BAGIAN IV | 2-14 Hours

20 13 2
                                    

oOo
2-14 Hours
OoO


"Nata ya?". Ucapku dengan diimbangi jantung yang masih berdebar.

Ia hanya terdiam, mukanya berpaling kearahku tak sepatah kata yang ia keluarkan ia langsung menbukakan pijakan kaki untukku dan berkata, "Ayo naik keburu siang".

Kita sama-sama mengenakan masker pada saat itu, aku belum melihat jelas paras wajahnya pada watu itu. Dalam hati ku berkata "Who is he?". Kenapa berbeda dengan di chat. Seolah tak punya malu dan banyak typing celotehan yang membuatku kesal.

"Bisa baca maps kan?". Tanya nya sembari menatapku.

"Emm, bisa-bisa". Balasku singkat.

Dan setelah beberapa menit berlalu, kali ini aku benar-benar yakin bahwa dialah Nata yang sesuai dengan apa yang ku maksud. Ia mulai berceloteh tak jelas, dari bernyanyi sampai berbicara yang menurutku ga penting sama sekali. Namun ada satu hal yang cukup membuatku kesal.

"Emang masih jauh ya?". Tanyaku kepadanya.

Disitu ia masih diam dan tak menjawab perkataanku.

Aku ulangi lagi dengan pertanyaan yang sama. "Emang masih jauh ya?".

Dan sama saja, masih tak mendapat jawaban darinya. Hingga aku tau ternyata ia mengenakan earphone saat itu. Sungguh membuatku kesal.

"Ihh, kamu pake earphone ya". Tanyaku dengan menyubit pinggangnya saat itu.

Ia terkejut dan menoleh kesal kepadaku.

"Hah apasih, iya-iya dilepas"
"Nih". Ucapnya yang kemudian memberikan earphone nya kepadaku.

Perjalanan berlanjut, tak lama ia membelokan motornya di sebuah minimarket.

"Bentar, ambil duit". Ucapnya yang kemudian berjalan masuk kedalam minimarket itu.

Aku masih di parkiran saat itu, diam sambil melihat sekeliling jalanan. Tak lama handphone ku berdering, Nata menelfonku.
"Apasih anjir, telfon segala". Pikiriku dalam hati, yang kemudian menjawab panggilan itu.

"Hallo, mau minum apa?". Tanyanya kepadaku.

"Enggak, gausah"

"Lah, nanti disana cari minum susah"
"Minum apa?". Tanyanya sekali lagi

Ia berada dibalik kaca seakan memberiku kode untuk memilih minuman.

"Ga suka soda, air putih aja". Jawabku kepadanya.

Ia hanya membalas okey, dan kemudian panggilan berakhir.

Aku menunggu sekitar 15 menit, dan itu waktu yang lumayan lama untuk sekadar membeli minuman. Dan lagi-lagi ia menelfonku.

"Mau camilan enggak?". Tanyanya kepadaku.

"Enggak, kamu aja". Balasku kepadanya.

Ia mematikan telfon dengan balasan sama seperti sebelumnya. Beberapa menit kemudian ia menelfonku lagi.

"Hallo, kenapa lagi". Tanyaku padanya.

"Anjir, bantuin kek gabisa bawa nih".
Ucapnya kepadaku.

Aku sungguh heran dengannya dan berkata dalam hati "Hah??".

"Iya-iya bentar". Ucapku kemudian menyusulnya didalam minimarket.

Aku masih ingat apa saja belanjaannya waktu itu, satu botol air mineral, satu kaleng kopi, dan juga satu bungkus biskuit oreo.

"Airnya taruh tas ajaa, males bawa".
"Ini tas nya sekalian taruh depan aja ya".
Ucapku kepadanya dan menaruh tasku.

Perjalanan kami kembali berlanjut, entah kenapa diperjalanan seakan aku merasa telah mengenal Nata sangat lama. Bahkan tanpa sadar, aku benar-benar menjadi diriku sendiri pada waktu itu yang bisa dibilang itu sangat sulit untuk ku lalakuan pada seseorang yang baru ku kenal. Mulai dari banyak bertanya padanya, dan bercerita tentang apapun, atau mungkin ocehan yang tak begitu penting dariku yang dengan sendirinya terucap saat aku bersamanya.

"Masih jauh ya?". Tanyaku kepadanya berulang-ulang, karena memang perjalan waktu itu cukup lumayan jauh.

"Bentar lagi nyampe". Responnya menjawab pertanyaanku.

Sepertinya memang tujuan kami sudah lumayan dekat. Jalanan kota yang bising itu perlahan berubah menjadi nyaman khas perdesaan yang tanpa debu atau panasnya jalanan kota semarang. Dan beberapa menit berlalu, gerbang selamat datang terlihat. Akhirnya sampai juga, pikirku yang tak sabar menanti ingin melihat air terjun tersebut.



One Of NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang