¹⁰

2K 253 62
                                    

Kampus sudah sepi, perpustakaan sudah tutup-bahkan jam tutupnya jadi mundur karena Jisung yang keasikkan berkutat dengan laptopnya, dan Pak Taeil yang gak menegurnya untuk segera pulang.

Jisung sendiri baru sadar ketika kedua netranya tanpa sengaja melihat jam dinding yang jarumnya menunjukkan pukul enam sore. Langsung saja dengan tergesa Jisung mencari keberadaannya Pak Taeil yang entah sejak kapan tengah duduk di sebelahnya-hanya berbeda dua bangku- sembari membaca buku dengan serius.

"Ya ampun, Pak! Saya baru sadar kalau udah jam segini! Kok bapak gak ngusir saya sih?"

"Udah, santai aja. Saya juga gak buru-buru amat.”

“Tapi kan tetep aja .. saya jadi gak enak sama bapak.”

Akhirnya, Jisung membereskan laptop dan buku-bukunya, berniat untuk pulang.

“Emang udah selesai?" tanya Pak Taeil ketika Jisung berpamitan pulang padanya.

“Udah, Pak. Tinggal diprint." Dusta Jisung. Meski kenyataannya belum selesai, masih mentok di bab tiga.

Dan setelah mendengar jawaban Jisung yang penuh dusta, Pak Taeil mengangguk dan langsung merapihkan barang-barangnya ke dalam tas ransel hitam, miliknya.

Mereka akhirnya keluar bersama-sama dari dalam gedung perpustakaan, namun Jisung memilih jalan yang berbeda dengan alasan ingin ke toilet. Padahal mah, gak tuh. Jisung belum berniat untuk pulang. Jisung membawa dirinya kedalam kantin yang tak pernah tutup walaupun kampus sudah mulai sepi. Rencananya dia akan menggunakan Wifi kantin saja untuk menyelesaikan proposal skripsinya.

Gara-gara kemarin ngebut ngerjain bab tiga dan bab empat yang asal copy paste dari jurnal orang dengan sembarangan, dan ketahuan oleh Pak Jaemin-berakhir dengan dirinya yang di ceramahi habis-habisan, membuat Jisung jera seketika.

“Kalau kamu ketahuan copas lagi, nilai kamu bakalan saya hanguskan semuanya!”

Dosennya itu benar-benar gak bisa di kelabui.

Serem kan? Serem bangetlah ya!

Belum lagi waktunya semakin mepet karena ini sudah hari kamis. Minggu depan Jisung mau gak mau harus menyerahkan proposalnya kepada penguji dan pembimbing.

“Pokoknya, bab tiga harus udah gue selesaikan di sini, biar nanti di rumah tinggal ngerjain bab empat aja!”

Tapi sepertinya semesta tidak mendukung, rencananya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Di pertengahan, laptopnya lowbat dan ia lupa membawa chargerannya. Ditambah lagi, ponselnya pun yang sudah tak bernyawa sejak tadi.

Lengkap sudah penderitaannya Jisung.

Terus, dia sekarang lagi bingung nyari cara supaya bisa pulang. Karena hari ini dia gak bawa motor karena menaiki bus. Mau pesan taxi onlinepun gak bisa karena ponselnya tinggal disemayamkan saja.

Kampus sudah sepi.

Akhirnya, Jisung menyeret langkahnya dengan berat menuju pintu gerbang kampus. Berniat untuk mencegat angkutan umum yang lewat. Tapi sepertinya susah karena ini sudah gelap banget.

“Dek?”

Jisung menoleh dengan gerakan lemas. Tampak Pak Satpam melangkah mendekatinya sambil tersenyum ramah. “Eh, Bapak. Hehehe”

“Kok belum pulang?”

“lya, Pak. Ini lagi mau pulang.”

“Dijemput atau gimana?” Beliau menambahkan lagi, “naik taxi online?”

Ditanya begitu, Jisung hanya menggaruk kepalanya sambil cengengesan. Gak tahu mau jawab apa. “Gak tau, Pak. Hehe, ini lagi nungguin bis yang lewat.”

𝓢𝓴𝓻𝓲𝓹𝓼(𝓑𝓮𝓮)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang