Part 15

1K 81 9
                                    

Si Bos modus bernama Jio Alves itu menghantar Tania pulang, Tania kini duduk manis didekat Jio yang sedang mengemudi mobil sesekali pun Jio melirik Tania yang menatap jendela luar.

Jio menggenggam tangan Tania yang berada di atas paha, Tania menoleh.

"Pak Jio kenapa?" tanya Tania.

"Will you marry me?" seketika Tania membulatkan matanya, menetralkan perkataan yang Jio ucapkan, menikah dengannya? Maksudnya apa?

Jio juga bisa-bisanya keceplosan gitu mana Tania menatapnya heran serta penuh tanya, "Emmm maaf tapi saya suka sama kamu, kalau emang belum siap gakpapa nanti aja"

Jio cengengesan habis ia bingung mau gimana lagi daripada Tania diambil orang mending ia langsung ajak nikah aja toh sahabat-sahabatnya mau menikah begitupun sahabat-sahabat Tania.

Siapa tau Tania mau nyusul setidaknya Jio udah nawarin urusan diterima atau nggak nya ya terserah Tania saja semua keputusan ada di tangan Tania.

Jio juga tak mau memaksa karena ya tidak ada hak ia memaksa orang yang ia suka untuk menjadi istrinya, itu sama saja egois kalau dia bersikeras menjadi Tania istri sedangkan Tania sendiri tak mau.

Tania memilih tak menjawab, kegiatan menatap jendela luar adalah kesukaannya, ia juga bingung mau memberi respon apa untuk Jio, ia suka kok tapi masih ke tahap suka doang untuk rasa cinta dan sayang hanya sedikit selebihnya rasa kagum dan suka biasa.

Tania tak menafsirkan dirinya suka sekali karena takut hatinya terluka namun Tania juga tidak mau menerima seseorang hanya karena ia kasihan pada orang itu tidak Tania tidak sejahat itu.

Ia jadi bingung ditolak gak enak hati diterima dirinya aja belum betul-betul suka, jadi Tania harus respon seperti apa?

Menyadari Tania yang diam saja Jio merutuki dirinya yang asal bicara, ia membuat suasana itu menjadi canggung dan bisa di pastikan Tania tak nyaman.

"Tania kalau gak mau juga gakpapa kok" ucap Jio, Tania menoleh pada Jio.

"Maaf saya udah lancang mengajak kamu menikah, kamu gak usah masukin hati anggap aja itu angin lalu" lanjutnya, Jio tak suka kecanggungan di antara mereka.

Dengan ragu-ragu Tania menganggukkan kepalanya, "Saya bersedia jadi istri Bapak" ucapnya pelan.

Jio dengan terkejut ia mengerem mendadak membuat kening Tania terjedot dashboard mobil.

"Pak Jio sakit" ringis Tania sembari mengusap keningnya.

"Really? Thank you so much Babe" Jio memeluk tubuh Tania, wajah Jio sangat berseri-seri bahagia ia bahkan memeluk Tania sangat kencang.

"Alasannya?" tanya Jio dengan antusias yang membara, seperti kobaran api yang membakar sampah.

"Nothing, I want my future husband is a billionaire" seketika Jio meluntur kan senyumnya, ya tidak salah sih hanya saja wajah tampan Jio seperti tidak ada harga dirinya sekali.

Tania hanya menatapnya dari harta? Boleh saja sih kan kebetulan Jio punya berjibun tapi apakah Tania tidak menatapnya dari wajah? Jio tidak sejelek itu untuk menjadi calon suaminya.

Jio tersenyum sumbang, pikirannya sudah kemana-mana mengingat jawaban Tania barusan.

"Hehehe, harta ya? Tania gak matre kok tapi emang bener harta saya kudu dihabisin" meski senyum-senyum namun tak munafik hati kecil Jio sedikit tersentil.

Tania paham dari raut wajah Jio yang menunjukkan tak nyaman padanya, "Nggak kok, bagi saya yang paling utama yang saya liat dari Pak Jio itu karena Bapak baik hati, pengertian, tipe ideal saya banget hanya saja harta Bapak kebanyakan jadi terkesan saya mandang harta tapi percayalah saya lihat Bapak dari sifat bukan harta, harta mah nomor sekian nomor satunya itu Bapak tipe ideal saya"

Pak JaydenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang