Chapter 11

697 76 17
                                    

---Happy reading---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---Happy reading---









Suara langkah kaki di koridor yang mulai sepi, sinar matahari menembus jendela koridor sekolah. Remaja laki-laki berjalan dengan santai menuju kelasnya.

Perasaan tidak menyenangkan menyerang luar kulit tubuh milik Kaelen. Sejak awal datang ke dunia ini, Kaelen merasa di awasi seseorang.

Entah tujuan orang tersebut, maka dari itu ia selalu waspada dan tidak melemahkan penjagaaan nya.

Saat ini Kaelen berjalan menuju kelas baru nya di dunia ini, karena bell masuk sudah berbunyi. Light dan Freiv pun pergi ke kelas mereka setelah mengobati luka Freiv.

Kaelen mengulang kehidupan SMA-nya, namun rasanya berbeda jika tidak ada 2 sobat kesayangannya. Hampa, kosong dan sepi memenuhi hati Kaelen. Tidak ada orang yang dia bisa ia ajak ngobrol dan bercanda, tidak ada orang yang selalu merekomendasi novel dan manhwa.

Kaelen seperti dulu, sebelum dia pindah ke indonesia.

Selalu sendiri, lebih tepatnya dia selalu menyendiri dari orang-orang sekitar.

Kaelen berdiri tepat di depan pintu kelas barunya. Tangannya memegang kenop pintu dan membukanya.

Cleck

Seketika ruangan yang tadinya berisik menjadi diam. Mata murid-murid lain melihat Kaelen yang berjalan ke tempatnya dan perlahan duduk.

Satu-satunya murid baru yang bisa masuk kelas ini.

Memang kelas umum dan kelas khusus sama-sama pintar, namun ada perbedaannya. Kelas khusus, kebanyak orang yang lebih dari kata mampu pada ekonomi keluarga mereka. Sedangkan kelas umum lebih sedikit.

Kelas XXX IPA 1 adalah kelas Kaelen, dimana dia dipandang rendah oleh teman sekelasnya. Akan tetapi Kaelen tidak peduli, dia lebih memilih diam.

Muak dengan semua mata yang tertuju padanya. Itu mengingatkan Kaelen pada masa lalunya, yang membuat dia menjauh dari orang-orang dan menyendiri. Membuat Kaelen sendiri jijik, rasanya ingin mencongkel bola itu keluar dari tempatnya.

Ruangan yang tadinya sepi mendadak menjadi pada berbisik, menggosip orang yang memilih diam secara terang-terangan. Tentu saja, Kaelen mendengarnya karena tempat duduknya yang berada di paling belakang samping jendela.

"Liat, dia berlagak seperti orang cool."

"Apa dia ingin menjadi sok misterius?"

"Cih, anak miskin seperti dia bisa masuk ke kelas ini. Gak selevel."

Kaelen : The TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang