26. Mimpi Buruk

20.3K 1K 37
                                    

Sebenarnya tadi mau tidur, eh malah nggak bisa tidur. Terus inget Ribel ini hari Selasa, kudunya dia update. Mumpung belum jam 00.00 aku update ya. Jangan lupa ramaikan sobat.

"Ah!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah!"

Langkahku tertahan. Dada ini mendadak berdebar kencang. Dengan gerakan pelan aku mencoba melangkah lagi mendekati pintu.

"Gila. Mulutmu candu banget, Sus."

Tenggorokanku tercekat. Jantungku memompa darah makin cepat. Dua kaki ini terasa lemas mendengar kembali erangan itu. Jelas itu suara Ribel. Aku tidak mungkin keliru.

"Cukup, Sus. Aku tidak mau keluar di dalam mulutmu."

Darahku berdesir hebat dan terasa panas. Lajunya begitu cepat menyebar ke seluruh tubuh hingga ubun-ubun. Siap meledak saking panasnya.

"Ah! Pelan-pelan, Pak!"

Itu jeritan Suster Vina. Perempuan jalang yang berani menggoda Ribel saat aku nggak ada.

"Kamu senikmat ini, Suster. Andini tidak ada apa-apanya. Punyamu lebih menjepit dan legit."

Suara menjijikkan itu kembali terdengar. Gelegak amarah nyaris muntah, tapi bibirku terkatup begitu rapat. Tanganku yang dari tadi menggenggam erat di kedua sisi tubuh mendorong pelan lembar pintu berkelir putih di hadapanku.

Pintu itu terbuka setengah. Dari jarak pandangku, aku bisa menyaksikan Ribel tengah bergumul hebat dengan perawat sialan itu.

Tubuh kekarnya berpeluh. Pinggulnya bergerak maju mundur di belakang Suster Vina. Kadang menghentak, kadang memutar. Dia menarik rambut suster sialan itu dan mencecar bibir merahnya. Tangan lainnya bergerak ke depan meremas dua dada wanita jalang itu yang bergelantungan.

Di depannya, perawat itu terus mendesah. Baju seragamnya berantakan. Kancing depannya terbuka memperlihatkan dua dadanya yang besar. Ujung seragamnya mengumpul di pinggang. Bongkahan bokongnya yang sudah kuprediksi besar dipukul Ribel beberapa kali. Lalu suara pekikannya yang sensual bersusulan.

Kemarahanku makin memuncak melihat pemandangan di atas ranjang. Yang aku khawatirkan akhirnya terjadi. Ribel terhanyut juga dengan wanita itu. Pria mana yang tidak tergoda dengan tubuh sintal itu? Pria mana yang tidak tergiur jika tiap hari terus dirayu bibir seksi itu?

Tanpa terasa air mataku jatuh. Rasa panas dan nyeri yang berkumpul di pelupuk mata sudah tidak bisa kutahan lagi. Apalagi melihat gerakan Ribel di sana yang makin brutal dan menggila.

Yang membuatku ingin mematahkan leher wanita itu sekarang juga adalah karena dia dengan sengaja tersenyum miring saat tatapnya menemukan aku berdiri di ambang pintu. Senyum itu menegaskan kalau aku sudah berhasil dia kalahkan.

Under Cover (THE END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang