*
*Clekk..
Suara langkah ringan terdengar saat Tea kembali memasuki ruangan, membawa sebuah kantong kertas berisi makanan.
Tatapan heran terukir di wajahnya saat melihat orang-orang yang tampak kebingungan dan cemas.
"Kalian kenapa? Aku sudah beli sarapan, ayo kita makan dulu!" ajaknya sambil meletakkan kantong kertas itu dengan lembut di atas meja.
"Baruna mau berangkat sekolah mi! Baruna udah sehat!" ucap lelaki lumpuh dengan suara tegas, mencoba meredakan rasa cemas.
"Baruna, sayang.. kamu sudah lulus sekolah 3 tahun yang lalu, kenapa mau pergi ke sekolah lagi?" Sky berusaha menenangkan putranya dengan lembut.
"Baruna sudah lulus? Terus kenapa Marilla masih bersekolah?" Baruna menunjuk dengan hati-hati ke arah seorang gadis dengan rambut terikat.
"Baruna... Sayang itu Marella bukan Marilla!" tegur Skyla dengan nada lembut.
Baruna menghela nafas, rasa bosan terpancar dari wajahnya.
"Mami, Baruna sudah bosan. Mami sudah berkali-kali mengatakan itu! Sudah jelas-jelas itu Marilla, Mami, benar kan, Pi? Sekarang, Baruna ingin menagih janji dari Mami!" Lelaki itu melipat kedua tangannya di dadanya, mengungkapkan tekadnya dengan tegas.
"Janji?" Sky tampak bingung.
"Iya, Mami. Mami udah berjanji bakal ngerestuin pertunangan baruna sama marilla dan sekarang baruna udah lulus sekolah!" Baruna menjelaskan dengan penuh keyakinan.
"Baruna, sudahlah, jangan bicarakan itu lagi! Marilla sudah tidak ada lagi, sayang," kata wanita itu sambil mencoba menenangkan putranya, duduk di samping ranjangnya.
"Mami ngelantur mulu! Kalau Marilla sudah meninggal, mengapa dia ada di depan kita? Marr, kamu ingatkan janji mami untuk memberikan restu kepada kita!" teguh Baruna.
"Tante, Om, aku pamit dulu ya!" ucap Marella, berdiri dan bersalaman dengan orang tua Baruna, lalu mengambil satu kotak makanan dari dalam kantong kertas.
"Bun, aku akan makan sarapanku di sekolah saja!" tambahnya sambil mengulurkan tangannya meminta pamit kepada Tea.
"Mar, kamu hari ini tidak perlu pergi ke sekolah! Kamu tinggal di sini menjaga Baruna!" kata Tea dengan suara lembut, mencoba meyakinkan Marella.
"Apa, Bun? Lah kok gitu?" protes gadis itu, wajahnya terlihat kebingungan.
"Kamu tinggal di sini menjaga Baruna, Bunda dan Om Garvin akan mengurus dokumen pernikahan kalian, dan Tante Skyla harus pergi ke pertemuan di kantor!" jelas sang ibu
"Tea, tidak perlu memaksa Marella. Biarkan Marella pergi sekolah, biar ada suster dan nanti Bi Lasmi datang ke sini!" kata Skyla sambil memijat tangan Baruna yang tenang akibat reaksi obat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDA SWASTAMINA
Teen FictionTacenda mengandung arti "hal yg lebih baik di biarkan tidak terucapkan" "Ketika lautan menghantammu dengan kekuatannya yang tak terkira, kehidupanmu berubah selamanya. Namun, kadang-kadang hantaman terkuat datang dari dalam dirimu sendiri." Kehidupa...