47. Fitting

13.9K 806 112
                                    

Gaes, seminggu lebih ya aku nggak update. Jujur aku harus ngumpulin niat dulu buat update Ribel hanya karena komen salah satu pembaca sini yang bikin aku down.

Please ya, Gaes. Kalau ada yang nggak suka sama tulisan ini, mending skip aja. Sudah bolak-balik aku disclaimer. Sumpah ngumpulin mood buat nulis itu susah banget kalau udah terlanjur down.

Kalau emang cerita ini nggak jelas, ya udah tinggalin aja, masih ada kok ceritaku lainnya yang nggak vulgar, atau yang alurnya jelas. Kalian bisa ngubek-ngubek itu profilku. Tapi please jangan tinggalin komen yang bikin pembaca lain, yang udah rela meluangkan waktu buat baca merugi karena mood nulisku jadi ambyar.

Buset, tuh kan aku jadi curcol. 🤣
Tapi serius, gara-gara itu aku harus cari pengalihan dulu. Nggak nyentuh sheet Ribel sama sekali. Kalau yang follow IG aku pasti tahu apa yang aku lakukan seminggu ini.
😆😆🤣

Dah ah! Sekian dan terima gaji! Yuk lanjut lagi.

Ini salah satu hasil pengalihan aku seminggu ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini salah satu hasil pengalihan aku seminggu ini. Comel kan? Bakal calon Anak Andini-Ribel tuh. Wkwk. Bercyandahh ...

Ibu jariku menggantung di atas keyboard ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ibu jariku menggantung di atas keyboard ponsel. Logo pesawat terbang belum kutekan. Keraguan menyergap tiba-tiba padahal beberapa saat lalu sudah merasa yakin untuk mengirim pesan itu.

Jeda beberapa detik yang aku lalui akhirnya membuatku memutuskan untuk mengirim pesan tersebut. Itu pun kulakukan sembari memejamkan mata. Lalu ketika bunyi pop dua kali terdengar, mataku memicing sebelah.

Terkirim!

Aku buru-buru meletakan ponsel ke meja. Lantaran jantungku berdetak lebih cepat dari semestinya. Ini konyol. Hanya karena sebuah pesan, tapi rasanya luar biasa bikin deg-degan.

Napasku berhenti sesaat. Kaget dengan bunyi notifikasi pesan chat masuk. Secepat itu dia membalas?

Aku kembali meraih ponsel dan membuka aplikasi chat. Benar, dia membalas.

Ben
Din, sekalinya kamu chat isinya undangan. Potek banget deh hati aku.

Aku nyengir sendiri membaca pesan itu. Ya, pesan yang aku kirim dengan penuh keraguan itu sebuah undangan digital yang kuberikan pada lelaki itu. Jariku mengetik pesan balasan.

Under Cover (THE END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang