¹⁴

1.8K 234 61
                                    

Choi Yeonjun.

Sungguh, manusia manapun pasti akan bilang bahwa dia ganteng dan kalem-such a boyfriend material. Jisung sendiri bahkan awalnya juga mikir begitu. Dan pikiran itu berubah total saat mahasiswa IT gadungan itu-dengan segala ketengilannya-sengaja memasukkan virus ke dalam laptopnya Jisung.

Saat itu Jisung langsung panik setengah mati.

Kalian tau sendirikan, kalau nyawanya, sumber kehidupannya, semuanya ada di sana-didalam laptop itu.

Nyawa yang dimaksud disini adalah : skripsi, drama korea, dan abs para idol muehehehe

Kalian baca nyawa yang awal itu kan? SKRIPSI!

Bisa mati berdiri si Jisung kalau skripsinya terhapus begitu saja.

Ah, kalian semua harus tahu kalau Yeonjun ini adalah cowok yang pernah nabrak Jisung waktu di perpustakaan-yang kejar-kejaran sama Yujin itu. Dan ya, dia sendiri yang ngomong. Katanya sengaja pengen bantuin Jisung sekalian minta maaf-dan juga sekalian minta follow back instagramnya.

Tapi yang dilakukan si Yeonjun sekarang justru malah bikin Jisung pengen nge-block instagramnya sekaligus cowok tengil itu dari kehidupannya, selamanya.

“Senyum, dong. Kan udah gue betulin."

Iya, laptop Jisung sudah kembali berfungsi seperti sedia kala. Software untuk Tugas Akhirnya pun juga sudah terpasang di sana.

Tapi tetap saja, Jisung masih kesel.

Sumpah, kalian harus percaya kalau Yeonjun itu tengil banget. Dan Jisung paling gak suka sama cowok tengil. Jadi Jisung gak menggubris pertanyaannya Yeonjun dan memilih sibuk dengan pekerjaannya sendiri.

Tapi cowok tengil itu gak berhenti untuk gangguin Jisung terus. Jadilah si Jisung gak bisa konsentrasi.

"Instagram gue udah difollback belum?"

"Udah.”

"Asyiik."

“Udah gue block."

Senyum Yeonjun langsung luntur. Tapi beberapa detik kemudian senyum tengil itu kembali menghiasi bibirnya.

"Gak pa-pa instagram gue diblock. Bisa ngobrol langsung sama lo aja gue udah bersyukur. Lebih dekat, lebih enak liat muka lo yang ada perpaduan manis sama gemes-gemesnya ini lebih lama-selama yang gue mau.” Ucap Yeonjun dengan senyum lebarnya.

“Lo punya karet, gak?”

Yeonjun mwndekatkan wajahnya kearah Jisung dengan senyuman yang tak luntur sedikitpun. “Mau ngapain, hm?”

Hamm humm hamm humm .. Merinding.

“Mau gue jepretin bibir lo biar diem dan berhenti ngoceh gak jelas.” Yeonjun malah ketawa membuat Jisung gak bisa berkata-kata lagi. Dia lebih memilih kembali sibuk belajar cara menggunakan software baru.

“Ngerti gak cara pakainya?"

Jisung melirik kesal saat makhluk itu kembali bersuara. “Entar juga lama-lama ngerti kok.” Jawab Jisung, singkat.

Sebenarnya Jisung sendiri bingung harus mulai dari mana. Kalau kayak begini Jisung jadi butuh didampingi Pak Johnny lagi. Ternyata beda, ya, kalau sudah mengerjakan sendiri. Waktu diajarin sama Pak Johnny, kelihatannya gampang banget. Bahkan saat kuis pun nilainya gak jauh-jauh dari sembilan puluh sampai dengan seratus.

Tapi sekarang keadaannya berbeda. Kalau dulu mereka hanya harus menyelesaikan soal kasus dari Pak Johnny, kalau sekarang mereka dituntut menyelesaikan kasus di kehidupan nyata.

Pusing!

"Sini, gue ajarin. Lo mau konsul kan besok?"

“Gak, makasih. Nanti lo masukin virus lagi ke laptop gue.”

Perkataan Jisung lagi-lagi membuat Yeonjun terbahak keras di tengah perpustakaan dengan gak tahu dirinya. Sampai-sampai dosen yang sedang serius membaca buku di belakang mereka langsung mengalihkan perhatiannya pada mereka berdua. Memberi kode untuk jangan berisik dengan tatapan tajam.

Mata Jisung menyipit sinis pada cowok di sebelahnya. Berusaha membuatnya tersindir dan melenyapkan diri dari hadapan Jisung saja. Tapi bukannya tersindir, Yeonjun malah cengar-cengir.

Emang gak jelas.

"Lucu banget sih lo, Jie. Gemes banget.” Kata Yeonjun pelan bersamaan dengan telapak tangannya yang mendarat mulus di pucuk kepala Jisung.

Jisung terperanjat. Terdiam membeku sembari merasakan desiran aneh yang tiba-tiba muncul di dalam tubuhnya. Jantungnya jadi berdebar-debar kayak mau ngerjain ujian nasional.

Ini bukan pertama kalinya Jisung menerima kontak fisik kayak gini dari cowok atapun cewek. Tapi, manusia normal manapun pasti bakalan melted kalau ada cowok ganteng yang ngusap kepalanya seperti ini.

Dan jujur saja, Jisung gak tahu harus ngapain. Otot tubuhnya mendadak kaku.

Yang Yeonjun lakukan ke Jisung itu ... manis.

Jisung mengakuinya.

Yeonjun masih tersenyum seraya mengacak rambutnya gemas.

‘Aduh ... beban hidup apalagi yang gue terima kali ini?’ Gumam Jisung dalam hati.

"Kalau gue gak punya pacar, pasti lo udah gue kejar, Jie. Kenapa sih gue ketemu lo telat banget, mana lo berhasil nyuri hati gue hanya dengan sepersekian detik kita tatapan doang.”

Dan sejak perkataannya tersebut, Jisung sadar bahwa Yeounjun itu memang tipe cowok tengil yang hobi modusin anak orang.

‘Gak boleh terpesona.’

‘Harus dijauhi.’

‘Gak baik buat kesehatan.’

Namun, beberapa saat kemudian, Jisung tersadar bahwa ada sesuatu yang lebih gak menyehatkan daripada ketengilannya Yeonjun.

Iya, ada.

Yaitu tatapan mengerikan Pak Jaemin yang saat ini sedang berdiri menyenderkan sisi tubuhnya di pinggir mejanya Pak Taeil.

Jisung pun gak tahu sejak kapan Pak Jaemin ada di perpustakaan. Tapi yang paling penting, caranya memandang Jisung sungguh menyeramkan. Padahalkan mereka gak lagi konsul, dan Jisung juga udah nurut untuk rajin konsul semenjak dimarahin habis-habisan waktu itu.

Atau mungkin, Jisung saja yang ke-PD-an, ya? Bisa saja dia lagi ngelamun, terus kebetulan matanya mengarah pada Jisung dan juga Yeonjun yang masih asik mengusap rambutnya.

‘Kenapa sih, beliau itu? Lagi datang bulan? Atau semalam mimpi buruk? Suram amat tuh muka!’





“Jisung, lain kali kalau mau pacaran jangan di perpustakaan ya. Kasihan dosen sama teman-teman kamu yang lain, terganggu. Jadi gak konsen.”

“Hah? Saya gak pacaran, Pak Taeil.”

“-itu tadi kata Pak Jaemin, bukan kata saya. Saya kan cuma menyampaikan pesan dari beliau.”

TBC.

𝓢𝓴𝓻𝓲𝓹𝓼(𝓑𝓮𝓮)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang