¹²

2K 240 71
                                    

“Jie ...”

“Iya, Njun?”

“Lo Sempronya hari ini juga kan?”

Jisung menganggukkan kepalanya, tanpa mengalihkan pandangannya yang masih asik memainkan game di ponsel pintarnya itu.

“Kok lo biasa-biasa aja sih?” Heran Renjun saat melihat sahabatnya itu asik mengunyah Beongupang sambil memainkan game. Sama sekali tak menunjukan wajah gugupnya, malah pemuda manis itu nampak santai menikmati waktu sebelum dipanggil keruang sempro.

Berbanding terbalik dengan Renjun dan juga teman-temannya yang lain. Mereka semua gugup dan cemas. Ada yang diam-diam merapalkan doa dalam hati, ada juga yang merapalkan materi dengan keras-keras seperti Yujin-sehingga mengganggu konsentrasi teman-teman lain.

Jisung lantas mengangkat bahunya, dia sendiri gak tau kenapa dia bisa sesantai itu. Padahal ia tahu, seminar ini yang menentukan apakah proposalnya layak untuk dilanjutkan ke jenjang penelitian atau tidak. Tentu saja, semalam Jisung sudah mempersiapkan materi untuk seminar proposal hari ini. Tapi, entah mengapa gak ada perasaan deg-deg-an yang biasanya ia rasakan kalau mau konsul sama Pak Jaemin.

Bukan, jangan katakan kalau Jisung terlalu percaya diri. Rasa gugup pasti ada. Hanya saja, rasa gugup itu masih bisa ia tahan ketika yang lainnya kalang kabut takut gagal di tengah seminar, ia malah gak punya bayangan sampai ke situ.

Apakah ini firasat baik? Jisung sendiri takut kalau perasaannya yang cenderung tenang ini justru malah membuatnya nge-blank di tengah-tengah seminar nanti. Ia lantas melempar tatapannya ke sekitar, Renjun sudah tampak sibuk belajar. Dan sekarang malah Yujin yang menatapnya sambil senyum-senyum gak jelas.

‘Aneh emang human satu ini! Pawangnya gak tempeleng dia apa ya?’

“Yujin?”

“Hm?”

“Kita pasti lulus, kan?”

Merupakan pertanyaan yang sama yang kerap kali ia tanyakan kepada Kak Karina sejak kemarin.

Kak Karina selalu berkata bahwa, apa yang ia pikirkan adalah apa yang ia doakan. Jadi, Jisung gak mau berpikiran yang jelek-jelek tentang dirinya sendiri.

“Kalo gue sih pasti lulus, gak tau deh kalo lo, mah.” Ledeknya yang langsung dihadiahi cubitan sayang dari sang pawang-Wony best prend!

“Gak lucu ..”

Sumpah, Jisung jadi gak tenang gara-gara dengar guyonan Yujin.

“Nih, Jie. Coba lu lihat gue, deh.” Pinta Yujin saat ia tiba-tiba sudah ada disamping Jisung.

Jisung menatapnya; Cewek jangkung dengan hidung mancung dan kulit putih. Dia ini aktivis kampus. Cukup terkenal di kampus karena jadi anggota BEM. Dikit lagi udah ditendang sih dari jabatannya, atau udah di tendang tapi dia yang masih betah? Jisung pun gak tahu.

Kata Yujin, nilai favoritnya itu A, tapi nilai tertinggi di transkrip nilai semesterannya cuma sampai B. Setelah melihat semua fakta Yujin, Jisung langsung berpikir kalau-Yujin aja bisa lulus, masa dia gak?!

“Dapet pencerahan gak setelah liat muka cakep gue?”

Jisung mengangguk lalu tersenyum semangat. “Iya, dapet.”

“Apa?”

"Gue baru aja mikir kalau kita itu memang ditakdirkan bersama, Jin. Jadi, kalau lo lulus, gue pasti juga lulus. Hehe ..”

“Duh, jadi baper gue. Untung gue udah punya ayang Wony.” Cewek itu tertawa renyah, “Terus kalo gue gak lulus?”

“Ya ... Gue tetep lulus! Kan takdir bisa diubah."

𝓢𝓴𝓻𝓲𝓹𝓼(𝓑𝓮𝓮)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang