***Selepas magrib, di tengah gemuruhnya suara tetesan hujan disertai pekikan petir yang saling bersahut-sahutan, tampak Kinan yang tengah duduk di lantai kamar dengan posisi sedikit membungkuk. Sekilas, tidak ada yang terlihat aneh dengan postur tubuhnya. Hanya saja tatapan mata yang tidak beralih dari sebuah ponsel hitam yang tergeletak di antara kedua kakinyalah yang membuat seorang wanita berparas ayu terlihat bolak-balik memandanginya.
"Kamu kenapa, Kin?" Awin yang kebetulan malam ini menginap di kamar Kinan bertanya khawatir. "Ada apa? Siapa yang ngehubungin kamu malam-malam gini? Mau apa dia?" berondongnya tanpa henti.
"dr. Shasya, Mbak."
Tanpa mengalihkan perhatiannya dari sebaris kalimat yang sejak tadi tidak bisa ia abaikan, Kinan menjawab cepat.
Mochinya udah bisa di bawa pulang, ya.
Dan tanpa perlu melihat foto profilnya, Kinan tahu siapa pemilik nomer ponsel tersebut. Dia, dr. Shasya Maharani. Dokter hewan cantik yang jika tersenyum, membuat lesung pipi di sebelah kanannya terlihat.
"Lah, Kamu sakit?" Awin semakin khawatir.
Kinan sontak menggeleng. "Bukan Kinan, Mbak tapi Mochi," ucapnya cepat.
"Mochi?"
Kinan mengangguk. "Iya, Mochi."
Awin mengusap wajahnya lelah.
"Iya. Tapi Mochi itu siapa wahai Kinana Amari?"
Kinan tertawa.
"Kucing kantor, Mbak. Namanya Mochi."
kekehnya."Loh! Kantor kamu piara kucing?"
"Eh, bukan kucing kantor, sih. Kalo kata Hasan mah, Mochi itu kucing liar yang diadopsi sama Mas Kala."
"Mas Kala?"
Kinan mengangguk. "Senjakala. Katanya, sih, yang punya KalaMedia, Mbak."
"Oh ..." Awin manggut-manggut. Namun yang tidak diketahui Kinan, ada senyum samar yang terukir di bibir Awin.
"Jadi Mochi itu kucingnya bos kamu? Terus kenapa dokter hewannya malah ngehubungin kamu, Kin? selidik Awin penasaran.
"Mas Kala ngasih nomer Kinan, Mbak. Katanya hubungi Kinan aja kalau Mochi dah sembuh."
"Oh! Okey ..." Awin kembali manggut-manggut.
"Jadi gimana, Mbak?" tanya Kinan lirih.
"Apanya yang gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Before You
RomanceIni tentang dunia yang tidak pernah berpihak pada yang lemah. Tentang hati yang menampung terlalu banyak kesedihan. Tentang lara yang tak kunjung sirna. Tentang bayangan dan cahaya. Dan tentang sebuah pertemuan yang mengikis badai hingga reda. Ini t...