"Orang-orang merasa takut saat mendengar Guntur dan kilat. Tetapi anehnya,aku malah merasa tenang." Freissy Marella cordelia
*
"Hmm!" Marella menghela nafas, mengambil selembar tisu, dan duduk di kursi di samping ranjang.
"Lap dulu mulut lo!" ucapnya sambil menyodorkan tisu.
"Ngga usah peduliin gue!" jawab Baruna, mengalihkan pandangannya.
Marella menunjukkan ekspresi sinis, lalu memutar kepala Baruna dan mengelap mulutnya yang berlumuran bubur.
"Siapa yang peduliin lo? Gue cuma merasa kasihan pada nyokap lo, yang sudah bertahun-tahun jagain lo, dan saat lo akhirnya sadar, lo malah bahas tentang cewek yang sudah meninggal!"
"Jaga mulut lo!" Baruna menepis tangan Marella dan merebut tisu untuk mengelap bibirnya sendiri.
"Ck, yang harusnya jaga mulut itu elo! Apa lo lupa kalau tadi sudah menyakiti hati nyokap lo sendiri?" ucap Marella sambil mengambil mangkuk putih berisi bubur dan menyodorkannya ke Baruna. Lalu ia melanjutkan, "Nih makan sendiri agar lo bisa tebus kesalahan lo tadi!"
"Berhenti gangguin gue!" Baruna melemparkan mangkuk berisi bubur ke samping, sehingga isinya berhamburan ke mana-mana.
"Ngga usah peduliin gue! Kalau gue ujung-ujungnya jadi beban kenapa terus berusaha nyelamatin gue?" ucap Baruna.
"Dasar cowok nggak tahu diri!" umpat Marella, wajahnya merah padam karena marah. Ia mengarahkan jari telunjuknya ke Baruna sambil berkata,
"Kalau bukan karena amanat nenek, gue nggak akan Sudi nunggu lo sadar untuk menjadi istri dari lelaki lumpuh yang mulut sampah kayak lo!" Marella mengatur nafasnya, melangkah pergi meninggalkan Baruna yang terduduk di tempat tidurnya.
Saat Marella hendak menuju pintu, tiba-tiba seseorang membukanya dari luar. Ternyata yang membuka pintu adalah Bagas, ayah Marella.
Marella benar-benar terkejut melihat kehadirannya dengan postur tubuh tinggi besar dan bau alkohol yang sedikit tercium membuatnya merasa mual.
"A-ayah!" Marella terbata-bata.
"Ternyata kamu masih di sini!" Bagas langsung kasar menarik tangan putrinya dan mencoba menyeretnya keluar.
Namun, Marella berusaha mempertahankan diri agar tidak terbawa dan tetap berada di dalam, tidak ingin mengikuti ayahnya.
"Seharusnya kamu bekerja dan mencari uang, bukan tetap mengurusi orang lumpuh ini!" ucap lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDA SWASTAMINA
Teen FictionTacenda mengandung arti "hal yg lebih baik di biarkan tidak terucapkan" "Ketika lautan menghantammu dengan kekuatannya yang tak terkira, kehidupanmu berubah selamanya. Namun, kadang-kadang hantaman terkuat datang dari dalam dirimu sendiri." Kehidupa...