Zifa mendorong tubuh Aretta kencang hingga menyebabkan gadis itu hampir terjatuh jika saja tidak ditahan oleh Sagara. "Kamu apa-apaan sih, Zif?!" Bentak Sagara refleks hingga membuat mata Zifa berkaca-kaca.
"K-kamu bentak aku, Gar?"
Sagara menghembuskan nafas kasar, "Aku gak akan bentak kamu kalo kamu gak salah."
"Salah? Aku ada salah apa? Aku cuma gak terima dia peluk-peluk kamu!" Zifa menunjuk Aretta marah.
"Kamu salah paham, Zifa. Aretta gak meluk-meluk aku-"
Belum selesai Sagara menjelaskan, Zifa lebih dulu menyela. "Terus kalo dia gak meluk-meluk kamu, kamu yang meluk dia? Kamu mulai suka sama dia, Gar?!"
Aretta hanya diam menyimak, baginya drama bitch didepannya ini sangatlah buruk dan cringe. Zifa yang melihat Aretta diam saja merasa sangat kesal, ia dorong lagi Aretta hingga terjatuh bersamaan dengan lukisan miliknya yang ikut jatuh terlempar.
"Zifa!" Pekik Sagara terkejut.
Aretta mengepalkan tangannya, ia merasa sangat marah. Bukan marah karena didorong hingga terjatuh atau dituduh melakukan hal yang tidak-tidak dengan Sagara, tapi karena lukisan miliknya terjatuh hingga rusak. "Lo tau berapa lama gue bikin lukisan ini, Zif? Lo tau sesusah apa gue abadiin wajah orang yang paling gue cinta? Dengan entengnya lo rusakin barang gue! Gue benci sama lo, bitch!!" Buru-buru Aretta bangun lalu menampar wajah Zifa kencang hingga menciptakan bekas kemerahan di pipi gadis itu.
"Aretta!"
Aretta menoleh, ia tak terkejut sama sekali oleh bentakan Sagara. Ia sudah menebak apa yang akan laki-laki itu lakukan padanya. "Apa? Lo gak terima selingkuhan lo ini gue tampar? Lo mau bales? Silahkan! Gue gak peduli, Sagara! Lo ajarin jalang sialan lo ini tentang sopan santun!"
Segera Aretta memungut kembali lukisan itu sebelum akhirnya pergi meninggalkan Sagara dan Zifa yang masih bertengkar. Aretta mengamati lukisan miliknya, tidak hancur sepenuhnya memang, wajah tampan itu masih terlihat sama dan penuh warna, tapi beberapa bagian dari lukisan itu menjadi penuh coretan berantakan.
"Bahkan disaat aku berusaha buat kamu selalu disamping aku, semuanya gak bisa berjalan sesuai harapan, James." Lirih Aretta sendu.
"ARETTA!" Pekikan itu mengalihkan pandangan Aretta, dapat ia lihat diujung lorong tempat ia berdiri, terdapat seorang gadis yang memakai seragam persis sepertinya.
"Siapa?" Gumam Aretta bingung. Belum hilang lagi rasa bingungnya, gadis itu berlari dan memeluk Aretta erat.
"L-lepasin, sesek!" Ronta Aretta membuat pelukan itu terlepas.
Gadis itu menyengir lebar, "Khotod, na." Katanya dengan tanda piece.
"Gue kangen banget sama lo, Ta! Maapin liburan gue yang ngelewatin batas ini, tapi pesona Thailand emang gak ada obat!" Tanpa bisa dicegah, gadis didepan Aretta itu kembali bercerita panjang lebar tanpa melihat reaksi Aretta yang hanya ngang-ngong.
"Dia siapa, sih? Kenapa gak ada ingatan tentang dia?"
"Ta"
"Ta!"
"Aretta! Lo dengerin gue ngomong gak sih?!" Sadar Aretta melamun, gadis itu merengut sebal.
"E-eh sorry, gue lagi banyak pikiran jadi gak fokus." Jawab Aretta membuat gadis itu mengerutkan kening.
"Mikirin apa sih? Bang Sagara lagi? Dia mah gak usah dipikirin, kalo bisa lupain aja, Ta! Buang jauh-jauh perasaan lo itu!" Menggebu-gebu dan penuh amarah, itu yang bisa Aretta simpulkan dari respon gadis aneh didepannya.
