13. Mirror & Shadows

95 21 9
                                    


⚠️⚠️Warning!! Warning!!⚠️⚠️


Cerita ini banyak kekurangan, plot hole, typo bertebaran, belum lagi kesalahan grammar dan gaya penulisan yang berubah sesuai mood yang nulis__aku.

Take your chance and leave buat yang pengen cerita wow dan perfect, karena nggak mungkin didapetin disini.

Aku buat ini cuma buat seneng-seneng aja jadi mari kita sama-sama having fun.

••☆••♡♡♡••☆













Chapt ini agak gloomy,

Biar lebih kerasa feel nya boleh puter musik yang aku saranin di media;

__Mirror ( ft Bruno Mars ),  Lil Wayne__

Ato tonton vid liriknya sebelum lanjut baca dan puter lagi sambil scroll biar lebih mantep 👍🏻😏

























Seorang pria berdiri di depan sebuah cermin fullbody yang bisa menangkap dan merefleksikan pantulan yang didapatnya dengan kualitas tinggi seperti yang dibanggakan dan menjadi tagline brand asal italia tersebut.

Wajah itu masih sama, hanya lebih dewasa. Rambutnya masih sama hitamnya, tubuh itu juga tetap miliknya, meski sekarang cenderung lebih terbentuk dari hasil gym yang sudah seminggu ini dia ditch.

Tangannya meraih pantulan wajahnya di cermin, meraba permukaan kaca yang bertemperatur kamar, hanya sekedar meraba tanpa ada arti lebih. Seperti sebuah kebiasaan. Seperti mendengar sebuah bisikan.

Netranya bertatapan dengan mata yang balik menatapnya di kaca.















Kosong.



















Kosong.


















Kosong.




















Pria itu meletakkan tangan ke area dadanya, tepat di atas jantung, menetap lama, merasakan detakan yang kadang menjadi pertanyaan nya setiap pagi.



Ah, hari ini pun dia masih hidup, ya?



Pertanyaan itu sudah menemaninya selama 5 tahun terakhir. Menempel pada otaknya seperti wabah. Yang sepertinya diterima jantungnya sebagai sinyal untuk mendistribusikan sampel itu ke seluruh jaringan tubuh melalui laju peredaran darah dan oksigen.

Pria itu melirik pergelangan tangannya, tepat dimana beberapa pembuluh terlihat jelas, nadinya. Menatapnya lama tanpa melakukan apa-apa. Hanya menatap.

Itu yang terlihat.

Seorang pria yang sedang termenung di depan kaca sambil mengamati pergelangan tangan,

'Mungkin dia lupa memakai jam tangan'

'Apakah dia terluka?'

'Mungkin sedang berpikir memakai gelang yang mana untuk hari ini…'

…. dan sederet dugaan lain.

Hanya beberapa yang tahu kebenarannya. Hanya beberapa orang yang bisa memahaminya.















Brat From HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang