chapter 4

220K 13.2K 244
                                    

Prilly mengaduk-ngaduk hot chocolate sembari menerawang kedepan, kalau hot chocolate itu bernyawa pasti ia akan minta ampun pada Prilly karna merasa pusing.

"Lo kenapa sih bengong aja?" Tanya Itte, sahabat Prilly sejak SMA.

Saat ini Prilly dan Itte sedang ada disalah satu cafe.

"Prill!" Sentak Itte membuat Prilly tersadar dari lamunannya.

"Apaan sih Te" balas Prilly malas.

"Lo kenapa sih? Lagi mikiran apa?"

"Te, kayaknya gue salah ambil keputusan deh" lirih Prilly membuat Itte mengerinyitkan dahinya heran.

"Keputusan apa?"
Prilly memijit pelipisnya pelan. Bingung harus bagaimana cara menjawab pertanyaan Itte.

"Lo jangan mikirin apa-apa dulu deh, lusa lo bakal nikah. Oh iya, Al bakal dateng gak?" Pertanyaan Itte berhasil membuat Prilly mematung, dadanya tiba-tiba terasa sesak.

Itte menutup mulutnya yang sudah lancang mempertanyakan hal bodoh seperti itu. Lihatlah bagaimana reaksi Prilly sekarang!

"Dia gak mungkin datang Te, dihari yang sama dia juga bakal nikah" balas Prilly lirih.

Prilly menunduk membuat air bening itu otomatis jatuh. Oh tuhan! Ini terlalu sulit.

"Wait! Jangan bilang kalau lo sengaja buat mempercepat pernikahan lo karna lo mau balas dendam ke Al?"tanya Itte mencoba menerka-nerka.
Mata Itte terbelalak saat Prilly mengangguk lemah.

"Oh no Prilly! Apa yang lo lakuin?" Tanya Itte tak percaya. Ini benar-benar hal bodoh. Sangat bodoh!

"Gue gak bisa mikir jernih saat itu Te, gue bener-bener sakit hati sama Al, gue cuma mau dia tau gimana perasaan gue" balas Prilly dalam isakannya.

"Tapi gak gini caranya Prill! Lo udah nyeret pihak lain yang bersalah masuk kedalam masalah lo dan Al" ucap itte frustasi. Jujur ia sangat kecewa dengan tindakan Prilly.

"Gue harus apa sekarang Te? Gue gak mau nikah sama Ali"

Itte mengusap wajahnya kasar.

"Prill lo dengerin gue ya, Tuhan udah menyiapkan segala macam takdir untuk hambanya, dan lo, harus menjalankan takdir lo saat ini. Percaya, Tuhan tau mana yang terbaik buat lo" ucap Itte. Itte kemudian memeluk Prilly mencoba menenangkan sahabatnya itu.

********

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh keluarga Prilly maupun Ali. Akhirnya mereka sudah resmi menjadi suami istri. Tadi pagi, ikrar suci itu sudah berlangsung.

Dan malam ini saatnya dilangsungkannya resepsi disalah satu hotel berbintang diibu kota. Ballroom hotel itu sudah didesign sedemikian rupa menjadi sangat elegant. Warna putih dan biru sangat kental memenuhu ruangan besar itu. Tamu yang diundang tak banyak karna hanya keluarga dan sahabat terdekat dan beberapa rekan kerja dari keluarga Ali maupun Prilly lah yang datang. Keterbatasan tamu itu juga membuat acara resepsi ini terasa lebih hikmat. Tak terlalu formal dan terkesan santai.

Prilly berdiri dikaca besar dengan pasrah wajahnya dipoles dengan berbagai macam make up. Terkadang ia mengerucutkan bibirnya saat sang perias sedikit tak rapi memoles wajahnya. Maklum Prilly adalah model, tentu ia sangat tidak asing dengan make up.

"Senyum dong Prill. Muka lo ditekuk gitu jelek tau." tegur Itte yang saat itu sedang menemani Prilly memoles wajahnya.

"Senyum gak senyum gue tetep cantik kali" balas Prilly ketus.
Itte hanya mencibir kesal mendengar jawaban Prilly. Sementara sang perias hanya tertawa kecil melihat kedua sahabat yang sedari tadi tak kehabisan topik berdebat.

Captain, I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang