⁰¹

3K 249 35
                                    

Hari baru, semester baru.

Gak berasa aja bangun tidur udah jadi mahasiswa semester 7, buset keren banget emang yang namanya Park Jisung. PKL dan segala antek-anteknya sudah terlewati dengan sangat baik walaupun sambil misuh-misuh dikit.

Semester 7 ini kalau kata kakak tingkat alias para senior sih semester yang bakal ngerubah mindset kita kalau dosen lebih penting dari tiket konser, lebih penting dari pernyataan cinta dari kakak atau adek crush. Lebih penting dari pada ngehaluin para duda kaya bareng Renjun, misalnya.

Dan yeah, hari ini akan diumumkan dosen pembimbing yang baru yang akan membimbing skripsinya Jisung sampai selesai.

Kenapa pembimbing baru?

Yupsss, pertanyaan yang bagus sekali pemirsa.

Ya, pembimbing baru karena dosen pembimbing lamanya Jisung memutuskan untuk berhenti menjadi dosen dan mengikuti suaminya ke luar negeri. Alhasil ya, sistem bimbingan dirombak ulang.

Jisung berjalan pelan sambil membaca dan membalas pesan dari Kaprodi yang berpesan agar ia mengambil selebaran kertas pengumuman dan di tempelkan di mading agar bisa dilihat oleh semua mahasiswa.

Sepi.

Ruangan dosen itu tampak kosong, tak ada satupun dosen disana. Mungkinkah para dosen sedang rapat?

"Bukan urusan gue juga." Gumam Jisung.

Ingin rasanya ia langsung masuk kedalam ruangan itu, tapi ia juga takut.

Akhirnya Jisung memilih untuk meminta ijin kepada Kaprodinya terlebih dahulu. Dan setelah balasan itu terdapat ijin dari yang bersangkutan, Jisung akhirnya memberanikan diri untuk masuk.

Kaki jenjangnya melangkah pelan menuju ke arah mejanya Miss Joohyun berada. "Nah, ini dia."

Dengan buru-buru Jisung mengambil selebaran kertas yang tertata rapi di meja Miss Joohyun. Niatnya ingin cepat keluar dari ruangan itu, entah kenapa aura ruang dosen itu mencekam.

"Ngapain kamu disitu?!"

Jisung terlonjak kaget saat mendengar suara berat yang berasal dari arah belakangnya. Segera ia berbalik dan memperhatikan lelaki didepannya.

'OMG! Ganteng banget!'

Batin Jisung sambil terus memperhatikan wajah tampan lelaki didepannya. 'Dia siapa? Apa dia staff kampus yang baru? Tapi kalau beneran staff kampus baru, jahat banget emang kampus sama gue. Masa yang ganteng gini masuknya pas gue udah mau ditendang dari kampus sih?!'

Kan yang ganteng modelan gini harus dilestarikan.

"Maaf kak. Tadi disuruh ngambil ini sama Kaprodinya." Jelas Jisung sambil menunjukan selebaran kertas yang ia pegang kearah lelaki itu.

Karena tidak mendapat respon apapun, Jisung hanya tersenyum kecil dan melangkah melewati lelaki itu begitu saja.

"Dikampus ini gak ada penerapan soft skill ya? Mahasiswa kok ngomong sama dosen manggilnya 'kak'. Gak sopan!"

Mendengar ucapan itu, langkah Jisung langsung terhenti. Jisung shock, kaget bukan main.

'Hah Dosen? Mampus lu Jie!'

Jisung memaki dirinya sendiri. Lagian dia kan tidak tau, dia gak salah dong. Kakak gantengnya aja yang mulutnya pedes ngalahin ramen level 50.

"Ma-maaf Pak. Saya kira tadi bapak anaknya salah satu dosen disini. Soalnya saya baru liat bapak-"

"Hmm"

Buset, dibales hmm doang gak tuh.

"Siapa nama kamu?"

"Nama saya Park Jisung, Pak."

"Panggilannya?" Tanya dosen muda itu sambil mengangkay sebelah alisnya.

'Sayang'

Ehh

"Jisung atau Jie juga bisa, Pak."

"Semester berapa kamu?"

'Buset, gue di interogasi sama si ganteng.'

"Semester tujuh, Pak."

Dan kemudian pak dosen yang terhormat ini tiba-tiba saja ngeluarin ponselnya. Sibuk berkutat dengan layar touchscreennya.

'Jangan bilang si ganteng mau minta nomor ponsel gue, awokwok'

"Saya tandain nama kamu, biar enak ngasih minusnya nanti."

'Lah, gue salah apa anjir?'

Setelah ngomong begitu, lelaki itu hanya mengambil lembar kertas HVS beserta spidol dan berjalan keluar meninggalkan Jisung yang menatap tak percaya.

"Jangan bilang dia dosen yang bakalan ngebimbing skripsi gue nanti? Gila aja!"

Gumam Jisung, frustasi.

Jisung membaca pengumuman tentang pembimbing skripsinya, dan kenyataan pahit menghantam telak kesadarannya. Dan dengan dramatisnya siang itu tiba-tiba saja hujan turun dengan lebatnya, seakan mengejeknya karena mendapatkan pembimbing si "Kelinci Pemarah."

Ya, Jisung memberi nama panggilan pada dosen muda itu si "Kelinci Pemarah."

"Cieeeeeee yang bimbingannya sama si ganteng. Cieeeee cieeeeee." Renjun siang itu entah kenapa senang sekali menggodanya terkait dosen pembimbingnya ini.

Apakah Renjun tidak tau kalau Jisung merasa stres sekarang?

Ganteng?

Iya sih ganteng. Tapi belum tentu bahagia.

"Yang bimbingannya dengan saya, jam 2 saya tunggu diruangan saya. Siapkan kerangka konsep yang mau kalian teliti. Jangan ngaret, saya tidak suka mahasiswa yang malas-malasan."

"Bodo amat, gak dengar gue." Jisung bergumam sendiri, malas menanggapi dosennya itu. Hanya beberapa temannya saja yang memiliki dosen pembimbing yang sama dengannya yang menanggapi perkataan sang dosen muda.

"Intinya sekarang gue lapar dan mau makan."

Dengan cepat Jisung menarik Renjun yang duduk disebelahnya, mengajak temannya itu ke kantin bersama untuk membeli cemilan.

Tapi ...

Baru saja Jisung mendaratkan kakinya didekat kantin, wajah ganteng nan menyebalkan itu muncul dihadapannya. Melewatinya, begitu saja.

"Park Jisung, minus satu." Ujarnya tanpa menoleh kearah ku.

Sumpah, demi cinta gue yang gak bakal tersampaikan kepada duda-duda kaya raya yang ada di drakor maupun di novel-novel!

"SALAH SAYA APA YA, PAK?!"

"Minus satu karena gak menanggapi omongan saya dikelas barusan. Dan minus dua karena udah teriak-teriak ke saya didepan umum seperti ini."

Setelah berkata seperti itu, Pak Jaemin dengan cueknya meninggalkan Jisung yang udah jadi tontonan gratis mahasiswa-mahasiswa disana.

"Tuhkan anjir, percuma ganteng kalau gak bisa bikin bahagia."

"Sabar Jie, sabar."

TBC.

𝓢𝓴𝓻𝓲𝓹𝓼(𝓑𝓮𝓮)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang