Menyusuri tiap koridor dan melihat kelasnya, Prilly mencari keberadaan kelas dimana Ali berada. Matanya berbinar kala melihat kelas yang ia cari. Kelas itu masih tertutup rapat. Samar-samar dari luar Prilly bisa mendengar suara aktivitas di dalamnya. Tampaknya proses perkuliahan masih berlangsung. Prilly memutuskan untuk menunggu di depan kelas saja. Meskipun akan sangat bosan tapi ini demi masa depannya.
Sekitar 1 setengah jam Prilly menunggu, pintu kelas akhirnya terbuka dan satu persatu para mahasiswa dan mahasiswi keluar kelas. Prilly langsung terkesiap dan menajamkan matanya tidak ingin terlewat Ali keluar dari kelas. Wajahnya langsung sumringah kala melihat seorang pria keluar dari kelas kala suasana tidak lagi begitu ramai. Prilly ingin menyapa namun ia terpaku beberapa saat melihat pria itu terlihat begitu rapi dengan kemeja berwarna biru muda, rambutnya yang ditata begitu rapi dengan jambul yang tidak begitu tinggi namun mampu memperlihatkan jidatnya. Kacamata yang terlihat begitu cocok dengan bentuk wajahnya itu memberi kesan berkharisma. Prilly menggeleng keras kala tersadar dan buru-buru mengejar Ali yang tanpa ia sadari sudah berlalu begitu saja.
"Pak..." panggil Prilly. Badannya yang jauh lebih mungil dari Ali tentu membuat ia kesulitan menyamai langkah mereka.
"Pak..." lagi-lagi tidak digubris.
"Pak Ali!" Panggil Prilly agak berteriak membuat langkah Ali terhenti dan berbalik menatap Prilly. Prilly buru-buru mendekat dan berdiri tepat di hadapan Ali.
"Pak, Sa..."
"Saya bukannya udah kasih tau ya hari ini gak ada jadwal bimbingan? Kamu gak masuk grup atau gak baca?" Prilly terdiam sesaat. Apa katanya tadi? Bimbingan? Apa ia mengira Prilly adalah mahasiswinya? Apa ia tidak ingat sama sekali dengan Prilly?
"Pak, bu-..."
"Satu lagi, panggil Prof. Bukannya gampang dapat gelar itu. Bimbingannya minggu depan," ucapnya kemudian berlalu membuat Prilly melongo. Prilly berkacak pinggang. Benarkah ia orang yang Prilly temui di rumahnya kemarin malam? Kemarin malam rasanya bukan main ramahnya dan rendah hatinya, tapi sekarang? Ah ternyata hanya pencitraan. Tidak ingin penantiannya sia-sia, Prilly kembali menyusul Ali.
"Prof, saya Prilly anaknya pak Haikal. Prof gak ingat saya?" Ucapan Prilly itu sukses membuat langkah Ali terhenti. Ia kembali menatap Prilly. Tatapan tajam di balik kacamata seolah meneliti Prilly membuat Prilly salah tingkah diperhatikan begitu.
"Ada apa?" Ucapnya setelah beberapa saat. Tampaknya ia baru ingat.
"Saya mau ngomong, soal perjodohan kita."
"Saya lagi sibuk."
"Sebentar aja, please. Saya udah nungguin Prof dari tadi." Prilly memasang wajah memelasnya. Ia harus mendapatkan sesuatu dari hasil bangun paginya hari ini.
"Masuk." Prilly mengikuti arah pandangan Ali yang menatap mobil sedan BMW keluaran terbaru di samping mereka. Tanpa mengatakan apapun Ali masuk ke dalam mobilnya lebih dulu membuat Prilly panik dan ikut masuk.
"Pak, maksudnya Prof, tapikan saya mau ngomong dulu," ucap Prilly kala Ali malah menyalakan mobilnya.
"Kamu bisa ngomong selama perjalanan. Saya harus mengisi seminar, saya udah bilangkan saya sibuk." Prilly mengerucutkan bibirnya kesal. Dalam hati ia semakin yakin untuk menolak perjodohan ini. Bagaimana mungkin ia bisa menghabiskan hidupnya bersama pria menyebalkan begini? Kaku sekali, pikirnya.
"Jadi gini, sesuai sama pembicaraan keluarga kita kemarin malam, mereka berencana untuk menjodohkan kita berdua. Tapi saya benar-benar gak bisa terima perjodohan ini. Yang pertama saya gak kenal Prof siapa, kedua saya punya pacar, ketiga saya gak kenal Prof si-..."
"Kamu udah ngomong itu tadi," sela Ali kala ada pengulangan dalam ucapan Prilly membuat Prilly melirik pria yang sedang fokus menyetir itu. Apa ia juga harus merevisi ucapan Prilly?
"Okey pokoknya intinya saya gak bisa terima perjodohan ini. Saya yakin Prof juga samakan? Jadi saya minta kerjasamanya. Prof bisa minta batalin perjodohan ini," pinta Prilly.
"Saya terima."
"What?! Gimana bisa sih dengan mudahnya terima? Ini pernikahan loh. Lagian saya udah bilangkan saya punya pacar. Masa iya Prof mau nikah sama pacar orang."
"Sebelum nikah putuskan dulu."
"NO! Saya gak mau." Prilly menolak tegas.
"Ayolah, ini bukan zamannya lagi dijodoh-jodohkan. Kita punya hak penuh untuk menentukan masa depan kita sendiri," bujuk Prilly frustasi. Ternyata semuanya tidak semudah yang ia kira. Ia pikir Ali dan dirinya satu pemikiran.
"Kalau membicarakan mengenai hak, kamu harus mengiringinya dengan kewajiban karena dua hal itu sejalan. Penuhi dulu kewajiban kamu maka kamu bisa mendapatkan hak kamu. Dan kewajiban kamu sekarang adalah mengikuti ucapan orang tua kamu. Setelahnya kamu akan mendapatkan hak untuk diberikan kebebasan tapi dibawah naungan suami kamu, yaitu saya." Prilly melongo mendengar rentetan kalimat Ali.
"Sorry ya Prof, saya lagi gak mau bimbingan. Jadi gak usah ajarin saya. Saya cuma mau Prof tolak perjodohan ini. Thats it!" Terlihat senyum kecil dari bibir Ali mendengar betapa menggebu-gebunya gadis itu.
"Kita berdua memiliki kedudukan yang sama dalam perjodohan ini. Kalau kamu mau nolak silahkan. Tapi saya tetap pada posisi saya." Prilly semakin dibuat geram saja.
"Saya udah sampai, kamu bisa bawa mobil saya kembali ke parkiran nanti asisten saya yang ambil kuncinya kalau kamu bawa kendaraan atau kamu boleh bawa pulang kalau gak bawa kendaraan," kata Ali kemudian keluar dari mobilnya begitu saja setelah mereka sampai di salah satu gedung. Mungkin tempat Ali akan melakukan seminar.
Prilly terpaku beberapa saat. Bisa-bisanya ia ditinggalkan begitu saja padahal pembicaraan mereka belum usai. Belum lagi Ali malah memberikan mobilnya pada Prilly begitu saja. Padahal Prilly bisa saja kembali ke kampus dengan taksi atau ojek. Prilly beralih ke kursi kemudi.
"Anjir keren banget," untuk sesaat melupakan kekesalannya, Prilly mengelus stir mobil yang interiornya sangat berkelas itu. Pasti harganya sangat mahal pikirnya. Prilly melajukan mobil itu menuju parkiran kampus. Tidak mungkin ia membawa pulang, pasti kedua orang tuanya akan heboh. Prilly akan memikirkan kembali nantinya cara untuk membujuk Ali agar perjodohan ini tidak dilanjutkan.
BACA KELANJUTANNYA DI EBOOK "DOSEN VS ME"
Yang mau baca versi lengkapnya bisa pesan melalui WA ke nomor 0895604244621
Harga: Rp. 30.000
Jumlah halaman: 595 halamanAku open PO hanya sampai sore ini jam 17.00, ebooknya akan dikirim malam ini jam 20.00 untuk menemani malam minggu kalian. Langsung WA aja yaa😉