Di sebuah kamar yang bertema bunny sweet. Dinding kamar yang berwarna dusty pink. Hiasan kamar yang sangat aesthetic dengan boneka-boneka kelinci kecil. Tepat di kasur, Alisha sedang termenung, entah apa yang ada di pikirannya kini.
"Jeon lagi apa, ya?" Gadis kecil yang sedang memeluk boneka kelinci sembari rebahan. Termenung memikirkan cowok itu. "Lah, kok, Aku mikirin Dia?" gumamnya langsung membaringkan tubuhnya ke tempat tidur.
Alisha belum tidur. Ia hanya berpura-pura untuk tidur ketika ayahnya mengantarnya ke kamar. Ketika ayahnya menutup pintu kamar dan mematikan lampu utama, lampu otomatis yang berkelap-kelip itu seketika hidup membuat kamar itu sedikit cerah dengan warna-warni.
"Alisha, kamu itu lebih baik tidur. Jangan habisin waktu istirahat kamu!" ucapnya kepada diri sendiri. Alisha memejamkan matanya untuk tidur.
࿏࿏࿏
"Ha-ha-hachim...," Jeon mengedan. Ingusnya keluar, Ia berusaha mengusapnya dengan sapu tangan yang sedari tadi dipegangnya. "Ada yang kangenin aku?" pikirnya dengan keras, sembari duduk di ujung kasur. Matanya menatap dirinya di cermin.
"Ah, gak mungkin. Kalo ada yang kangen itu, harusnya, kan, bulu mata ku yang jatuh, bukan bersin?"
Jeon menggeleng.Kembali terdiam, "ada yang ceritain aku? Siapa?" ucap Jeon terkejut. "Eh? Bulu mataku. Bulu mataku jatuh!" sontaknya di dalam kamar, mendapati bulu matanya yang jatuh ditangannya.
Kamarnya memiliki peredam suara, sehingga bisa sepuasnya jika ingin berteriak sekuat singa mengamuk.
"Alisha kangen aku! Pasti Alisha! Siapa lagi, coba?" ucap Jeon berteriak. Berlompat-lompat di kasurnya seperti Monyet liar yang bahagia ketika diberi pisang setandan.
"Hachim..., aku kayaknya sakit, deh. Ingus juga dari tadi keluar masuk, ganggu mulu. " gumam Jeon berhenti ber lompat. Ia langsung bersandar di dinding tempat tidurnya. Lama sudah Ia memikirkan tentang Alisha hingga tak sadar membuatnya tertidur pulas memeluk bantal guling yang bercorak catur itu.
࿏࿏࿏
Pagi Hari pun tiba. Hujan malam yang sangat deras semalam, membuat cuaca pagi tampak sehat. Tanaman di taman tampak segar sehabis mandi semalaman oleh hujan.
Jalanan menjadi becek, walaupun jalan kompleks itu sudah diaspal. Aspalnya sudah lama dibuat bersama dengan membangun perumahan kompleks. Hingga aspal itu sudah ada yang hancur sedikit. Ada juga yang jalannya tak mulus hingga membuat genangan Air.
Gera sudah memarkirkan mobil di depan rumahnya. Menunggu Alisha keluar dari rumah untuk berangkat ke sekolah pagi itu. "Sayang..., Papa udah siap nih, ayo berangkat!" umpat Gera agar Alisha cepat keluar.
"Iya, Pa!" jawab Alisha berlari, dengan membawa botol air minum untuk di minumnya disekolah. Bekal yang di siapkan oleh Reni sudah dimasukkan ke dalam tas milik Alisha yang kini di pundaknya.
Alisha menoleh ke arah rumah Jeon. Terdengar suara teriakan dari dalam sana. Gera bergegas berlari ke dalam rumah itu untuk melihat keadaan dari dalam.
"Ada apa? Kenapa teriak?" ucapnya dengan jantung yang berdetak kencang. Ia melihat Jeon sedang meringis kesakitan. Dengan cekat ia mendatangi Jeon.
"Ada apa ini!" sontak nya ketika melihat Gion memegang pecahan kaca dari bingkai yang terletak di meja televisi. "Gion! Apa maksudmu lukai Jeon! Dia anak kamu!" spontan Gera memeluk Jeon. Kedua tangan Jeon menggigil menahan sakit, tangisnya berdesak.
"Jeon...," panggil Fior, terdesak dengan tangisnya yang duduk di tangga. Kening di kepala Fior berdarah terkena lemparan kaca ketika melindungi Jeon.
"Ma-mama..., Jeon..., gak apa-apa, kok," tangis Jeon yang masih berdesak. Ia melihat darah di kepala Mamanya, melihat itu, tangisnya semakin kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEON UNTUK ALISHA
Fiksi RemajaKisah seorang remaja yang bernama Alisha Nandifa. Alisha dikenal dengan sifatnya yang santai dan tidak banyak bicara. Saat itu, Alisha dikenalkan oleh anak dari tetangga barunya yang bernama Jeon Andara. Jeon memiliki sifat yang berbalik dengan Alis...