Saat hendak membuka mulut, tiba-tiba sebuah ingatan tentang gadis itu memenuhi kepala Aretta. Namanya, Noina Firsy Antadio. Sahabat Aretta sekaligus sepupu dari Sagara. Sejak awal, Noina memang tak menyukai pertunangan antara Aretta dan Sagara. Entah sudah tahu jika sepupunya bajingan atau apa. Yang jelas, Noina selalu menyuruh Aretta untuk membatalkan perjodohannya dengan Sagara. Dan benar saja, satu tahun pertunangan itu berlalu, Sagara berulah. Laki-laki itu berpacaran dengan teman satu angkatannya.
Setelah berita itu menyebar, Noina berusaha semaksimal mungkin untuk menutupinya dari Aretta agar sahabatnya itu tidak sakit hati. Tapi sebagaimana peribahasa, sepandai-pandainya bangkai disimpan, baunya pasti tercium juga. Aretta yang mengetahui itu marah, kecewa, sedih, dan dendam. Ia selalu berusaha memisahkan Sagara dan Zifa, Noina pun mau tidak mau akhirnya membantu Aretta. Tapi tak urung, gadis itu selalu memperingatkan dan menyuruh Aretta untuk berhenti dan menyudahi semuanya termasuk berhubungan dengan Sagara. Bukan tanpa sebab ia melakukan itu, Noina tahu jika kehidupan Aretta sudah cukup menyulitkan gadis itu, ditambah dengan ambisinya untuk memisahkan Sagara dan Zifa yang saling mencintai semakin membuat hidup Aretta menjadi berantakan. Belum lagi respon orang-orang yang melihat itu, bukannya mendukung, mereka malah memojokkan Aretta.
"Noina, gue gak mikirin Sagara." Ujar Aretta setelah kilasan-kilasan memori itu menghilang.
Noina menatap Aretta tak percaya, "Bohong banget! Yakali dalam kamus hidup lo gak ada mikirin Sagara."
Aretta memutar bola mata malas, "Mikirin Sagara lo bilang sia-sia dan gak guna, giliran gue gak mikirin dia lo nggak percaya. Jadi gue harus ngapain, Noina cantik?"
"Lo beneran gak mikirin Sagara?!"
"Mungkin gue udah move on." Ujar Aretta santai. Tapi tidak dengan respon Noina, gadis itu melebarkan mata dan mulutnya.
"Oemji oemji oemji, jing alaini-a?!"
"kayaknya sih gitu, gue juga udah capek terus-terusan ngerebutin ipret itu."
"Ohhoii, geng mak! Kenapa gak dari dulu-dulu aja sih lo kaya gini?"
Aretta terkekeh kecil, "Mungkin baru dapet hidayah."
Noina mengangguk-anggukkan kepalanya, "Jadi kapan lo mau batalin perjodohan itu?" Tanya Noina sembari menggandeng lengan Aretta lalu berjalan kearah kantin.
"Udah dari dua hari yang lalu, gue udah bilang ke ayah sama bunda dan mereka setuju. Seneng banget gue, anjirr."
"Shiaaa, baru gue tinggal sebulan dan lo udah lakuin banyak hal diluar logistik?! Tau gitu gue tinggal dari dulu aja lo, Ta." Noina menggelengkan kepala tak habis pikir.
"Lebay lo, kalo lo ninggalin gue dari dulu, bukannya dapet hidayah, makin sesat! Walaupun bentukan lo kaya gini, lo kan tetep sahabat sehidup sematinya Aretta." Sahut Aretta membuat Noina mengernyitkan dahi.
"Yeuu, nyebut nama sendiri, sok imut lo!"
Aretta tersenyum kecil, "Lo beruntung punya sahabat kaya dia, Retta. Dulu gue gak seberuntung lo, gue sendirian. Bener-bener sendirian. Mereka cuma datang disaat butuh, setelah itu, gue jadi orang paling sendirian didunia gue."
"Tetep jadi sahabat gue ya, Noi." Ujar Aretta membuat Noina bergidik ngeri.
"Jujurly, walaupun gue suka nonton ganda putra dan putri, tapi gue masih suka ganda campuran, Ta!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Penulis Novel
FantasíaBagaimana jika seorang Aletta Kalira, seorang penulis novel romansa yang sedang naik daun tiba-tiba terlempar pada raga seorang gadis cantik dengan segala masalah dan problematika hidup yang tengah dilaluinya? Dan sialnya, gadis itu adalah salah sat...