❒❒ 07 ❒❒

145 68 108
                                    

"Aku yang membuat kalian hidup di dunia ini." ujar Kakek tua itu sembari melangkahkan kakinya mendekati Alisha yang tengah duduk di bangku menghadap ke telaga.

"Jadi, itu ... Kakek?"

Alisha kini mengetahui sosok asli Kakek tua itu. Bayang-bayang kejadian 100 tahun yang lalu kini menghantui pikiran Alisha. Dia mengingatnya. Namun, tidak semua. "Aku, ternyata akulah Seorine. Apa yang terjadi?" ucapnya memegang kepala dengan kedua tangannya. "Ah! Kepala ku pusing ... Apa yang sebenarnya terjadi! Siapa Kakek!? Apa maksudnya semua ini!" tangis Alisha menutup mata dan berteriak.

"Alisha, ada apa? kenapa berteriak?" tanya Jeon yang terbangun dari tidurnya. Mendengar suara teriakan Alisha yang begitu kuat.

"Jeon, sebenarnya ... Aku ... "
Alisha terbangun, dari mimpi yang sangat menakutkan baginya. Kini kepalanya dipenuhi oleh keringat, dan sekujur tubuhnya menggigil.

Jeon menunggu jawaban yang pasti dari mulut Alisha. Ia mengerutkan alisnya karena jawaban tak kunjung keluar dari mulut gadis yang ditatapnya. Tak sabar ingin mengetahui apa yang terjadi, Jeon pun bertindak untuk bertanya. "Ya, Kamu?" tanya Jeon. Tatapannya kemudian menjadi serius. "Kamu sakit?" tanyanya lagi ketika melihat seluruh tubuh Alisha menggigil. Kemudian Jeon menaruh telapak tangannya ke kening Alisha. "Demam." ucapnya setelah mengecek suhu badan dari kening Alisha.

Namun Alisha hanya menatap kosong. Ia tetap mendiamkan dirinya seraya menghembuskan napasnya, menoleh ke tatapan Jeon yang sedari tadi khawatir akan dirinya.

Tetesan air matanya keluar secara sedikit demi sedikit, menggigit bibir bawahnya. Merasakan kejadian yang di dalam mimpinya seperti benar-benar nyata. Jeon menyadari tangisan itu, ia pun memeluk Alisha untuk menenangkan pikirannya. Walaupun jawaban itu belum ditemukan, Jeon sudah menyadari bahwa pasti Alisha sedang memimpikan hal itu.

"Jangan nangis lagi, ya. Jeon ada disini kok." ucap Jeon. Merasakan hal yang sama seperti Alisha, ia pun menghela napas sembari mengelus-elus pundak Alisha. "Gapapa, semuanya terjadi secara tiba-tiba. Jadi jangan sedih, ya, Jeon ikutan sedih kalau Alisha nangis terus...," rintihnya. Kedua mata cowok itu mengeluarkan air mata, mendengar tangisan Alisha yang begitu menyedihkan baginya.

"Jeon...," panggil Alisha terdesak karena tangisannya.

"Iya, Jeon di sini buat Alisha." ucapnya. Kembali menenangkan teman kecilnya.

Alisha mendengar ucapan Jeon. Perlahan tangisannya pun sudah terdengar pelan, hanya tersisa suara tarikan ingus yang sedari tadi mengganggunya.

"Tadi kok ada suara nangis, Alisha, Jeon, kalian kenapa?" suara yang keluar dari balik pintu kamar. Reni membuka pintu tersebut dan melihat kedua mata mereka memerah. Lantas Reni pun khawatir, akan hal apa sampai-sampai keduanya terlihat seperti usai menangis. Kemudian ia bergegas menghampiri keduanya yang duduk di tempat tidur.

"Kalian kenapa, Anak-anak?" tanya Reni, wajahnya seketika ikut meringis. Menaruh kedua tangannya ke pundak mereka sambil mengelus'kan lembut.

"Alisha sakit, Tante." jawab Jeon. Menunduk setelah ucapannya didengar oleh Reni.

Tak menunggu lama Reni memeriksa kembali suhu tubuh Alisha dengan thermometer yang diambilnya dari lemari P3K. "39°, demamnya cukup tinggi." ujar Reni melihat pada angka yang terletak di layar thermometer tersebut.

"Jeon, tolong jaga Alisha sebentar, ya. Tante mau ambil kompresnya dulu di dapur." pinta Reni mengusap rambut Jeon. Setelah itu Reni pun keluar dari kamar menuju ke dapur.

Jeon melihat Reni yang berjalan keluar dengan wajah yang pasrah. Tatapannya beralih pada Alisha yang bersandar di dinding kasur sambil menundukkan kepalanya. Jeon tersenyum tipis. "Alisha istirahat aja, ya. Tidurkan aja kepalanya ke bantal." ucap Jeon membantunya berbaring.

JEON UNTUK ALISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang