Hola! Bertemu lagi dengan Ribel-Dindin. Wuiih, aku seneng banget sama antusias kalian sama cerita ini. Terima kasih ya.
Pesenku jangan malu-malu buat vote dan komen yak, biar makin rame dan makin banyak yang baca.
Yuk, kita bakar lagi pasangan hot ini.
🔥🔥🔥🔥
Kakiku mundur dan membuka pintu lebih lebar ketika seseorang itu memperkenalkan diri sebagai periasku. Aku pikir dia datang seorang diri. Ternyata di belakangnya ada dua laki-laki berbadan besar yang membawa satu renteng gaun, lengkap dengan gantungannya.
"Saya Ana yang akan bikin kamu malam ini tampil menawan di depan Pak Ribeldy," ujarnya tersenyum lebar sambil mencolek daguku.
"Apa Ribel nggak datang juga?" tanyaku seraya mengintip ke balik punggung MUA bernama Ana itu.
"Pak Ribel akan datang kalau kamu sudah aku make over. Yuk, di mana kita akan mulai?"
"Di sini saja."
Dan selama satu jam lebih, wajahku dipulas dan rambutku ditata begitu cantik.
"Kamu cantik banget. Pasti deh Pak Ribel klepek-klepek," ujar Ana, menatapku dari pantulan cermin. Dia terlihat puas dengan hasil riasannya sendiri. Aku sendiri merasakan hal sama. Di tangan wanita itu, aku jadi tampak lebih fresh dan bersinar. Oke, aku akui dia memang ahli.
"Sekarang kita pilih gaun yang pas buat kamu."
Lalu kami sibuk memilih dan mencoba satu per satu gaun yang dia bawa. Semua bagus dan elegan, membuatku kesulitan memilih. Jika ada Ribel mungkin akan lebih mudah.
"Ini cocok buat kamu, Say."
Aku menoleh ketika Ana menunjukkan sebuah gaun malam dengan potongan dada rendah. Aku meraihnya dan langsung tertarik.
"Oke, aku coba pakai, ya."
Selain potongan dada yang rendah, gaun ini juga memamerkan bagian punggung. Meski begitu aku menyukainya. Gaun ini pas di tubuhku dan sangat membuatku percaya diri. Bukannya sombong, selama ini aku merawat tubuhku dengan baik dan adakalanya ingin memamerkannya dengan gaun-gaun indah. Nggak salah kan? Yang salah itu Baary karena tidak bersyukur memiliki istri cantik sepertiku.
"Look! You're so beautiful," seru Ana sambil memutariku. Dia memperhatikan penampilanku dari atas ke bawah. "Kenapa sih, kamu nggak jadi model aja?" tanya dia masih dengan tatap kagumnya memandangku.
Aku terkekeh. Pikirannya ngawur. "Mana ada model yang punya dada dan bokong segede ini," candaku, membuatnya makin tertawa.
"Ini nggak terlalu gede kok, tapi ideal. Idaman para wanita." Ucapannya terdengar jujur.
Aku berjalan ke cermin full body yang ada di pojok kamar. Di depan cermin itu aku berputar dan bergaya beberapa kali hingga meluncur kata 'perfect'.
"Oke, pekerjaanku sudah beres, waktunya aku pergi. Pak Ribeldy juga sebentar lagi sampai. Semoga kamu menikmati malam ini, Sayang."
Ana mencium pipiku lalu berpamitan. Dia membawa serta gaun-gaun lain yang tidak aku pilih.
Seperti katanya, Ribel datang sepuluh menit kemudian. Dia mengenakan setelan jas rapi lengkap dengan dasi kupu-kupu di kerah lehernya. Reaksinya terlihat kaget ketika melihatku. Aku tahu itu tatapan terkesima. Ana sudah mendandaniku habis-habisan dan tujuannya tercapai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Cover (THE END)
Fiksi UmumBUDAYAKAN FOLLOW AUTHORNYA DULU SEBELUM BACA WARNING 21+ (MENGANDUNG ADEGAN DEWASA, BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN) Andini merasa penat dengan pernikahannya yang sudah di ujung tanduk. Sudah satu semester dia pisah rumah dengan suaminya. Meski begit...