Bangun Yang Berbeda

6 1 0
                                    

"Shhh"

Ringisan kecil keluar dari mulut seorang gadis yang terbaring lemah di brankar rumah sakit, Dua hari yang lalu ia ditemukan tak sadarkan diri disebuah halaman apartemen didekat rumahnya.

Perlahan mata kecil itu terbuka, sinar matahari yang tepat berada segaris dengan dirinya berbaring membuat mata itu mengerjap menyesuaikan cahaya. "Gue dimana? Shhh, kenapa kepala gue sakit banget?" Lirih gadis itu pada dirinya sendiri. Setelah dirasa cukup beradaptasi dengan cahaya itu, gadis itu membuka matanya kembali.

"Gue masih hidup?! Alhamdulillah yaallah, anak-anak novelku gak jadi terlantar! Ini bener-bener gak bisa dipercaya, setelah kehidupan gue mulai membaik, tiba-tiba gue diracun sama salah satu temen seprofesi. Liat aja, setelah gue pulih dan sembuh, gue bakal bikin perhitungan sama ipret itu."

Ia menoleh kearah nakas, dilihatnya sebuah ponsel yang sangat asing dimatanya. Ponsel dengan logo apel digigit itu langsung membuatnya membelalakkan matanya, itu bukan ponselnya! Dengan rasa penasaran yang teramat dalam, diraihnya ponsel itu. Dan saat sudah berada didalam genggamannya, ia dibuat terkejut setengah mati. Bukan ponsel itu yang membuat ia terkejut, tapi bayangan dari ponsel itu. Dilayar gelap itu, terlihat pantulan wajah seorang gadis yang ia yakin bukan dirinya!

Rambut panjang berwarna coklat terang, mata abu-abu gelap, pipi tirus, dan apa-apaan itu? Kenapa wajahnya sangat berbeda?! Dimana tahi lalat yang ia punya sejak dilahirkan dua puluh dua tahun yang lalu?!

Aletta, ya gadis itu adalah Aletta. Seorang gadis berusia dua puluh dua tahun, seorang penulis novel romantis yang sedang naik daun dan terkenal sejak beberapa tahun belakangan ini, ia masih bingung dan terkejut dengan apa yang terjadi dengan dirinya. Ia menghela nafas panjang sebelum akhirnya kembali melihat pantulan dirinya didalam ponsel itu, tak tanggung-tanggung, ia membuka kamera untuk memperjelas apa yang tengah dilihatnya.

"Siapa lo?!" Teriak Aletta menunjuk pantulan wajahnya.

"Nggak, gue pasti lagi mimpi! Iya, gue pasti mimpi! Atau cuma halusinasi? Gue kebanyakan bikin cerita fiksi pasti, huhhh, gue yakin ini cuma halusianasi gue!" Aletta berusaha menyakinkan dirinya sendiri mengenai apa yang terjadi saat ini.

"Tapi kenapa gue sadar kalo gue cuma halu? Lucid dream, apa ini lucid dream? Bangun, Aletta! Bangun! Cepetan bangun bego, beberapa hari lagi lo bakal nerbitin novel lagi!" Tanpa pikir panjang, Aletta memukul-mukul kepalanya sendiri hingga membuatnya pusing sendiri.

"Aishhh, kenapa lo gak bangun-bangun sih?! Ayo bangun, Aletta! Jangan mati dulu, satt!!"

Ceklek

Aletta mengalihkan pandangannya pada seorang laki-laki yang mungkin seumuran dengannya itu, dahinya berkerut bingung. "Siapa lo?" Tanya Aletta ketus.

Bisa Aletta lihat ada raut terkejut sepersekian detik sebelum akhirnya laki-laki itu berjalan mendekatinya, "Stop! Jangan deketin gue! Lo siapa? Kita gak saling kenal, lo salah kamar!"

Laki-laki itu tetap berjalan mendekatinya hingga sampai tepat disamping Aletta, "Drama lagi, Ret? Gak mempan, gue udah hafal sama kelakuan lo."

Aletta menatap laki-laki disampingnya tak suka, "Drama pantat lo bisulan! Gue bener-bener gak kenal sama lo, siapa lo sebenernya? Gue gak pernah ngeliat dan kenal orang semacam lo."

Laki-laki itu tersenyum miring lalu menyodorkan tangannya didepan Aletta, "Lo lupa sama gue Aretta? Oke, kalau gitu kenalin ulang, nama gue Sagara."

Aletta menjabat tangan itu dengan tenang hingga akhirnya matanya membola, "A- siapa tadi?!"

"Aretta"

Dengan senyum bodohnya, Aletta segera melepaskan jabat tangan Sagara. "Lo salah orang, nama gue Aletta. Aletta Kalira."

Kini giliran Sagara yang tersenyum meremehkan, "Cuma gara-gara pingsan sehari yang lalu lo jadi amnesia? Drama lo kali ini terlalu sampah."

Mendengar itu amarah Aletta tak lagi bisa dihindari, ia segera meninju perut Sagara kuat hingga laki-laki itu meringis kesakitan. "Mampus, kalo lo masih ngomongin hal-hal bodoh dan ngatain gue, bukan cuma perut lo yang jadi sasaran! Mending sekarang lo pergi, keluar!" Usir Aletta sembari mendorong badan Sagara menjauh.

Sagara mengerutkan kening bingung, "Lo ngusir gue? Gak salah? Bukannya lo yang minta tolong ke gue buat nyelametin lo, gak tau diri banget."

Aletta memutar bola mata malas, "Gue gak pernah minta bantuan lo karena kita gak saling kenal! Pergi lo, cowok halu!"

Sagara menggeram marah, berani sekali Aretta mengusirnya. Dan lagi, tatapan menjengkelkan apa itu? Kemana perginya tatapan lembut serta sendu gadis itu? Sagara merasa sedikit risih dengan cara Aretta menatapnya.

Saat sedang sama-sama terdiam, tiba-tiba Aletta mengerang kesakitan. Kepalanya seperti terkena hantaman keras berulang-ulang, rasa sakit itu membuatnya menangis kesakitan. "Awshh... Sakithh... Tolongg... Ini sakit bangett." Aletta memukul-mukul kepalanya berharap rasa sakit itu menghilang. Aletta tidak kuat menahan rasa sakit itu hingga membuatnya hilang kesadaran, tapi sebelum itu darah lebih dulu keluar dari hidung gadis itu.

"Aretta!" Pekik Sagara refleks.

Melihat Aretta yang tak sadarkan diri, Sagara langsung menekan bell hingga tak lama seorang dokter dan suster datang, membuat Sagara perlahan mundur membiarkan sang dokter memeriksa Aretta.

Dilain sisi, Aletta bangun dari pingsannya. Tapi bukannya terbangun dirumah sakit, dirinya malah terbaring diatas rerumputan yang sangat bersih dan indah. Belum hilang rasa bingungnya, tiba-tiba didepannya muncul seorang perempuan yang tak asing dimatanya.

"Cewek rumah sakit!" Pekik Aletta setelah mengingat dimana ia pernah melihat wajah seperti itu.

Gadis yang disebut Aletta tersenyum kecil, "Hai, Aletta."

"Lo siapa?" Tanya Aletta bingung.

Gadis itu kembali tersenyum manis, "Namaku Aretta, Aretta Callisha Putri. Kamu inget siapa dia? Dia adalah gadis yang kamu ciptakan lima tahun lalu lewat novel Sagara: I Really Love You!"

"Mungkin kamu lupa siapa aku, ya karena aku cuma figuran disana. Aku adalah seorang gadis dengan segala luka dalam hidupnya, mengharap cinta dari orang-orang disekitarnya, tapi berakhir mati dengan segala perasaan campur aduk yang ia rasa. Kenapa kamu terobsesi membuat dia terlihat sangat jahat dan berakhir sengsara, Aletta? Apa kesalahan yang dia lakukan padamu?"

"Bukankah nama kita mirip? Apa kamu tak merasakan sakit sedikitpun saat membuat Aretta menderita? Aku kesakitan sendirian, Aletta!" Aretta menangis mengingat bagaimana kehidupannya sebelum ini. Ia tak ingin menyalahkan Aletta, hanya saja ia bingung harus menyalahkan siapa. Sagara tentu tak bersalah, laki-laki itu sejak awal tak menyukainya. Tapi haruskah ia diperlakukan seperti itu? Bahkan hingga akhir hidupnya.

Aletta ikut menangis, ia tak tahu jika tulisannya mempengaruhi kehidupan jiwa didalamnya. "A-aku minta maaf, Aretta. Aku tidak tahu jika semuanya akan berakhir seperti ini, tolong maafkan aku." Aletta hendak menyentuh Aretta, tapi saat tangan itu meraih, tubuh itu tembus. Aletta memandang tangannya lalu beralih pada Aretta, "Retta, kenapa tidak bisa?"

Aretta mengangguk kecil, "Kita berbeda dunia, Letta. Aku sudah mati, benar-benar mati. Sedangkan kamu, tuhan memberi kesempatan kedua, tapi tidak dikehidupan yang sama. Aku juga tidak tahu kamu harus merasakan posisiku, tapi ini benar-benar tidak ada sangkut pautnya denganku. Aku minta maaf, Aletta. Kamu harus menjalani hidup sebagai gadis yang penuh penderitaan sepertiku."

"Bolehkah aku bertanya sesuatu, Retta?"

Retta mengangguk kecil, "Silahkan, kamu boleh bertanya apapun padaku. Tanyakan sebanyak mungkin, Letta, aku tak tahu apakah masih bisa bertemu denganmu atau tidak."

***

Finish!

Sawadee kha, tukhon🖤
Sabai dee mai? Aku harap kalian selalu baik-baik aja.

Aku bingung mulai cerita dari mana, semoga kalian gak bingung ya!

Transmigrasi Penulis NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang