan yang begitu familiar mulai dirasakan Renzi, digenggamnya erat gagang koper,menarik nafas pelan dan memantapkan hati lalu berlari sekencang mungkin menuju kamarnya.
Renzi menoleh pada tiap pintu guna mencari nomor kamar yang akan ditempatinya,2306.

Bodohnya ia bersikap seolah berani mencari kamar sendiri, nyatanya malam di asrama tak semudah itu untuk dilewati.

"Sial! Dimana kamar itu?."

Monolog Renzi yang makin kalang kabut merasakan aura dingin itu semakin pekat dan bulu kuduk nya yang mulai meremang.
Renzi memeluk erat boneka moomin berukuran sedang di pelukannya berharap boneka putih itu mampu melindunginya.
Mata coklat madu miliknya berpendar agar segera menemukan pintu kamar 2306.

'hiiiiiiii~'

"KYAA!!."

Tepat di belokan koridor Renzi terkejut bukan main, tubuhnya yang berhenti mendadak dan hendak berbalik pun langsung terjatuh karena tersandung kakinya sendiri dan jatuh terjerembab ke lantai dengan naas.
Lututnya terasa nyeri karena menghantam lantai lebih dulu,pekikan terkejut Renzi menggema sepanjang lorong.

Tidak membuang waktu Renzi langsung mengambil bonekanya yang terjatuh,meraih gagang koper lalu lanjut berlari secepat kilat menghindari sesuatu yang tampak mengikutinya di belakang sana.Sesuatu yang membuatnya terkejut sampai terjungkal.

'Bunda~ tolong Zia!!'

Batin Renzi penuh harap sembari merapalkan doa-doa agar segera selamat dari 'musibah' ini, wajahnya yang cantik tampak lebih pucat setelah menyadari jika 'mereka' mulai menampakkan diri satu persatu dan memadati koridor. Berlalu-lalang seperti pengunjung mall.

Untung saja jika 'mereka' tak terlalu peduli pada kehadiran Renzi yang masih lari tergesa-gesa namun ia berusaha untuk tidak menatap wajah 'mereka' satu persatu agar tak curiga jika Renzi mampu 'melihat'.
Satu yang menjadi masalah Renzi adalah kecerobohannya di belokan koridor tadi membuat 'dia' malah mengikuti Renzi sampai sekarang.

"Berenti ngikutin gue astaga."

Renzi menoleh ke belakang dan 'dia' sesosok wanita berambut panjang yang menjuntai kelantai dengan gaun putihnya yang berlumuran lumpur mengikutinya, beruntung wajah wanita itu tak terlihat karena rambutnya.

Оh T᥆ᥙᥴh || Н𝘺ᥙᥴkRᥱᥒ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang