Pukul dua dini hari, suara gemuruh petir menggema di langit, tercampur dengan rintik-rintik hujan. Waktu berjalan, suara petir semakin keras dan akhirnya membangunkan Marella dari tidurnya."Hmm, jam berapa sekarang?" Marella mengucek matanya sambil bangun dari tidurnya di pangkuan ibunya yang sedang duduk di sofa.
"Baru jam 2!" Marella menguap lagi sambil melihat cahaya yang memantul dari luar melalui tirai. Ia duduk termenung di sofa. Tiba-tiba, terdengar suara Baruna yang ngigau.
"Hmm,Marr!" gumam Baruna.
Ternyata Baruna sedang mengalami mimpi buruk. Kenangan tentang kejadian terdampar tiga tahun yang lalu membuatnya trauma.
Saat itu, hujan deras turun dan tubuh Baruna tergeletak lemah di bawah gubuk yang terbuat dari dedaunan yang dibangun oleh seorang gadis bernama Shaniya Marilla.
"Marr, kamu dimana?" gumamnya.
Marilla terlihat berlari keluar dari hutan sambil membawa beberapa buah dan terlihat api unggun yang mulai padam.
"Di sini, Zabar!" ucap gadis itu sambil meletakkan kepala Baruna di pahanya.
Tubuh Baruna terlihat menggigil kedinginan. Marilla terpaksa melepaskan jaket almamater yang ia kenakan,
menyisakan seragam sekolahnya, dan menggunakan jaket itu untuk menyelimuti tubuh Baruna yang menggigil.
"Marr, apa yang kamu lakukan?" Baruna berkata dengan lemah.
"Diam saja, aku akan tetap di sini!" Marilla memeluk tubuh Baruna untuk memberikan kehangatan.
Hujan semakin deras, dan suara petir menyambar di sekitar gedung rumah sakit dengan suara yang menakutkan.
"Jangan pergi, Mar! Jangan pergi!" Baruna mengigau dengan semakin keras.
Marella, yang duduk di kursinya, mendengar gumaman itu dan bergegas mendekati tempat tidur pria berpostur tinggi 180 cm itu.
"Baruna, lo kenapa?" gumam Marella ketika melihat pria itu tidur dengan keringat dingin mengucur dari tubuhnya, terus mengigau.
Marella kemudian meletakkan tangannya di atas tangan dingin Baruna.
Baruna terbangun dengan napas tersengal-sengal, dan wajahnya pucat dengan keringat dingin.
"Marilla!" Lelaki itu menarik tangan Marella dengan kuat, sehingga keduanya terjatuh dalam pelukan di atas tempat tidur rumah sakit.
"Baruna, lo ngapain? Gue Marella!" bisik Marella dengan sesak.
"Marilla, jangan tinggalin aku..Aku takut, mar!" keluh Baruna sambil meletakkan dagunya di atas kepala Marella.
Saat Marella mencoba melepaskan diri dari pelukan itu, Baruna justru menahannya dan memeluknya dengan erat.
Wajah Marella tepat berada di dada bidang Baruna, dan tiba-tiba wajahnya memanas dan detak jantungnya berdegup kencang saat Baruna mengeratkan pelukan mereka. Akhirnya, keduanya sama-sama terlelap dengan posisi berpelukan.
🍁🍁
Terdengar suara adzan dari masjid yang agak jauh dari rumah sakit, membangunkan semua orang yang berada di dalam ruang perawatan Baruna.
"Hmm apa udah waktunya Subuh?" Garvin mengucek matanya sambil melihat jam di ponselnya.
"Adekk, sayang.. ayo bangun kita shalat berjamaah!" ucapnya kepada istrinya yang masih tertidur pulas di kasur lipat di dekat sofa.
"Hmm!" Skyla mencoba bangun, melawan rasa kantuknya, dan melihat suaminya, seorang pria tampan dengan kumis tipis, di depannya.
"Kak, jangan menatap adek seperti itu!" Sky membenturkan pipinya dengan lembut.
"Kakak udah lama tidak bertemu denganmu, jadi rindu!" Garvin mencubit hidung istrinya dengan gemas.
"Hoamm!" Mattea menguap, menutupi mulutnya, dan melihat ke samping.
"Eh, Marella kemana?" gumamnya bingung.
Kemudian, Mattea bangkit dari kursinya dan melihat putrinya tidur di atas ranjang bersama Baruna.
"Astaghfirullah! Marella!" ucapnya dengan kaget, membuat semua orang terkejut.
Mereka semua terkejut melihat siswi SMA itu tidur berdampingan dengan seorang pria di tempat tidur rumah sakit.
Mattea mendekati mereka dan segera menarik kuping putrinya dengan gemas.
Marella, merasa kesakitan, terbangun secara refleks dan turun dari ranjang dengan tarikan keras dari ibunya.
"Aduh, bun, sakit!" keluh Marella.
BersambungKelanjutannya gimana ya? Apa langsung nikahin aja begimana nih? Janlup komen ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDA SWASTAMINA
Teen FictionTacenda mengandung arti "hal yg lebih baik di biarkan tidak terucapkan" "Ketika lautan menghantammu dengan kekuatannya yang tak terkira, kehidupanmu berubah selamanya. Namun, kadang-kadang hantaman terkuat datang dari dalam dirimu sendiri." Kehidupa...