❒❒ PROLOG ❒❒

432 139 205
                                    

Alisha kini sudah duduk di kelas 6 SD.
Ia tumbuh besar dengan kasih sayang orang tuanya. Gadis kecil yang berbadan mungil dengan rambutnya yang diikat rapi oleh Ibunya.
Ia tidak memiliki teman di sekolah. Namun, itu bukanlah masalah besar baginya walaupun dia juga menginginkan hal itu jika mengingat nya.

Dia pernah bermimpi, akan ada seorang teman yang selalu ada untuknya. Namun, sosok seseorang itu tidak begitu jelas di mimpinya. Sudah berkali-kali ia memikirkan orang yang tiap malam selalu ada di dalam mimpinya itu. Alisha berpikir, itu hanya imajinasinya yang berada di pikirannya.

Alisha lebih suka menghabiskan waktunya dengan membaca buku dan menggambar. Dia tidak pernah berteman pada siapapun di kelasnya. Alisha merasa dirinya begitu kesepian. Namun sebenarnya, Alisha hanya menjadi pendiam di sekolahnya. Sementara di lingkungan rumahnya, ia begitu ramah kepada tetangga-tetangga rumahnya.

Ibunya, Reniawati. Seorang Ibu rumah tangga yang gemar sekali berbagi masakannya pada tetangga yang dekat dengan rumahnya.

Pagi hari, adalah hari kesibukan bagi pelajar dan pekerja. Reniawati, bergegas menyiapkan sarapan pagi di meja makan untuk suaminya, Gera Fahmi, Ayahnya Alisha, dan juga untuk Putri Semata Wayangnya, Alisha Nandifa.

///

///


"Sayang..., turun tangga itu pelan-pelan dong, nanti kalau jatuh, bisa cedera loh." ucap Reni yang sedang menaruh piring di meja makan sembari melirik Alisha yang baru turun dari kamarnya di lantai 2.

Alisha langsung duduk di kursi dan mengambil sarapan nya di meja yang sudah di persiapkan oleh Ibunya.

"Mama cerewet banget 'kan, Sayang? Papa juga dari kemarin malem di marahin, karena pulang terlambat."
ucap Gera yang muncul dari belakang lalu mengelus kepala Alisha.

"Kamu itu ya, wajar dong Mama marah!" ujar Reni, kesal. "Terlambat pulang harusnya kabarin lewat telpon, biar orang di rumah gak khawatir!" lanjutnya memperlihatkan wajah marah kepada Gera, Suaminya.

"Ya maap Sayang, Papa gak ngabarin karena rapat mendadak, jalan macet, ketemu rekan bisnis cerewet, kayak Mama." ucap Gera memberi alasan dengan sedikit candaan agar Istrinya itu tidak marah.

"Kebanyakan alesan." jawab Reni tak menghiraukan.

"Tuh, liat Mama kamu, dimata Mama, Papa itu selalu aja salah." ucap Gera yang duduk di sebelah Alisha sembari menyarap makanan.

Reni lalu mengelus pundak kecil Alisha dan mengatakan, "Alisha, Sayang, kalau udah besar, jangan cari suami kayak Papa kamu ini, ya?"

Alisha hanya melihat ke kiri, Ayahnya dan ke kanan, Ibunya. Sembari mengunyah makanan yang ada di mulutnya.

"sudah-sudah, jadi canggung begini." ucap Gera tampak menghabiskan makanannya.

Reni pun melupakan kejadian tadi lalu tersenyum sembari makan bersama seperti biasa.

"Oh iya, Mama dengar kabar, kalau nanti siang kita kedatangan tetangga baru di kompleks sebelah, jadi, nanti Mama mau bantu-bantu di sana."

"Bagus dong, sebagai tetangga yang baik, kita harus saling bantu." ujar Gera. Lalu berdiri merapikan dasi yang terpasang kurang rapi dikerah bajunya sehabis makan.

Reni pun ikut berdiri setelah menghabiskan makanannya lalu mengambil jas hitam untuk dipakai Suaminya, Gera. Begitu juga dengan Alisha yang sudah mempersiapkan alat tulisnya ke tas kecil miliknya.

"Alisha berangkat sekolah dulu ya, Ma." ucapnya mencium tangan Reni. Reni pun mencium pipi Alisha dan memeluknya sambil tersenyum. "Iya Sayang, hati-hati ya."

JEON UNTUK ALISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang