Dari : noreply@mail.grandix.com
Balas ke : noreply@grandix.com
Kepada : santika.andini@externaise.com
Tanggal : xx-xx-xxxxJauhi Ribel.
________
Sebuah kecupan di pundak membuatku terkesiap. Ribel tersenyum lebar, lantas melemparkan diri ke sofa sebelahku.
"Serius amat, lagi liatin apa?" tanya dia seraya melongok ke layar laptop yang masih terbuka.
Aku baru saja membaca email misterius itu lagi. Sejauh ini masih kuabaikan. Tapi ternyata, malah banyak email masuk ke spam dari alamat yang sama. Sekuat apa pun memikirkan, aku nggak memiliki sesuatu yang bisa kujadikan tersangka.
"Email aneh. Email itu cuma berisi perintah agar aku menjauhi kamu." Untuk pertama kalinya aku jujur. Karena lama kelamaan surat kaleng itu cukup mengganggu.
"Oh ya? Mana coba liat." Ribel beringsut dan mencondongkan badannya ke depan.
Aku mendorong sedikit layar itu ke dekatnya dan nggak lama dari itu kerutan di dahi Ribel muncul.
"Grandix.com. Sepertinya aku pernah dengar. Tapi di mana, ya?"
"Kamu yakin nggak nyembunyiin sesuatu?" tanyaku menyipitkan mata.
"Menyembunyikan apa?"
"Siapa tau aja itu email dari pacar kamu di Singapura sana."
Siapa tahu kan? Segala kemungkinan bisa saja ada. Apalagi pria itu baru saja pulang ke negaranya itu selama dua bulan. Ya, baru-baru ini aku tahu kalau Ribel ternyata sudah pindah kewarganegaraan dari umur 21 tahun.
Kok aku sebal memikirkan Ribel punya wanita lain ya?
"Nggak ada ya, Andini. Pacar aku ya cuma kamu," katanya dengan nada tegas sambil menatapku serius. Mata tajamnya menyipit tak suka.
"Iya, yang di Jakarta. Yang di Singapore?"
"Nggak ada."
Aku melengos. "Kalau pun ada, mana aku tau."
Lenganku dia tarik sampai aku menghadapnya kembali.
"Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa tanyakan Tommy. Dia tahu segalanya tentang aku."
Mendadak aku kesal dengan perlakuannya. Lalu melepaskan diri dengan kasar. "Tommy itu tangan kanan kamu. Ngapain aku tanya sama orang yang udah pasti memihak kamu?"
Bahu Ribel terangkat lalu turun kembali. Dia mengembuskan napas seperti orang kelelahan.
"Terserah kamu aja. Dari dulu kan kamu selalu begitu. Meragukan aku."
Please, tell me, wanita mana yang nggak khawatir memiliki kekasih seperti Ribel? Selain tampan dan seksi, dia itu panas di atas ranjang. Dia juga memiliki aset di mana-mana, investor yang menjadi incaran perusahaan-perusahaan besar. Terdengar sempurna kan?
Sementara aku? Aku hanya seorang janda yang pernah mengalami kekerasan dan pelecehan seksual. Bahkan aku menilai diriku sudah tidak berharga lagi.
"Sebenarnya ... kamu bisa mendapatkan wanita mana pun yang kamu mau," ucapku lirih, setelah menyadari kekuranganku begitu sangat banyak.
"Nggak juga. Nyatanya aku susah dapetin kamu. Diajak nikah aja susah."
Dia kembali bertingkah menyebalkan.
"Bel!" seruku gemas. "Kamu sangat tau kalau kamu itu bisa dapetin wanita yang lebih baik dari aku. Aku ini cuma janda dan juga korban kekerasan seksual. Apa yang kamu harapkan dari aku? Aku udah nggak ada nilainya sama sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Cover (THE END)
Fiksi UmumBUDAYAKAN FOLLOW AUTHORNYA DULU SEBELUM BACA WARNING 21+ (MENGANDUNG ADEGAN DEWASA, BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN) Andini merasa penat dengan pernikahannya yang sudah di ujung tanduk. Sudah satu semester dia pisah rumah dengan suaminya. Meski begit...